Fimela.com, Jakarta Batik telah menjadi budaya Indonesia yang masih sangat lestari hingga kini. Kegunaan batik yang dapat digunakan dalam berbagai acara, kini semakin meningkat di kalangan anak muda. Sama halnya dengan keinginan Dian Nutri, pemilik Shiroshima Indonesia yang ingin anak muda Indonesia bisa bangga menggunakan batik bukan hanya untuk acara formal saja, tetapi digunakan untuk kegiatan sehari-hari juga.
Berangkat dari keluarga yang memiliki workshop batik tradisional, Dian Nutri mengembangkan bisnis keluarganya dengan mendirikan Shiroshima Indonesia. Shiroshima Indonesia memiliki motif simpel kekinian dan dapat dipakai bagi kalangan anak muda.
Bisnis ini telah berdiri sejak 2019 yang memiliki karakter tersendiri untuk motifnya, yang awalnya bertemakan agriculture dari kepemimpinan era Ratu Shima. Motif yang digunakan mulai dari padi, buah kecapi, bunga melati, kupu-kupu, hingga karakter dari Ratu Shima sendiri.
Advertisement
Produk pertamanya ini launching di pameran Osaka Jepang pada September 2019. Pengambilan nama Shiroshima sendiri berasal dari “shiro” dalam bahasa Jawa yang memiliki arti kamu dan “shima” diambil dari tokoh ratu bernama Ratu Shima dari kerjaan kalingga yang memiliki karakter yang kuat, sangat bijaksana, cerdas, hingga sukses memimpin kerajaannya.
Advertisement
Menggunakan Bahan yang Ramah Lingkungan
Dalam proses produksinya, Shiroshima menggunakan batik cap dan batik tulis yang menggunakan recycle malam batik yang pada akhir produksi pengelorodan, sisa residu malam batik disaring. Lalu, dicampurkan gondorukem dipanaskan dan dicetak untuk pemakaian keesokan harinya.
Air yang telah dipisahkan juga dapat dipakai untuk proses pencucian sehingga tidak selalu menggunakan air bersih, agar tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan untuk lebih sustainable. Proses tersebut yang menjadikan ciri khas bagi Shiroshima Indonesia.
Pandemi yang datang di akhir tahun 2019 juga menjadi tantangan yang berat bagi Shiroshima. Awalnya Shiroshima hanya berjualan dari pameran ke pameran dan menaruh produknya pada 5 departemen store di Jakarta. Namun, belum ada 3 bulan produknya berada di departemen store pandemi melanda sehingga Dian mengambil keputusan untuk menarik semua barang yang masih tersisa. Setelah itu, ia kembali berpikir cara cepat untuk beradaptasi dengan perubahan yang mendadak ini dengan mengubah sistem kerja Shiroshima.
Pandemi bukan hanya menjadi tantangan bagi Shiroshima, tetapi menjadi pergerak perubahan juga karena harus beradaptasi berjualan di masa pandemi supaya barang yang diproduksi tetap terjual dengan tetap memberikan pelayanan dan kualitas terbaik bagi customer.
Pengalaman Kerja Dian Menjadi Salah Satu Inspirasi
Bekerja pada bidang furniture selama 8 tahun di Singapura, cukup memberikan banyak ilmu kepada Dian, salah satunya barang simpel terkadang memberikan kenyamanan untuk dilihat mata dan dipakai. Ilmu tersebutlah yang diterapkan oleh Dian pada bisnisnya. Batik yang pada umumnya memiliki motif kecil, corak penuh, dan warna yang terlalu banyak diubah oleh Dian supaya terlihat simpel dan dapat digunakan untuk sehari-hari oleh anak muda.
Pandemi yang melanda, ternyata turut memberikan dampak positif bagi Shiroshima karena pandemi membuat orang-orang yang ingin melangsungkan pernikahan casual atau sederhana dengan jumlah tamu yang terbatas dapat menjadikan Shiroshima pilihan mereka.
Dian berharap supaya wastra Indonesia dengan teknik tradisionalnya tetap terjaga. Karena batik itu bukan motif, tetapi menurut Shiroshima, batik merupakan proses produksi yang menggunakan malam panas batik (hotwaxed), stempel cap tembaga dan canting batik, semuanya itu proses produksi. Walaupun packing yang digunakan tentu sudah modern, tetapi untuk motif yang digunakan dikembangkan dari tradisional cultural Jepang Indonesia yang dikolaborasi.
“Kemudian kita adaptasi juga tradisional cultural dari Jepang-Indonesia yang kita kolaborasi. Karena saya menginginkan anak muda ini langsung bisa mencintai produk Indonesia,” ucap Dian Nutri, owner Shiroshima Indonesia.
*Penulis: Fani Varensia