Fimela.com, Jakarta Tas menjadi salah satu barang esensial baik bagi para kaum perempuan maupun laki-laki untuk membawa barang-barang pribadi. Banyak ragam jenis-jenis tas, dimulai dari tas ransel, tas tenteng, tas pundak ataupun tas slempang. Semuanya memiliki fungsi yang sama dengan bentuk dan besar yang berbeda. Tas juga menjadi daya tarik tersendiri untuk melengkapi penampilan.
Cepatnya arus internet membuat kian semakin kreatif para pengrajin tangan, khususnya pengrajin tas. Kini, tas tidak hanya dibuat dengan teknologi mesin, sudah banyak tas-tas dihasilkan dari kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan selain kulit, seperti rotan, kain perca, dan benang wol.
Dalam membuat tas, membutuhkan teknik dan kreativitas yang tinggi untuk membuahkan tas yang berkualitas. Tak kalah dengan tas import dari luar negeri, tas-tas hasil kerajinan tangan karya anak bangsa juga memiliki kualitas tinggi. Mereka mampu bersaing dengan kompetitor di pasar internasional. Salah satunya tas yang dibuat oleh Yossy, pemilik dari UMKM kerajinan tas bernama Kyr. UMKM lokal satu ini terkenal dengan kerajinan tasnya yang unik dan sedang digandrungi kalangan anak muda hingga orang dewasa. Kerajinan tas Kyr tidak hanya sebagai wadah untuk menyimpan barang-barang pribadi, tetapi juga menjadi aksesoris tambahan untuk melengkapi tampilan busana menjadi lebih berwarna.
Advertisement
Advertisement
Kebetulan yang menguntungkan
Semenjak beberapa tahun kebelakang, colourful telah menjadi tren dalam hal pakaian dan aksesoris, salah satunya yang paling banyak digemari adalah fuschia, sejenis warna pink mencolok yang bisa menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Bersamaan dengan ini, Selaras dengan gaya berpakaian Yossy, warna colourful menjadi awal dari terbuatnya Kyr.
“Awalnya iseng buat tas untuk pake sendiri, karena style aku lebih ke fullcolour aku suka yang barang yang lucu-lucu gitu” ucap Yossy, owner tas handmade lokal Kyr.
Internet bisa menjadi guru online disaat-saat menghabiskan waktu luang, seperti yang Yossy lakukan, awalnya ia belajar membuat kerajinan tas secara otodidak melalui platform Youtube. Dukungan seorang suami juga menjadi motivasi bagi Yossy, melihat kreativitas sang istri, mendorong sang suami untuk menyarankan Yossy agar memulai membuat brand kecil-kecilan. Terbukti, produk tas handmade hasil karya Yossy pun habis terjual ketika ia bergabung dengan bazar khusus pakaian thrift.
Tak disangka, beberapa customer dari Kyr adalah seorang artis terkenal. Mereka juga memposting produk dari Kyr di media sosial Instagram, ini membuat brand lokal Kyr semakin meluas dan dikenal banyak orang.
“Akhirnya aku buat terus join satu trift bazar dan habis. Ternyata salah satu customer yang beli di bazar itu ada beberapa artis. Mereka post ig Kyr, dari situ banyak yang beli” lanjut Yossy.
Memperkerjakan pengrajin lainnya
Berdiri sejak 2021 akhir, dibalik pengambilan nama Kyr adalah dari nama anak Yossy sendiri yaitu Kyra, dalam bahasa Jepang yang artinya spark. Sudah hampir 2 tahun berjalan, dengan semakin meluas dan membludaknya pesanan tas Kyr, Yossy memperkerjakan ibu-ibu pengrajin macrame untuk membantunya membuat tas di Kyr.
Produk yang dikeluarkan Kyr pun tidak melulu tas, mereka selalu berinovasi mengikuti kebutuhan para customer. Koleksi mereka saat ini terdiri dari tas, bando, dan selanjutnya akan merilis case laptop dan ipad. Bahan yang digunakan juga unik, mereka menggunakan big cotton yarn dan big fluffy yarn untuk koleksi tas signature Kyr.
Berangkat dari seorang ibu rumah tangga yang menyukai kerajinan tangan dan ingin menambah pendapatan keluarga, hingga saat ini sudah memperkerjakan pengrajin lainnya sekaligus membantu para ibu-ibu rumah tangga untuk memperbaiki perekonomian keluarga mereka.
Advertisement
Memiliki store offline di berbagai kota
Mengingat perjuangan awal merintis bisnis Kyr membuat Yossy terus berupaya untuk memperluas brandnya sampai dikenal di pasar internasional. Sayangnya, masih ada saja ditemukan brand lain yang menggunakan konsep dan karya-karya dari Kyr yang berujung plagiarisme. Namun, hal ini tidak mematahkan semangat Yossy untuk selalu berinovasi dan mengeluarkan produk baru yang lebih unik nan menarik.
“Aku kalo udah mentok banget sih sekarang kembali ke tujuan awalku buat motivasi mau sustain kedepannya berharap KYR 10 sampai 20 tahun lagi tetap ada dengan inovasi tas local brand yang lebih unik dan menarik lagi” cerita Yossy kepada Fimela.
Saat ini Kyr sudah memiliki toko offline consignment yang tersebar di beberapa kota, yaitu di Jakarta- HG; pik, Bandung, jambi, Bali, dan segera buka di Jogja. Sungguh bangga! Kyr pernah bekerja sama dengan salah satu popup market di New york, USA. Siapa yang tidak bangga melihat brand lokal UMKM sudah bisa bersaing dengan banyaknya pesaing di dalam negeri, bahkan luar negeri!
Dengan Kyr, Yossy ingin memberdayakan para ibu-ibu pengrajin macrame yang juga sesama ibu rumah tangga, menunjukkan bahwa mereka juga bisa menghasilkan karya yang menarik dan fungsional.
“Aku juga pengen tunjukin sih kalo aku sebaga IRT juga bisa berkarya menciptakan sesuatu yang bermanfaat, bisa menambah income keluarga dan juga aku punya banyak pekerja perempuan di balik Kyr karena karyawanku semua perempuan kalo aku gak sustain kasian mereka gaada pekerjaan” tutup Yossy.
*Penulis: Balqis Dhia.
#Breaking Boundaries