Fimela.com, Jakarta Berlian lab grown, atau yang dikenal sebagai berlian sintetis, telah menarik perhatian sebagai alternatif yang menarik dan inovatif. Kualitasnya yang setara dengan berlian pertambangan membuatnya semakin populer di kalangan generasi muda khususnya mereka yang mencari solusi berlian yang lebih ramah lingkungan.
Berlian pada umumnya biasanya didapatkan dari pertambangan atau dari goa-goa. Bisa dikatakan berlian dengan jenis tersebut tidak dapat memberikan dampak yang baik untuk lingkungan. Jika pertambangan berlian ini terus-terus dilakukan, lingkungan yang kita tinggal akan rusak dan menimbulkan banyak bencana alam salah satunya adalah longsor.
Kerusakan lingkungan yang timbul dari penambangan berlian nyata dan signifikan, disebabkan oleh penggunaan alat berat dan bahan peledak. Menurut laporan Environmental Impact Analysis Production Of Rough Diamonds dari Frost & Sullivan, untuk memperoleh 1 karat berlian hasil tambang, diperlukan konsumsi lahan, energi, dan air yang sangat besar. Proses penambangan berlian juga menghasilkan polusi udara dan limbah mineral dalam jumlah yang sangat besar. Semua dampak lingkungan ini dapat diminimalkan dengan memproduksi berlian di laboratorium.
Advertisement
“Semua yang kami lakukan di Sōl.et.terre didasarkan pada prinsip sustainability, termasuk dalam memilih menggunakan berlian lab grown. Kami ingin rangkaian perhiasan dari Sōl.et.terre tak sekadar memberi keindahan pada pemakainya, tapi juga diproduksi tanpa berdampak buruk kepada lingkungan hidup dan manusia, sehingga dapat ikut melestarikan Bumi,” ujar Chelsea Islan selaku aktris terkenal di Indonesia.
Advertisement
Ketertarikan Berlian Lab Grown
Berdasarkan data yang disebarkan pada press rilis Sōl.et.terre mengungkapkan bahwa, tingkat kepopuleran berlian lab grown, makin hari makin tinggi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang disebarkan oleh StudyFinds yang menyebutkan 5 tahun terakhir masyarakat Inggris memiliki ketertarikan terhadap berlian lab grown mengalami lonjakan sekitar 2000 persen. Menambahkan berdasarkan penelitian yang menggunakan 1.500 sample calon pengantin pria dan wanita dari generasi muda 70 persen diantara mereka memilih berlian lab grown dengan alasan harganya yang terjangkau dan sustainable.
Pada awalnya, berlian autentik hanya dikenal dalam bentuk berlian hasil penambangan. Pengembangan berlian pertama kali dilakukan di laboratorium oleh ilmuwan dari General Electric Research Laboratory pada dekade 1940-an melalui berbagai eksperimen yang meniru tekanan dan suhu ekstrem yang terjadi dalam lapisan Bumi selama proses pembentukan berlian. Meskipun berlian lab grown diperkenalkan kepada dunia pada 15 Februari 1955, produk ini baru secara komersial tersedia pada tahun 1980-an.
Tiga puluh tahun setelahnya, FTC (Federal Trade Commission) menyatakan bahwa berlian lab grown dianggap sebagai berlian autentik karena memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan. Menurut Pedoman untuk Industri Perhiasan, Logam Mulia, dan Pewartaan yang dikeluarkan oleh FTC, berlian asli memiliki ciri-ciri, antara lain, terbuat dari karbon murni yang mengkristal; memiliki beragam warna; memiliki tingkat kekerasan sebesar 10; memiliki berat jenis 3,52; dan indeks bias 2,42. Dengan demikian, berlian lab grown tidak lagi memiliki perbedaan mendasar dengan berlian hasil penambangan.
Berlian Sōl.et.terre
“Berlian lab grown adalah berlian yang dibuat di laboratorium dengan proses yang singkat, tidak seperti berlian hasil tambang yang membutuhkan waktu panjang dan melewati proses ekstraksi berupa penambangan. Walau demikian, secara optik, kimia, dan fisik, berlian lab grown dan berlian hasil tambang tidak memiliki perbedaan. Berlian lab grown juga telah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai berlian dari FTC, karena itu tak perlu diragukan bahwa berlian lab grown adalah berlian asli,” ujar Sumarni Paramita FGA (Gem-A London), GG (GIA), IGI, RMV (Registered Master Valuer), Direktur Adamas Gemological Laboratory of Indonesia dan Institute Gemology Paramita.
Sebagai merek perhiasan mewah berkelanjutan, Sōl.et.terre berkomitmen untuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia tentang berlian lab grown yang memiliki keunggulan sebagai berlian autentik sambil mendukung praktik keberlanjutan. Hal ini sejalan dengan visi dan misi kedua pendiri Sōl.et.terre, yakni Chelsea Islan, seorang aktris dan aktivis lingkungan yang juga menjabat sebagai SDG Mover untuk UNDP Indonesia, serta Veronica Pranata, seorang desainer perhiasan berpengalaman.
Menurut Veronica, Sōl.et.terre hanya menggunakan berlian lab grown berkualitas terbaik yang telah disertifikasi oleh GIA (Gemological Institute of America) dari Amerika Serikat dan IGI (International Gemological Institute) dari Belgia. Berlian-brian ini dipilih dengan selektif, hanya 0,5 persen dari berlian berkualitas perhiasan yang memenuhi standar yang ketat dan diintegrasikan ke dalam produk Sōl.et.terre.
Penulis: Sherly Julia Halim.