Fimela.com, Jakarta Paris, sebagai kiblat mode dunia telah melahirkan banyak perancang busana terkenal dengan karya-karyanya yang brilian. Di tempatnya menuntut ilmu inilah yang menginspirasi Didi Budiardjo untuk koleksi teranyarnya.
Ketika desainer Didi Budiardjo mendalami ilmu fashion di Atelier Fleuri Delaporte di Paris, ia menyempatkan diri menikmati keberadaan Café de la Paix, cafe legendaris yang lokasinya terdapat di persimpangan Boulevard des Capucines dan Place de l’Opera, kawasan social life yang tersohor.
Cafe ini terkenal sebagai tempat berkumpulnya pesohor kelas dunia, mulai dari sastrawan, sineas, hingga musisi dan bintang film. Di Cafe ini, Didi memperhatikan tetamu yang datang dengan gaya berpakaian personal masing- masing, berinteraksi sosial, menjadi diri sendiri.
Advertisement
Didi merasakan aura legendaris yang masih terpancarkan, sehingga lahirlah pemikiran untuk menciptakan satu koleksi rancangan yang mewakili orang-orang yang beranjangsana, yang Didi Budiardjo sebut sebagai ‘Café Society’. Peragaan tersebut digelar di Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan, Rabu (19/7) malam.
“Ketika saya ke Paris, saya tinggai di salah satu hotel yang sangat legendaris (Grand Hotel), di mana acara-acara besar tahun 80 hingga 90-an dilakukan, dan semua maestro mode itu pernah melakukan fashion show di ballroom itu. Setiap hari saya sarapan di cafe itu (Café de la Paix), cafe berkumpulnya orang-orang terkenal. Saya rasa ini yang menginspirasi saya,” kata Didi saat ditemui seusai acara.
Advertisement
Nostalgia Era 80-an
Koleksi Didi kali ini berfokus pada era akhir 80-an sampai awal 90-an yang sebelumnya belum pernah dibesut olehnya. Desainer kelahiran Malang, Jawa Timur itu lantas menerapkannya ke seluruh 55 look gaun cocktail dan gaun-gaun malam elegan khas Didi yang ditampilkan malam itu. Penampilan para model juga kian dramatis dengan headpiece karya desainer asal Irlandia, Michelle Kearns.
Serapan style dari Lady Diana, Madonna, hingga Grace Jones, ditebarkan di sejumlah gaun berupa unsur off shoulder, big shoulder, dan vest. Warna-warna vibrant khas tahun 1980-an hadir seperti warna merah, kuning, oranye, hijau, biru, serta kontras tinggi warna hitam dan putih.
Salah satu karakter Didi Budiardjo adalah pemilihan bahan-bahan yang mewah, juga bahan vintage dari koleksi pribadi. Untuk koleksi ini, Didi pun memilih bahan-bahan yang berasal dari tahun 80-an hingga 90-an.
“Materialnya beragam sekali, dari bahan-bahan tahun 80-an sampai 90-an. Mulai dari jacquard, lace, dan masih banyak lagi,” ungkap Didi.
Didi menyebut, bahwa kecenderungan fashion saat ini memang mulai kembali condong ke gaya 80-an sampai 90-an. Meski harus keluar zona nyaman menciptakan koleksi yang tidak biasa, Didi mengaku tertantang untuk menciptakan koleksi bertema ‘jadul’ namun dengan sentuhan yang kekinian.
“Kecenderungan fesyen sekarang juga ke 80-an sampai 90-an, itu juga yang sedang booming. Jadi kenapa tidak, akhirnya saya angkat. Dan memang suka ditanya juga, apa kamu tidak takut nanti terlihat kuno, dan saya harus berusaha dan bekerja lebih keras untuk membuatnya lebih kekinian,” ujar Didi.
Ajak 100 Siswa Sekolah Mode
Pada kesempatan ini, Didi mengundang 100 siswa dari berbagai sekolah mode di Jakarta dan sekitarnya, untuk menyaksikan gelaran “Café Society”, dengan harapan dapat membagikan semangat Didi Budiardjo kepada para siswa sekolah mode, sebagai generasi muda penerus perjuangan fashion Indonesia, memacu semangat para siswa mode tersebut untuk mendapatkan inspirasi dan motivasi dalam menggapai impiannya, sehingga mereka mampu merealisasikan mimpinya ke dalam sebuah karya, untuk kemajuan Fashion Indonesia.
Pengalaman ini telah Didi rasakan ketika bersekolah mode di Paris, dia merasakan bahwa bagaimana rasa antusiasme yang tinggi ketika ada ajakan untuk menonton fashion show secara langsung dari seorang perancang busana.
Baginya menonton peragaan busana adalah hal yang paling ditunggu-tunggu, sebagai pemacu adrenalin dan semangat dalam dirinya untuk menghasilkan karya terbaiknya.