Sukses

Fashion

Sudah Satu Dekade, Begini Perjalanan Batik Durian Lubuklinggau yang Perkaya Khasanah Batik Nusantara

Fimela.com, Jakarta Lahir di sebuah kota paling barat di Sumatra Selatan, kain batik durian awalnya digagas oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dekranasda Lubuklinggau, Yetti Oktarina Prana pada Mei 2013. Batik ini mulanya muncul dengan motf belah durian yang kemudian berkembang dengan beragam motif, seperti hiasan dedaunan, dan tidak lagi hanya berbentuk belajh durian.

"Batik Durian Lubuklinggau pada awalnya adalah keinginan untuk mendapatkan ikon atau simbol yang menjadi penanda kota Lubuklinggau. Siapa mengira kalau perkembangan dan perjalanannya dalam hitungan satu dekade, telah melangkah cukup jauh dan menjadi harapan banyak orang. Tidak hanya untuk warga Lubuklinggau, tapu juga di luar Lubuklinggau," ujar Yetti Oktarina, yang juga akrab disapa Rina, pada acara peluncuran buku Batik Durian Lubuklinggau, Minggu (15/10), di Gramedia Matraman, Jakarta.

Kain batik durian Lubuklinggau tidak hanya menghadirkan warna gelap netral, tetapi juga warna-warna cerah yang apik. Warna-warna kain batik durian Lubuklinggau tersebut menggunakan pewarna alam seperti buah pinang dan kulit jengkol. Dalam perkembangannya, batik durian Lubuklinggau turut berkolaborasi dengan sejumlah desainer dan dikenalkan ke masyarakat luar, dengan tampil di pekan mode tingkat nasional maupun pekan mode tingkat internasional. Selama sepuluh tahun menuju perjalanan suksesnya, batik durian Lubuklinggau tentunya juga menghadapi banyak kendala dalam prosesnya. Namun, semua kendala itu menjadi tantangan untuk terus ada dan berkembang.

"Sepanjang sepuluh tahun ini, tentu saja ada jatuh bangunnya. Dari mulai kesulitan untuk melahirkan pengrajin batik, mengeluarkan motif-motif baru dan estetik, konsistensi untuk terus berproduksi, dan kehadirannya yang masih belum menarik minat banyak orang. Saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang selalu percaya akan batik durian Lubuklinggau ini, baik pemerintahan, desainer, pengrajin batik, hingga masyarakat yang terus menaruh harapan dan minatnya pada batik ini," lanjut Rina.

Milan Fashion Week Menjadi Lompatan Besar untuk Batik Durian

"Saya ingin batik ini menjadi sesuatu yang digemari oleh pemuda, batik adalah suatu warisan budaya yang patut kita banggakan, tetapi batik seolah hanya dipakai dalam kegiatan formal saja, berkat teman baik saya Miss Jenny, pemilik JYK by Jenny Yohana Kansil, yang mendesain batik durian dengan sangat apik dan modern, sekaligus meyakinkan saya bahwa batik durian layak untuk tampil di pentas modern dunia, pada tahun 2021 batik durian berhasil tampil di Milan Fashion Week," ujar Rina, yang juga istri dari Prana Putra Sohe, Walikota Lubuklinggau periode 2013-2018

Milan Fashion Week 2021 menjadi bukti bahwa batik durian mampu melebarkan pesonanya hingga ke kancah internasional. Batik durian tercipta tanpa filosofi, bebas untuk didesain, sehingga desainer memiliki keleluasaan untuk mendesain, salah satunya seperti desain punk. Rina dan JYK by Jenny Yohana Kansil berhasil membawa batik durian ke Milan Fashion Week 2021 dengan desain yang funky, sporty, dan penuh warna.

Kisah Perjalanan Batik Durian Lubuklinggau Dikemas Apik dalam Buku

Perjalanan selama satu dekade batik durian Lubuklinggau, dari tahun 2013 hingga 2023, dipaparkan dalam buku yang dikemas apik. Buku ini menjadi dokumen tertulis yang membuat siapapun yang membacanya akan turut mendalami dan memahami keberadaan batik durian Lubuklianggau di antara batik nusantara. Buku ini resmi diluncurkan pada 15 Oktober 2023 dengan judul "Batik Durian Lubuklinggau: Memperkaya Khasanah Batik Nusantara".

Dalam kesempatan yang sama, Rai Rahman Indra, penulis buku mengungkapkan bahwa proses penulisan buku ini telah dimulai sejak tahun lalu ketika batik durian Lubuklinggau ikut serta kali kedua dalam panggung mode di Milan, bersama desainer Jenny Yohana Kansil, lewat labelnya JYK.

"Sebuah perjalanan yang membuka mata. Dari mulai mengunjungi sentra pengrajin batik di Lubuklinggau, melihat proses pembuatan batik yang unik, hingga bagaimana daerah yang bisa dibilang tidak punya batik sebelumnya tapi kemudian melahirkan motif batik mencolok dan tak kalah menariknya dibanding batik-batik yang sudah lebih dulu ada di Indonesia," ungkap Rai.

Terdiri dari 13 bab secara keseluruhan, buku ini diharapkan tidak hanya membuat pembaca mengenal lebih dalam tentang batik durian Lubuklinggau, tetapi juga turut bangga akan kekayaan batik nusantara dan cerit-cerita di baliknya. Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan dibanderol dengan harga Rp257.000.

 

Penulis: Denisa Aulia

#BreakingBoundariesOktober

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading