Fimela.com, Jakarta “Feminist itu berjuang untuk kesetaraan dan keadilan, maka kita bangun akses untuk mencapainya.” Begitulah kalimat yang tertulis dalam profile Instagram komunitas Perempuan Hari Ini yang bermarkas di Medan Sumatera Utara. Lalu apa saja kegiatan rutin dari komunitas Perempuan Hari Ini?
BACA JUGA
Advertisement
Beberapa waktu lalu Fimela.com berkesempatan untuk berbincang melalui sambungan telepon dengan pendiri komunitas Perempuan Hari Ini Lusty Malau. Menurut Lusty, ada tiga poin yang pastinya selalu ada di dalam kegiatan rutin dari komunitas yang berdiri sejak 2017 ini, yakni diskusi, berbagi dan belajar.
“Wadah diskusi setiap bulan, sekali atau dua kali. Bukan bersifat kaku, jadi kita mengikuti isu yang ada, misalnya soal aborsi. Kita buat diskusi publik yang dapat diikuti secara gratis. Kegiatannya sendiri selalu domotori oleh narasumber dari pengacara atau LBH,” jelas Lusty. Tak hanya orang dewasa, tapi komunitas Perempuan Hari Ini juga memberikan pembelajaran kepada anak-anak.
“Wadah berbagi kita melakukannya dengan membangun kegiatan mengajar untuk anak jalanan. Kita juga sering kerja sama dengan komunitas lainnya, kita mengisi slot pendidikan gender untuk anak,” ungkap Lusty. “Cara penyampaian pendidikan gender ke anak-anak dengan diskusi seru. Kita ingin mengajarkan pendidikan gender sejak dini,” tambahnya.
Pendidikan gender atau diskusi tentang pelecehan seksual yang diadakan oleh komunitas Perempuan Hari Ini memang dikemas secara menarik dan tidak membosankan. Misalnya saja dalam kegiatan rutin wadah belajar yang dilakukan dengan bedah buku atau menonton film tentang perempuan dan pelecehan serta pendidikan dan politik.
Advertisement
Pendidikan Gender untuk Anak Kecil
Memberikan anak-anak pemahaman tentang pendidikan gender bukanlah sesuatu yang sulit bagi teman-teman di komunitas Perempuan Hari Ini. Meskipun tema yang diangkat terkesan berat, tapi Lusty Malau menjelaskan bila mereka mengajarkan anak-anak dengan cara yang menyenangkan, sehingga anak-anak pun dapat mengerti.
“Kita memberitahu soal gender yang pastinya dipahami oleh anak. Misalnya anggapan soal anak laki-laki itu harus macho, apabila ada temannya yang nggak suka main bola dibilang bukanlah seorang laki-laki. Kita didik melalui kegiatan yang fun,” jelas Lusty. “Setiap kita buat kegiatan ada orangtuanya melihat juga, jadi orangtua juga bisa membantu memberikan pemahaman kepada anaknya,” tambahnya.
Dengan pendidikan gender yang diajarkan sejak dini, para anggota komunitas Perempuan Hari Ini berharap bahwa nantinya anak-anak tersebut memiliki jiwa toleransi yang tinggi dan juga kedepannya bisa menjadi orang yang kritis. “Kami berharap kedepannya jika ada wadah seperti ini, maka banyak perempuan yang akan datang dan mau belajar,” pungkas Lusty Malau.