Fimela.com, Jakarta Sampah adalah salah satu permasalahan dalam hidup yang tidak ada habisnya. Bagaimana tidak, setiap barang yang kita konsumsi akan menjadi sampah pada akhirnya. Kendati demikian, seiring berkembangnya zaman, beberapa temuan biijak pengelolaan sampah ditemukan. Salah satunya yakni mengubah sampah plastik menjadi BBM seperti yang dilakukan oleh Komunitas Get Plastic.
BACA JUGA
Advertisement
Diinisasi oleh Dimas Bagus Wijanarko, Get Plastic hadir sebagai komunitas yang membuat sebuah movement dalam pengolahan sampah. Bukan lagi karya seni, melainkan bahan bakar minyak yang bisa membawa Dimas keliling pulau jawa sambil menyosialisasikan inovasinya ini.
Proses konversi sampah plastik menjadi bahan bakan minyak dilakukan Dimas dengan menggunakan alat yang ia buat sendiri. Ditemui di kawasan Depok beberapa waktu lalu, Dimas mengungkapkan bagaimana awalnya Get Plastic terbentuk.
"Get Plastic ini adalah program pertama kali 2016 saya menemukan nama itu, pertama saya sendiri, lalu saya berpikir kalau saya gerak sendiri maka tidak akan berhasil, lalu saya mengundang beberapa teman komunitas lain untuk bersinergi," kenangnya.
Lebih lanjut, Dimas mengungkapkan perjalanannya dalam membuat alat pengolah sampah plastik menjadi BBM. "Saya belajar otodidak dari buku, saat itu saya bertemu teman saya dan diberi artikel proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, setelah itu saya belajar sendiri, tidak ada mentor, tidak ada siapa pun yang membantu saya, saya cuma baca, sampai bikin alatnya, saya ngelas sendiri, saya bangun sendiri," kata pria asal Surabaya ini.
Mengenai alat tersebut, Dimas menjelaskan untuk menghasilkan satu liter bahan bakar minyak, dibutuhkan 1 kilogram sampah plastik. "Equal-nya itu 1:1, kurang lebih 1 kilogram sampah bisa menghasilkan 1 liter bahan bakar, kalau pun ada gradasi paling turunnya di 9,8 mililiter," ungkapnya.
Saat ini, Get Plastic sendiri belum membuat pelatihan apalagi menjual alat tersebut, sebab, untuk menjual alat tersebut perlu izin dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. "Get Plastic belum mengadakan pelatihan pembuatan alat, tapi dari workshop yang kami buat, peserta sudah bisa menangkap bagaimana cara kerja alat itu, saya hanya bisa membimbing dari jarak jauh," ujar Dimas.
Sebagai bentuk evaluasi, setelah mengadakan workshop, Get Plastic akan meninjau kembali perubahan kebiasaan di suatu daerah terhadap sampah plastik. "Di beberapa kota kami melakukan evaluasi, kami mau melihat ada perubahan kebiasaan, pola kehidupan, tingkah laku, semua akan menjadi bahan evaluasi kami," imbuh bapak satu anak ini.
Sebagai komunitas non-profit atau probono, Dimas mengungkapkan Get Plastic menjalani kegiatan mereka secara swadaya. "Kegiatan yang kami lakukan pakai uang pribadi dan menjual merchandise untuk operasional kami," ungkapnya.
Advertisement
Plastik Bukan Masalah, tapi ...
Memiliki visi dan misi mengedukasi masyarakat, Get Plastic tidak hanya melakukan pembekalan terhadap masyarakat di kota, tetapi juga ke desa, bahkan masyarakat pesisir pantai.
"Target kami bisa mengedukasi semua lapisan masyarakat yang secara pengetahuan mereka membutuhkan pengetahuan soal sampah, sebab visi dan misi utama Get Plastic adalah mengedukasi masyarakat di titik yang terendah, nggak cuma di kota, tapi juga di desa, karena memang ini permasalahan semua," ucap Dimas.
Menurut Dimas, sosialisasi yang Get Plastic lakukan sangat efektif, terlebih selama ini pemerintah dianggap kurang aware dengan masalah sampah plastik. "Sangat efektif ya, karena selama ini kita tahu sosialisasi yang dilakukan oleh instansi terkait, pemerintah daerah, ini kan cuma berwacana, sampai saat ini kami belum pernah melihat wujud nyata pengolahan dan solusi sampah plastik, mungkin hanya sebatas sosialisasi pemisahan sampah, tidak untuk edukasi pengolahan," katanya.
Lebih lanjut, menurut Dimas, penyelesaian masalah sampah plastik bukan tanggung jawab masyarakat, melainkan pekerjaan rumah pemerintah. "Sebenarnya ini bukan tanggung jawab kita untuk menyelesaikan permasalahan ini, ini tanggung jawab pemerintah, karena masyarakat sendiri sudah kena retribusi untuk pengangkutan sampah, ini permasalahan!," ucapnya berapi-api.
"Lonjakan sampah dari 2005-2009 itu cukup tinggi, dari 2009-2015 kemarin Jakarta menimbun 7200 matrik ton per hari, bayangkan! Lalu mau kita wariskan ke anak cucu kita dan seterusnya? Mau jadi apa bangsa kita?," tambah Dimas.
Kendati memilki concern pada plastik, Dimas mengatakan bahwa Get Plastic tidak memiliki masalah dengan plastik, melainkan sampah plastik yang digunakan secara tidak bijak.
"Kami tidak ada masalah dengan plastik, masalah kami adalah dengan sampah plastik, barang-barang kita kebanyakan dari plastik, kalau kita bijak menggunakannya maka plastik itu tidak akan menjadi sampah, misal belanja ke supermarket dapat plastik, lalu plastik itu bisa kita pakai lagi besok, jangan langsung jadi sampah, dijadi permasalahannya di situ, plastik itu tidak salah,"
Get Plastic selalu terbuka dengan semua orang yang ingin bergabung. Tidak ada keahlian yang dibutuhkan di Get Plastic, tapi harus memiliki komitmen untuk hal-hal yang berkaitan dengan alam. "Kami selalu terbuka dengan siapa pun, kami nggak ada syarat berupa skill tertentu, tapi kami minta untuk komitmen peduli untuk lingkungan, mau meluangkan waktu, pikiran, tenaga, membuat sesuatu yang baru," tandas Dimas.