Fimela.com, Jakarta Dibanding dengan sampah organik dan sampah plastik, tampaknya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang sampah elektronik masih rendah. Terbukti dari minimnya tempat sampah khusus elektronik di lingkungan masyarakat. Peduli akan masalah tersebut, EwasterRJ hadir untuk menumbuhkan kesadaran sampah plastik di masyarakat.
BACA JUGA
Advertisement
Menurut Pranandya Wijayanti, selaku External Relation Manager, sebuah benda elektronik bisa dikatakan sampah ketika sudah tidak digunakan kembali. "Termasuk sampah yaitu ketika elektronik yang sudah rusak atau sudah tidak digunakan kembali. Sebetulnya seluruh sampah elektronik bisa diolah, namun karena kendala logistik kami masih fokus di sampah elektronik yang berukuran kecil sampai sedang," kata dara yang akrab disapa Nandya ini.
Setiap sampah memiliki dampak masing-masing bagi lingkungan. Begitu juga dengan sampah elektronik. Menurut Nandya, sampah elektronik yang ditimbun dapat mengakibatkan bahan kimia yang bocor.
"Beberapa contoh realnya pernah kejadian di Jakarta Barat ada tukang service benerin magic jar tapi tanpa alat pelindung diri (APD) yang benar, tanpa capability khusus sampai akhirnya kebakaran dua rumah. Bukti lainnya, saat Rafa menulis Buku Kedua tentang Sampah Baterai dia sempat melakukan penelitian dengan meletakkan baterai pada tanaman dan aquarium ikan, terbukti dalam waktu cepat ikan dan tumbuhan itu mati," jelasnya.
Melalui EwasteRJ, sampah elektronik yang masuk dikumpulkan untuk kemudian disalurkan ke perusahaan pengolah. "Kami hanya sebatas mengumpulkan karena untuk mengolah harus ada yang bersertifikasi khusus yang boleh mengolah. Kalau untuk pengolahan di perusahaan pengolah pertama-tama dipisahkan dulu per material, lalu diolah per jenis materialnya untuk jadi raw material kembali, misalnya kaca akan dihancurkan untuk jadi kaca kembali, aluminium akan dilebur dan dijadikan aluminium batangan," ungkap Nandya yang bergabung dengan EwasteRJ sejak 2016 ini.
Meski tidak bisa diolah secara individu di rumah, tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu yang berarti bagi lingkungan. Nandya mengatakan bahwa setiap orang bisa mengumpulkan dan memisahkan jenis sampah elektronik untuk kemudian dibuang ke drop box EwasterRJ.
"Yang bisa orang-orang lakukan adalah mengumpulkan dan memisahkan untuk jenis e-waste tertentu misalnya baterai dan lampu harus dibungkus terpisah dari e-waste jenis lainnya, kabel harus digulung dan dikaitkan dengan pengikat (raffia/karet). Setelah itu, baru deh drop/kirim ke EwasteRJ," ujar Nandya.
"Untuk warga Jakarta bisa drop sampah elektroniknya ke beberapa titik yang ada di Jakarta, kebanyakan di Jakarta Selatan tapi ada juga di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat juga, untuk lebih detailnya bisa dicek di highlight instagram story kami @ewasterj atau bisa juga dikirim paket ke sekretariat kami di Jati Padang, Pasar Minggu, sebelum kirim harus isi formulir dulu bisa dicek di Instagram kami tautannya," sambung perempuan 26 tahun ini.
Nandya berharap, gerakannya ini bisa turut menggerakkan pemerintah dalam menangani sampah elektronik. "Semoga pemerintah bisa menyediakan kebijakan atau peraturan khusus terkait sampah elektronik, karena selama ini belum ada peraturan terkait itu apalagi sampah elektronik yang dihasilkan dari rumah tangga. EwasteRJ bisa punya lebih banyak titik dropbox dan masyarakat semakin sadar akan bahaya sampah elektronik dan mau untuk drop sampahnya," tandas Nandya.