Sukses

Fashion

Outfit Serba Hitam dan Kebaya Janggan Dasiyah di Gadis Kretek Jadi Gambaran Lady Boss di Era 1960an

Fimela.com, Jakarta Karakter Dasiyah atau Jeng Yah yang diperankan Dian Sastrowardoyo di Gadis Kretek tidak hanya sukses menggemparkan industri film. Melainkan juga industri fashion yang mendadak diramaikan dengan tren kebaya janggan.

Gara-gara penampilan Jeng Yah di Gadis Kretek, kebaya Janggan kini makin dikenal dan merajai tren fashion di Tanah Air. Meledaknya tren kebaya Janggan ini justru menggelitik penata busana untuk Gadis Kretek, Hagai Pakan yang tidak menyangka bahwa karakter Dasiyah menjadikan kebaya Janggan sebagai sebuah tren yang besar.

"Senengnya adalah karena aku pribadi ini ketika ngerjain sesuatu selalu nyelipin ke Indonesia-an. Nah ini dikasih lahan seluas-luasnya, jadi kayak lebih puas karena dan terlihat dari comment comment, orang jadi bisa menghargai budaya dengan gaya jaman sekarang," ucap Hagai Pakan dalam sebuah wawancara eksklusif.

Sejak awal dikontak Netflix Indonesia untuk menggarap kostum karakter Gadis Kretek, Hagai bersama sang sutradara Kamila Andini, memiliki proyeksi untuk menampilkan karakter Dasiyah sebagai seorang Lady Boss di era 60-an. Untuk itu dipilih perpaduan kebaya Janggan, surjan, dan kebaya klasik sebagai outfit utama Dasiyah. Sehingga Hagai Pakan mengandalkan kebaya kerah tinggi untuk menunjukkan maskulinitas seorang perempuan di era 60-an yang dibawakan oleh Dasiyah.

"Kamila Andini punya keinginan untuk gimana caranya menampilkan konsep Lady Boss di tahun itu. Kalau jaman sekarang, pakai power suit, palazo, blazer, you're already lady boss. Tapi jaman dulu gimana ya Lady Boss itu. Kalau kayak masculinity untuk diliatin, akhirnya we go with surjan," terang Hagai.

 

Referensi kebaya Janggan

Untuk semakin memperkuat karakter Lady Boss dari seorang Dasiyah, Hagai Pakan memadukan kebaya Janggan dengan beberapa kain batik bermotif Parang. Dari riset yang dilakukan Hagai, tidak ada referensi yang menunjukkan bahwa batik Parang Pun sebelum tidak boleh dikenakan oleh perempuan. Namun pada masa lampau, Batik Parang memang lebih lazim dikenakan oleh laki-laki. Temuan ini memperkuat tekad Hagai untuk menggunakan Batik Parang sebagai paduan tampilan Dasiyah, bahkan dengan motif Parang ukuran yang cukup besar sebagai simbol maskulinitas yang kuat.

Lebih lanjut Hagai pun bercerita bahwa dirinya mencari banyak referensi sebelum akhirnya menemukan konsep kebaya Janggan untuk Dasiyah seperti yang kita lihat di serial Gadis Kretek. Salah satu referensi yang diambil adalah koleksi kebaya Janggan dari Obin yang hadir di Jakarta Fashion Week 2019. Dari inspirasi kebaya yang dihadirkan, Hagai mencoba memadukannya dengan sejumlah bross vintage yang memang difungsikan sebagai kancing di masa lampau.

 

Eksplorasi gaya yang relevan

Hagai sendiri mengaku bahwa serial Gadis Kretek menjadi serial periodik pertamanya yang menampilkan kehidupan di masa lampau. Namun karena ditonton di tahun 2023, Hagai harus memastikan tampilan busana setiap pemain tetap bisa relevan dengan masa sekarang. Untuk itu, ia melakukan eksplorasi gaya masa kini yang masih relevan di era 60an. Termasuk eksplorasi motif dan bahan pakaian yang banyak digunakan di masa 60an.

"Kita aja masih pakai baju yang dikeluarin tahun 90an. Jadi jangan sampai karakter itu pakai baju yang belum keluar di era itu. Misalnya eranya 60an, jangan sampai ada pieces di era 80an yang muncul. jadi gaya yang aku kombinasiin itu 60an ke atas," cerita Hagai.

 

Bikin kebaya sendiri

Konsep Lady Boss yang diproyeksikan Hagai Pakan dan Kamila Andini sangat terbantu dengan banyaknya toko-toko vintage yang bertebaran secara online maupun offline. Seperti toko vintage aksesori dari Jogja dan Malang yang ditemukan Hagai secara online. Sehingga tidak terlalu sulit bagi Hagai untuk mewujudkan tampilan kontemporer mencari tekstur motif maupun bahan pakaian yang kurang lebih serupa.

"Aku agak posesif sama jewelry yang vintage. Kalau bisa malah emas kuno dan ternyata pada saat diedit, filmnya di up jadi HR. Jadi aku untung pakai bahan yang bener, batiknya tulis, aksesorinya emas. Karena kalau itu pakai katun alun ala-ala, ketika HR akan keliatan palsunya. Gambar di kamera bisa ngebunuh banget kalau sampai warna yang dipakai salah," kata Hagai.

Tak hanya itu, Hagai pun memilih untuk membuat sendiri seluruh kebaya yang dikenakan Dasiyah di Gadis Kretek tanpa keterlibatan desainer ternama. Alasannya sederhana, lagi-lagi karena Hagai sangat posesif dengan tampilan busana Dasiyah yang harus dibuat sekuat mungkin sebagai karakter utama.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading