Fimela.com, Jakarta Mendengar kata sepatu roda, apa yang terlintas di pikiranmu? Jadul? 80's? Olga Sepatu Roda? Ya, semua itu bisa terlintas di kepala ketika tersebut sepatu roda. Sebagian orang yang hidup di era itu mungkin juga sudah melupakannya. Namun, siapa sangka jika beberapa tahun belakangan ini, olahraga sepatu roda kembali bernyawa?
BACA JUGA
Advertisement
Ya, di 2018, khususnya di Jakarta, beberapa orang yang terkumpul dalam komunitas atau klub kembali memainkan olahraga yang sudah memudar itu. Salah satunya adalah Marina Tasha, perempuan muda yang semasa kecil menghabiskan waktunya dengan sepatu roda dan merindukannya saat dewasa.
Ditemui di kawasan Blok M, Marina Tasha menceritakan awal mula dirinya kembali bermain sepatu roda. "Dulu waktu SD sempat main, zaman-zamannya diskotek Lipstick, cuma sebentar," kata perempuan yang akrab disapa Acha ini.
Lebih lanjut, Acha mengungkapkan jika dirinya kembali memulai bermain sepatu roda pada November 2018. Kesulitan pun ia hadapi untuk bisa memainkan olahraga masa kecilnya itu. Salah satunya yakni peranti sepatu roda itu sendiri hingga akhirnya ia berinisiatif berjualan sepatu roda pre order dari luar negeri untuk mengumpulkan massa.
"Baru main lagi November 2018, sebenarnya udah dari lama pengin main lagi, tapi udah nggak ada, kan. Waktu SMP sempat main in line skate, sempat cari-cari sampai ke luar negeri tapi takut nggak bagus kualitasnya dan harganya mahal," kenang Acha.
"Terus suatu hari aku lihat di luar hits lagi, tapi sepatu mereka custom gitu, dari sneakers ditambah roda, lalu aku coba juga custom sepatu roda pakai sneakers ditambah roda-roda dari sepatu roda bekas di temanku di Bandung, tapi berat banget, dan dari situ aku ketemu channel untuk bisa jual sepatu roda lewat online @skatelovershop," imbuhnya.
Acha mengungkapkan alasan mengapa sepatu roda zaman dulu berat. "Karena sepatu roda jaman dulu plate dan truck-nya masih terbuat dari bahan metal, kalo sepatu roda jaman sekarang udah macem” bahannya ada yg dr nylon, aluminum, fyber glass bahkan magnesium, ajdinya enteng," jelas Acha.
Advertisement
Kegigihan Acha Hingga Bisa Buka Kelas untuk Pemula
Kendati pernah bermain sepatu roda saat masih usia Sekolah Dasar (SD), tapi Acha mengaku ada beberapa teknik yang belum ia kuasai. Hal itu tidak membuatnya menyerah. Perempuan kelahiran 23 Agustus ini bahkan sampai ikut kursus sepatu roda dengan Detje, salah satu mantan atlet sepatu roda era 80-an.
"Pertama kali coba main sepatu roda, aku bisa jalan, tapi untuk teknik tertentu seperti belok dan ngerem terasa susah, lalu aku kulik teknik sendiri, lama-lama aku dapat kenalan orang-orang yang punya hobi sama lewat media sosial, dan dikenalkan dengan Om Dece salah satu atlet sepatu roda di Bandung, lalu aku kursus dengan beliau seminggu sekali bareng teman-teman di Lapangan Banteng," kenang perempuan yang berprofesi sebagai Makeup Artist ini.
Untuk bisa kursus sepatu roda dengan Dece, Acha dan teman-temanya yang kini gabung di Rad Supersonic harus merogoh kocek sebesar Rp250 ribu sekali pertemuan untuk durasi 2-3 jam. Namun, lama kelamaan, Acha merasa terbebani dengan kursus yang menguras kantongnya. Ditambah lagi perizinan tempat latihan yang sulit, juga musim hujan yang saat itu belum berakhir.
"Kursus sama Om Detje sekaligus sewa sepatu roda jg ke dia, karena dia punya banyak sekali koleksi sepatu roda jaman dulu. Latihan pertama di Lapangan Banteng, tapi diusir satpam, lalu kami pindah ke Gelora Bung Karno, itu pun perizinannya sulit, sampai akhirnya kami diberikan tempat latihan di Pintu 3, yang tempatnya masih belum kondusif, hingga akhirnya sekarang Pintu 3 jadi ramai tempat latihan anak quad skate, inline skate, skateboard, dan longboard," kenang Acha.
Dari situ, Acha dan anggota Rad Supersonic lainnya memutuskan untuk berhenti latihan dan mulai menabung untuk membeli sepatu roda sendiri agar bisa latihan sendiri. Berkat kegigihannya, bahkan kini Acha tidak hanya menjual peranti sepatu roda di @skatelovershop, tapi juga membuka kelas sepatu roda untuk pemula yang berlokasi di Blok M Mall dibantu suaminya, Jheffry.
"Awalnya pertama kali buka kelas itu gratis, nggak pake biaya kalau beli sepatu roda di @skatelovershop, kelasnya diadakan di Gelora Bung Karno, tapi lama-lama semakin banyak peminatanya jadi nggak sanggup, akhirnya dari situ start merekrut asisten dari beberapa anggota Rad Supersonic untuk bantu mengajar," ujar Acha.
"Kalau mau ikut kelas, bisa kontak kami melalui Instagram, satu orang dikenakan biaya sebesar Rp125 ribu per jam, kalau belum punya sepatu roda bisa sewa di kami dengan biaya Rp50 ribu, dan untuk pembelian sepatu roda di @skatelovershop bisa dapat gratis latihan satu kali," kata Acha.
Blok M Mall menjadi 'pelabuhan' Acha untuk mengajar roller skate. Di sana, ia menyewa tempat untuk latihan juga sekaligus menjadi tempat kursus sepatu roda murid-muridnya. "Pada saat musim hujan cuaca kurang mendukung akhirnya kami menemukan tempat yang bisa disewa di Blok M untuk jadi base camp Rad Supersonic latihan, anak-anak patungan tiap bulan untuk sewa tempatnya, Skatelover akhirnya pun buka kelas di situ," jelasnya.
Acha juga mempersilahkan murid-muridnya untuk membuat komunitas sepatu roda agar semakin banyak klub. "Dari awal aku ingin di Jakarta banyak klub sepatu roda kayak zaman dulu, biar lebih seru lagi, biar bisa gantian bikin lomba atau event," ujar Acha.
"Untuk Rad Supersonic sendiri nggak ada pendaftaran, kalau mau main bareng tinggal janjian aja, kalo mau beli kaos Rad Supersonic, kami pun jual, jadi siapa pun bisa main bareng dan kami anggap keluarga," tambahnya.
Lebih dari itu, dari sepatu roda, Acha ingin menyatukan orang-orang untuk saling tolong menolong. "Aku merasa dengan sepatu roda ini lebih menyatukan orang-orang, sebelum ada sepatu roda aku merasa di Jakarta oran-orangnya lebih individu, jadi aku ingin orang-orang lebih saling membantu, ada yang belum bisa diajarin, kebersamaan gitu," tandas perempuan berambut pendek ini.