Sukses

Fashion

Diary Fimela: Berawal Dari Pengalaman Pandemi, Intip Kisah Jessica Halim & Hansens Yansah Dalam Menjalankan SCRB: The Scrub Project

Fimela.com, Jakarta Saat ini memang ramai berbagai bisnis yang bergerak dibidang kesehatan. Salah satunya adalah pakaian yang dikenakan ketika nakes berjaga. Bernama Scrub atau yang dikenal dengan seragam kedokteran, sudah pasti menjadi identitas para nakes ketika sedang menjalankan tugasnya.

Akan tetapi tidak sedikit bahan yang dikenakan menyulitkan mereka untuk melakukan tugasnya dengan baik. Kembali pada masa Pandemi COVID-19 misalnya, di mana para nakes harus mengenakan nakes dan juga hazmat yang tidak hanya panas saja ketika juga dikenakan namun juga menyulitkan untuk bermanuver. 

Berawal dari pengalaman yang dirasakan oleh dr Jessica sebagai tenaga kesehatan, bersama dengan dr Hansens, kedua dokter ini mendirikan SCRB The Scrub Project dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan terhadap para nakes dengan scrub yang dikenakan oleh mereka. 

Sudah berjalan selama 3 tahun, The Scrub memiliki visi untuk memberikan scrub agar para nakes dapat bertugas dengan percaya diri, lebih produktif, tetap nyaman namun tentu saja sembari menjaga profesionalitas sebagai tenaga kesehatan agar dapat memancarkan rasa percaya diri dalam mengemban tugasnya.

Tidak hanya itu, The Scrub juga memiliki misi untuk menciptakan scrub yang lebih dari sekedar seragam tetapi juga gaya hidup yang mana akan membantu para nakes tampil fashionable dengan desain scrub yang inovatif dan dibuat dari bahan yang nyaman pula. 

Berjalan selama 3 tahun, The Scrub juga sudah menjadi pemimpin pertama dalam bisnis brand khusus Scrub kedokteran yang di mana juga telah melebarkan sayapnya ke negara lainnya. Tidak hanya itu, The Scrub Project juga sudah menjajakan kakinya dalam berbagai pameran kesehatan di Indonesia. Berikut adalah kisah bagaimana dr Jessica dan dr Hansens mendirikan dan menjalankan The Scrub Project. 

1) Berlatarbelakang Kedokteran

Bernama Jessica Halim seorang dokter umum yang sedang menempuh pendidikan spesialis bedah plastik rekonstruksi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebagai co-founder The Scrub Project. Sebagai tenaga kesehatan, Jessica merasakan bagaiimana rasanya berjaga dan menceritakan pengalamannya ketika masa pandemi. 

Pada tahun 2020 ketika COVID-19 ia merasakan bagaimana dulu mengenakan hazmad. Dan dulu Scrub hanya dianggap sebagai seragam biasa. Ia mengalami ketidaknyamanan mulai dari cutting, bahan apalagi ditambah dengan menggunakan hazmad dan kesulitan untuk melakukan manuver seperti jongkok. 

Akhirnya bersama founder The Scrub lain, dr Hansens Yansah, mereka mendirikan usaha bidang Scrub dengan bahan yang agak stratchy. Supaya lebih nyaman, mereka juga mengutamakan 4 aspek lain seperti tetap terlihat profesional dan menjaga integritas sebagai tenaga kesehatan, tetap fungsional dengan menambah banyak kantong agar cukup untuk membawa barang ketika berjaga dan tetap diperhitungkan ketepatannya dalam menyimpan barang-barang ketika berjaga. Mereka  juga ingin tetap para nakes terlihat fashionable di mana scrub bukan hanya sebagai seragam tetapi dapat terlihat sebagai outfit ketika pergi berkerja dan terlihat presentable. 

"Apalagi profesionalitas seorang dokter tidak hanya terlihat ketika sedang berkerja serta cara kita bersikap tetapi juga dari looks kita. Bagaimana kita dapat meyakinkan pasien agar mereka merasa 'Oh Dokter yang ini terlihat mumpuni nih', apalagi dengan pakaian yang dikenakan juga dapat memancarkan suatu level kepercayaan diri yang berbeda sehingga kita dapat perform better dan dapat fokus untuk prioritas kita keselamatan dan keamanan pasien." Ceritanya. 

 

2) Berdiri karena pengalaman yang dialami ketika pandemi COVID-19

"Jadi pada awalnya ketika kita merintis bisnis ini pada tahun 2020 memang belum banyak yang mumpuni. Kita memasuki market dan ke depan serta waktu yang tepat ketika pandemi di mana banyak sekali nakes yang membutuhkan ekstra nakes untuk menjaga kehigenitas serta lebih bersih dan menjaga profesionalitas sebagai dokter." Cerita Jessica. 

"Tidak lama 2-3 bulan selang merintis bisnis, banyak sekali mulai brand lain yang serupa. Menjadi tantangan tersendiri untuk kita mempertahankan eksistensi brand kita dan syukurnya selama 3 tahun kita berdiri. The Scrub dapat disenangi oleh banyak nakes, dan the Scrub project juga menjadi leading brand the Scrub di Indonesia. Meskipun awalnya bertujuan untuk menyediakan scrub untuk para nakes agar dapat berkerja dengan nyaman, The Scrub juga harus dapat bersaing dengan bisnis lain." Lanjutnya. 

"Salah satu caranya dengan terus berinovasi dan sisi marketing approach untuk menengage para customer, menanyakan apa yang mereka suka serta apa yang butuh untuk ditingkatkan. Dan disisi marketing strategi sendiri juga harus mendalami algoritma sosial media agar dapat meningkatkan awareness serta popularitas The Scrub tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga mancanegara." ujarnya. 

3) Melihat luasnya pekerjaan kedokteran, tidak hanya spesialis saja untuk berkontribusi terhadap dunia kesehatan

Jessica melihat peluang untuk berkontribusi pada dunia kesehatan tidak hanya menjadi dokter spesialis saja namun juga dapat melalui langkah lain. "Banyak memang orang yang berbisnis di bidang kesehatan atau sebagai medical enterpreneur. Dan memang dibutuhkan orang-orang dengan latarbelakang kedokteran untuk masuk ke dalam bisnis kesehatan karena memang kita yang tahu segala seluk-beluk tentang kesehatan selain kita sendiri yang pernah merasa. Maka dari itu kita bisa tahu apa yang kita bisa kontribusi dan berikan ini dapat tepatguna tidak hanya para nakes saja tetapi juga pasien." Ujar Jessica. 

"Saya membuat Scrub karena saya merasakan scrub yang dulu tidak enak dan saya juga dapat tahu apa saja kebutuhan kita. Dari situ saya bisa memberikan kebutuhan akan barang kesehatan. Yang disayangkannya adalah saat ini banyak yang masih beranggapan untuk mengambil bisnis dibidang kesehatan itu seperti buat apa atau stigma ngapain ambil bisnis padahal sudah sekolah lama untuk kedokteran. Namun nyatanya, there is nothing to lose hanya karena kita beralih bisnis instead of menjadi praktisi, saya juga sangat encourage terutama medical students dan dokter muda untuk melihat lebih bahwa pilihan perkerjaan untuk dokter tidak hanya spesialis sehingga banyak sekali pilihan-pilihan yang bisa dipilih." Tambahnya. 

"Bahkan dengan career pathways lain dapat mengembangkan dunia bisnis seperti The Scrub misalnya dapat memberikan feedback kepada komunitas lain khususnya terutama dibidang kesehatan dengan cara yang sama nyatanya." Lanjutnya. 

4) Masih punya rencana untuk terus berinovasi untuk dapat berkontribusi dalam dunia kesehatan khususnya untuk para tenaga kesehatan

Selama 3 tahun berdiri, The Scrub sudah memiliki customer di mancanegara, bahkan The Scrub juga sudah pernah ikut pameran kesehatan. "Kami sudah mengaktifkan Shopee Internasional dan sudah banyak sekali para cust dari luar seperti Thailand hingga Malaysia. Dengan adanya the Scrub ini saya juga melihatnya saat ini tren nakes itu dulu hanya memakai baju biasa seperti kemeja, celana bahan, dan baju ala jas dokter. Dan saya melihatnya itu tidak hiegenis karena kan jas dokter itu dicuci seminggu sekali sehingga bisa dibayangkannya bagaimana banyaknya bakteri di situ." ujarnya membagikan pengalamannya. 

"Nah, maka dari itu kami mempelopori scrub yang nyaman dengan cutting yang enak, dan para nakes ini juga tidak hanya menggunakan scrub saja yang dicuci bersih setiap harinya. Tidak lagi menggunakan jas dokter dan berdasarkan penelitian dianggap tidak hiegenis jika dilihat dari sisi higenitas juga. The scrub juga menyediakan ruang gerak yang ramah untuk nakes sehingga memudahkan mereka untuk melakukan aktivitas dengan mudah." Tambahnya. 

Banyak sekali rencana yang ingin The Scrub lakukan untuk ke depannya agar terus dapat berkontribusi dalam dunia kesehatan. "Misalnya kita mau release line terbaru kita yaitu SCRUB STUDIO di mana scrub yang lebih fashionable dan shape yang diperutukan untuk nakes-nakes yang mungkin saja mereka berpraktik di klinik kecantikan maupun klinik yang mungkin basisnya bukan seperti UGD sehingga mereka tetap nyaman. The Scrub juga menyediakan dan mengembangkan the scrub yang lebih fashionable dan tetap professional tentunya sembari tetap mensupply classic scrub milik kita pribadi." ujarnya. 

5) Harapan ke depan The SCRUB Project untuk kemajuan bisnis dibidang kesehatan

Fokus dan harapan the Scrub terhadap tenaga kesehatan adalah agar seterusnya dapat mengsupport mereka dengan outfit yang comfortable, professional dan fashionable. Karena kami merasa para nakes ini sudah berkerja dengan sangat keras, ikut shift sesuai dengan jadwal jaga. Kenyamanan inilah yang kami harapkan sehingga para nakes akan terasa lebih percaya diri dalam berkerja. Kami ingin memberikan outcome yang positif untuk para pasien.

Dengan tagline comfort for one blessing for all, dengan kenyamanan dari Scrub kita dapat memberikan bantuan kepada mereka di berbagai situasi. 

 

Penulis: Tisha Sekar Aji

Hashtag: #Breaking Boundaries 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading