Fimela.com, Jakarta Infusi budaya Jepang banyak diterapkan dalam gaya hidup modern, salah satunya fashion. Kali ini, brand fashion yang inovatif, Desu hadir di Bali. Sebuah brand yang mengusung kombinasi streetwear gaya Jepang berpadu dengan kain dan teknik yang inovatif. Menjadikan Bali sebagai rumah, Desu juga berhasil sebarkan produknya ke seluruh dunia.
Dengan semangat tinggi yang berfokus pada bahan kulit dan sustainability terinspirasi dari budaya dan gaya Jepang, ide ini muncul pada tahun 2011. Di tahun 2016, Desu menelurkan koleksi untuk perempuan bersamaan dengan sebuah rumah produksi di Canggu. Dengan arsitektur senada dengan Desu; berani dan tegas. Untuk musim kali ini Desu merambah pada fashion pria, dengan tetap mengusung ciri khas geometris dan lapisan dalam desainnya yang nyaman dan progresif.
Kali ini, Fimela berhasil mewawancarai Kate Arshanitsa, owner dan fashion designer Desu. Penasaran seperti apa? simak selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Advertisement
Memilih Bali sebagai basis
F: Apa yang membuat Desu memilih Bali sebagai basis?
K: Menurut kami Pulau Bali sendirilah yang telah memilih Desu Clothing sebagai rumah nya.
F: Mengapa Desu memilih streetwear Jepang sebagai sebuah konsep yang diangkat?
K: Karena merek kami didasarkan pada prinsip, tradisi, dan aturan budaya Jepang.
Menginfusi teknik tertentu
F: Teknik apa yang banyak diinfusi oleh Desu ke dalam garis rancangannya?
K: Desu Clothing menggunakan berbagai kain modern dan futuristik untuk memproduksi pakaiannya. Selain itu, kami menggunakan kain yang alami, ringan, breathable, dan cepat kering. Kami mendesain pakaian yang tidak hanya fashionable tapi juga praktis dan nyaman dipakai. Pakaian kami diwarnai dengan manual, dan kami selalu menciptakan warna baru. Kami menggunakan berbagai teknik pewarnaan untuk menghasilkan berbagai efek dalam produksi pakaian. Hal ini merupakan elemen kunci dari estetika unik Desu Clothing. Kami menerapkan teknik pewarnaan tangan untuk menghasilkan produk yang unik dan disesuaikan.
Cara ini memerlukan pewarnaan kain secara manual dengan pewarna menggunakan berbagai metode, termasuk pewarnaan ikat, pewarnaan celup, dan pewarna pigmen. Kami juga mengaplikasikan tenik stone-wash/ pencucian batu, yang akan membuat warna pakaian tampak pudar. Secara keseluruhan, penggunaan teknik pewarnaan yang berbeda ini memungkinkan Desu Clothing untuk menciptakan karya unik dan individual yang menonjol dari yang lain.
F: Sustainable Fashion identik dengan harga produk yang tinggi, bagaimana Desu menyikapinya agar produk bisa digunakan dan menjadi pilihan fashion yang lebih baik?
K: Strategi Desu untuk membuat produk sustainable fashion lebih terjangkau bagi para fashionista antara lain: Menggunakan bahan yang sifatnya berkelanjutan: Desu menggunakan bahan ramah lingkungan seperti katun organik, poliester daur ulang, dan Tencel, yang harganya lebih terjangkau daripada beberapa kain ramah lingkungan lainnya. Desu menggunakan model bisnis direct-to-consumer untuk memangkas biaya dengan memotong perantara dan menjual ke pelanggan secara langsung.
Hal ini membuat Desu untuk dapat menawarkan produk sustainable fashion berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Desain minimalis: Desain minimalis Desu tidak lekang oleh waktu dan serbaguna, yang berarti dapat dipakai untuk berbagai kesempatan dan musim yang berbeda. Hal ini mengurangi kebutuhan konsumen untuk terus membeli pakaian baru, menghemat uang mereka dalam jangka panjang.
F: Kesulitan yang dihadapi Desu dalam menciptakan produk fashion inovatif?
K: Tidak pernah mudah untuk memproduksi pakaian. Semua pakaian diproduksi oleh manusia, dan manusia pasti pernah membuat kesalahan, oleh karena itu akan selalu ada banyak masalah dan kekurangan; kita hanya harus bisa mengatasinya.
F: Ke depannya, apa harapan yang ingin dicapai oleh Desu?
K: Kami berharap Desu bisa tumbuh, berkembang lebih jauh, dan muncul sebagai merek fashion terkemuka di industri fashion. Lakukan apa yang Anda sukai dan jangan pernah berhenti!