Fimela.com, Jakarta Senayan City merayakan hari ulang tahunnya yang ke-18 dengan menggelar peragaan busana ‘Fashion Nation’ yang menggandeng para desainer dalam Indonesian Fashion Designer Council (IFDC). Tidak hanya fashion show, untuk kedua kalinya, kolaborasi ini juga menghadirkan pameran mode yang diberi tajuk, Gaya (Lagi) Fashion Installation 2024.
Pameran yang berlangsung di lantai Ground Floor, Senayan City ini menjadi suatu momentum yang ditunggu setelah kesuksesannya tahun lalu yang diselenggarakan selama tiga minggu. Gaya menjadi selebrasi keindahan yang diterjemahkan oleh masing-masing desainer ini, tidak hanya menampilkan pakaian semata, melainkan juga menyuguhkan set dan ide yang dapat memberikan inspirasi bagi para penikmatnya, terutama para generasi muda.
Tahun ini, Gaya mengangkat tema 'Sustainability' yang dibagi menjadi tiga limbah fashion, yaitu; Air, Water & Earth. Para desainer anggota IFDC menginterpretasikan ketiga elemen tersebut dengan menggunakan bahan-bahan daur ulang, menjadi karya seni yang memiliki pesan dan kisahnya masing-masing.
Advertisement
24 desainer IFDC yang mempresentasikan karya mereka adalah, Adeline Esther, Andreas Odang, Carmanita, Chossy Latu, Danny Satriadi, Denny Wirawan, Didi Budiardjo, Eddy Betty, Era Soekamto, Eridani, Ghea Panggabean, Hian Tjen, Ivan Gunawan, Liliana Lim, Mel Ahyar, Monica Ivena, Priyo Oktaviano, Rama Dauhan, Ria Miranda, Sebastian Gunawan, Stella Rissa, Wilsen Willim, Yogie Pratama, Yosafat Dwi Kurniawan.
Advertisement
Karya Desainer di Gaya Fashion Installation 2024
Ada banyak instalasi mode menarik yang bisa dijelajahi para pengunjung Senayan City Mall. Seperti salah satunya sebuah lukisan warna-warni karya desainer ternama Mel Ahyar.
Dengan tangan terampilnya, Mel Ahyar menyulap sisa-sisa kain dari koleksi busana ‘Archipelago’ miliknya menjadi sebuah lukisan yang penuh makna. Lukisannya bercerita tentang alur pembuatan Wastra Nusantara mulai dari pemintalan benang, pewarnaan, dijadikan produk berupa baju, hingga didaur ulang kembali.
Karyanya menunjukkan Wastra Nusantara sebagai daur sempurna antara manusia dan alam. Alam menyediakan bahan, manusia terinspirasi dan menyajikan, hasilnya adalah bunga rampai karya nan bernilai ekonomi, sebuah ekosistem berkelanjutan masyarakat yang memberdayakan sekaligus melestarikan.
Instalasi menarik lainnya dapat ditemui pada karya Ria Miranda yang mengangkat tema bawah laut. Pada partisipasi pertamanya di Gaya ini, Ria Miranda mendekap keindahan lautan Indonesia dengan eksplorasi limbah botol plastik, kreativitas Ria Miranda menggabungkan elemen alam dengan desain kontemporer modern dalam sebuah karya patchwork scarf.
Kepada Fimela, Ria Miranda mengungkap karya ini sebagai tangisan laut. “Di laut itu, sedihnya banyak sekali botol plastik yang ditemukan, ini sebenarnya tentang laut yang menangis,” kata Ria Miranda.
Terdapat dua scarf yang terbuat dari limbah plastik. Beads yang menghiasi scarf juga terbuat dari limbah botol plastik.
Tentang IFDC
IFDC yang pertama kali berdiri pada tahun 1986, dengan nama Ikatan Perancang Busana Madya Indonesia (IPBMI) diprakarsai oleh Sjamsidar Isa, Chossy Latu, Ghea Panggabean, Biyan Wanaatmadja, Harry Darsono, Susan Budihardjo dan Alm.Prayudi.
Seiring perjalanannya, pada tahun 1988, atas saran Kementerian Dalam Negeri, IPBMI mengalami perubahan nama menjadi Ikatan Perancang Mode Indonesia. IPMI yang juga dikenal sebagai Indonesian Fashion Designer Council (IFDC). Pada tahun 2024 ini mengukuhkan kembali penyebutan IPMI kembali menjadi IFDC, guna mempermudah dalam menjangkau khalayak internasional.