Fimela.com, Jakarta Tas Lady Dior menyimpan banyak sejarah. Tas ini dibuat pada tahun 1995 dan dinamai Diana, Princess of Wales, diberikan oleh Bernadette Chirac, Ibu Negara Prancis saat itu.
Diana begitu terikat dengan tas ini, yang pada kenyataannya, dari semua kontribusi Diana terhadap gaya, mulai dari sweater Fly Virgin Atlantic, celana pendek untuk bersepeda, hingga gaun off-the-shoulder 'balas dendamnya,' tas ini bertahan paling lama. Ini bisa jadi contoh klasik tentang bagaimana selebritas dan merek bisa bekerjasama untuk menciptakan best-seller mereka.
Dilansir dari wmagazine.com, tas Lady Dior menjadi semakin populer sejak musim terbaru The Crown. Maria Grazia Chiuri, Creative Director Dior akhirnya memutuskan untuk merilis edisi Lady Dior 95.22.
Advertisement
Advertisement
Kisah di balik tas Lady Dior
Bagi Maria Grazia, ini berarti melunakkan bentuk arsitektural tasnya dan semakin melengkungkan pegangannya agar lebih mudah dibawa. Versi asli tas Lady Dior dirancang oleh Creative Director Dior Gianfranco Ferré, yang sangat menghormati Christian Dior.
Pola jahitan yang disebut 'cannage' mengacu pada kursi rotan di salon couture tua dan gantungan D-I-O-R di gagangnya telah menandai tren tas jinjing yang dihiasi dengan pernak-pernik yang muncul bertahun-tahun kemudian, penghormatan pada ketertarikan pribadi Monsieur Dior pada jimat. Maria Grazia telah memodernisasi elemen-elemen tersebut, bermain dengan proporsi baru, dan menawarkan 3 ukuran tas dengan nuansa yang berbeda, dengan sentuhan ruthenium atau emas pucat.
Maria Grazia juga mengakui bahwa tas Lady Dior sangat cocok dengan alam semesta kreatifnya. Feminitas dan strukturnya yang keras membuat tas ini menjadi campuran kontradiksi yang memperdaya, yang juga ciri khas Dior di bawah naungan Maria Grazia Chiuri.
Kisah di balik tas Lady Dior
Maria Grazia sangat memahami bahwa tas memiliki fungsi lebih dari tempat untuk menyimpan lipstik dan kunci, tidak hanya penanda status dan selera, tapi juga identitas. Maria bahkan pernah meminta 11 seniman internasional untuk menafsirkan tas Lady Dior sesuai keinginan mereka dalam dua inisiatif, yaitu Lady Dior As Seen By dan Dior Lady Art.
Dan walaupun ia mengaku tidak memikirkan siapapun secara spesifik saat mendesain, wajah untuk kampanye tas ini di antaranya adalah penulis feminis Chimamanda Ngozi Adichie, pemain tenis Emma Raducanu, dan aktris Anya Taylor-Joy, Dilraba Dilmurat, serta yang terbaru ada Jennifer Lawrence. Maria percaya bahwa Lady Dior adalah tas empati yang mencerminkan keinginan setiap perempuan yang membawanya.