Fimela.com, Jakarta Redress Desain Awards merupakan salah satu perlombaan sustainable fashion terbesar di dunia. Redress sendiri memiliki misi untuk mengedukasi desainer baru di seluruh dunia mengenai teori dan teknik sustainable fashion guna meningkatkan pertumbuhan baik dari sisi fesyen. Berkantor pusat di Hongkong, Redress Desain Awards akhirnya mengakhiri siklus ke-13 dengan mengumumkan pemenangnya pada 7 September 2023 di Hong Kong CENTERSTAGE.
Dalam 9 bulan perlombaan berlangsung, terkumpul 8 finalis dari 46 negara, yaitu dari Jerman, Amerika, India, Australia, Sri Langkah, Hong Kong, Kanada, dan Perancis. Pemenang dari perlombaan ini adalah Nils Hauser dari Jerman. Nils Mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama khususnya dalam bidang sustainable fashion bersama dengan Tokyo Design Collective VF Corporation yaitu Timberland untuk koleksi musim semi 2025. Selain kolaborasi, pemenang juga mendapatkan pendanaan sebesar 6.400 US Dollar untuk mendorong karier mereka, mesin jahit dari brand ternama JUKI, dan mendapatkan akses selama satu tahun ke seluruh area Bloomsbury Fashion Central, termasuk Fairchild Books Library dan Fashion Photography Archive.
“Berkolaborasi dengan brand sustainable fashion terkemuka seperti Timberland® dan juga bisa menuangkan segala ide-ide sustainable fashion yang saya miliki merupakan sebuah impian dari semua desainer,” ujar Nils Hauser, pemenang Redress Desain Awards.
Advertisement
Nils menegaskan menjadi desainer seharusnya dapat membantu dalam memberikan solusi terutama dalam permasalah sustainable fashion. Ia berpendapat dengan kolaborasi yang luar dengan Timberland, Nils merasa kolaborasi ini akan berdampak untuk dunia.
“Desainer punya solusi, dengan kolaborasi ini kami yakin dapat memberikan perubahan,” ujar Nils Hauser.
Advertisement
Alasan Redress didirikan
Perubahan pada dasarnya sangat dibutuhkan di masa-masa ini. Fesyen merupakan salah satu industri yang menyumbang sampah paling banyak di dunia. Dalam setahun setidaknya ada 100 miliar item pakaian yang dijual. Data ini terbukti mengalami peningkatan sebanyak 50% sejak tahun 2006. Sampah pakaian ini kemudian dibakar dan ditimbun setiap tahunnya.
Pernyataan inilah yang membuat Redress di bangun. Melihat semakin berjalannya tahun sampah tekstil menjadi semakin banyak. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan desain ulang terhadap komposisi fesyen. Bukan hanya jumlahnya yang menjadi permasalahan, tetapi dampaknya juga. Sampah tekstil dapat menyebabkan kebanjiran dan kebakaran yang berkelanjutan.
“Kita perlu mengubah fesyen untuk menjadi lebih sirkular. Bencana alam terjadi akibat fesyen. Maka dari itu para finalis Redress Design Award perlu menjadi pemadam kebakaran versi mode. Memang melakukannya bisa dikatakan sebagai sesuatu yang tidak mudah, tetapi hal ini patut untuk diperjuangkan,” ujar Redress Founder, Dr. Christina Dean.
Para finalis akan menjadi generasi baru desainer yang akan mulai merancang fesyen dari limbah tekstil. Mereka juga akan menerapkan teknik desain zero waste, upscaling, dan rekonstruksi. Maka dari itu, Redress bukan hanya membuat kompetisi desain, mereka juga ada melakukan pelatihan perihal sustainable fashion. Hal ini dilakukan agar para peserta dalam mendalami dan menerapkan ini dalam kehidupan mereka saat mereka memutuskan untuk membuat brand fashion sendiri.
Bukan hanya pengumuman pemenang, Redress Desain Awards juga ada menampilkan beberapa desain sustainable fashion dari 6 alumni kontestan Redress, yaitu finalis 2012 Janus Ha (Hong Kong), pemenang 2021 Jessica Chang (Taiwan), 2021 runner-up Pei-Wen Jin, semifinalis 2022 Lorenzo Restagno (Hong Kong), pemenang terbaik 2022 Patrick Lam (Hong Kong), dan pemenang 2020 Lê Ngọc Hà Thu (Vietnam).
Penulis: Sherly Julia Halim.