Fimela.com, Jakarta Di tengah derasnya perkembangan digital, tidak mudah untuk memulai bisnis dengan banyaknya pesaing. Perlu persiapan yang matang dan strategi sebelum memulai terjun ke dunia bisnis. Seperti yang dilakukan Ruth Kezia, mahasiswi LSPR yang berusia 20 tahun merupakan pemilik dari bisnis fashion bernama Diwarnani.
Menjual sweatpants kualitas tinggi dengan bahan premium, dingin, dan tidak terlalu tebal nyaman untuk dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Koleksi pertamanya adalah basic sweatpants dengan aksen karet dibagian bawah celana. Tersedia dengan banyak rangkaian warna, yaitu misty, grey, baby pink, baby blue, cream, dan orange.
Advertisement
Bukan sebatas celana olahraga
Dengan konsep casual but fashionable, mudah untuk di mix and match, cocok untuk dipakai kalangan Millenials maupun Gen Z. Umumnya sweatpants dipakai hanya untuk berolahraga, namun tidak dengan Diwarnani. Dengan koleksinya dalam berbagai macam warna, sweatpants Diwarnani cocok untuk dipakai kemana saja.
Dibentuk dari Februari 2021, Diwarnani sudah berjalan selama 2 tahun. Sesuai dengan latar belakang keluarganya, Diwarnani diambil dalam bahasa Jawa yang artinya colourful atau berwarna. Sudah menjadi hobinya sejak kecil menjadi seorang pebisnis sukses, bahkan saat menginjak sekolah dasar ia pernah berjualan alat tulis yang dibikinnya sendiri dari rumah lalu dijual ke teman-teman sekolahnya.
Di balik Diwarnani
Awal terbentuknya Diwarnani bermulai dari kesukaan Ruth memakai sweatpants untuk beraktivitas sehari-hari karena simple namun tetap kelihatan keren. Sayangnya, celana tersebut banyak dijual di mall dengan harganya yang mayoritas sangat mahal. Ia terinspirasi untuk memproduksi sweatpants sendiri dengan bahan berkualitas setara seperti dijual di mall, namun harganya yang jauh lebih terjangkau.
“Aku berniat gimana caranya produksi sendiri sweatpants yang terjangkau, tapi bahannya bagus setara di mall, terus aku bikin yang variasi dan warnanya banyak," ujar Ruth Kezia, pemilik Diwarnani.
Advertisement
Impian untuk membuka toko
Bermimpi untuk membuka toko offline Diwarnani, Ruth sekarang lebih fokus mengurus toko onlinenya dahulu dan lebih produktif untuk membuat konten promosi di media sosial, seperti promosi di Instagram dan Tiktok. Memiliki rencana untuk membuka tenant Diwarnani di event-event bazaar.
Hadapi semua dengan sendiri
Menjadi seorang pebisnis tidaklah mudah, masalah terus berdatangan dan harus dihadapi dengan lapang dada. Selingan menjadi seorang mahasiswi juga, Ruth mengalami banyak hambatan saat merintis bisnis pakaiannya. Tidak memiliki karyawan, ia hanya seorang diri bertanggung jawab di semua pekerjaan, dimulai dari operasional, mengurus media sosial, mengatur promosi iklan, membuat konten-konten foto dan video, dan mencari orang untuk dijadikan model pakaiannya.
Namun Ruth selalu bersyukur, ia dikelilingi dengan sahabat dan teman-teman baiknya yang suka membantunya dan selalu memberikan dukungan. Semua hambatan-hambatan tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk berjuang dan dijadikan bahan motivasi untuk melakukan evaluasi serta perubahan menuju lebih baik.
Memiliki role model
Sedari kecil memilki cita-cita untuk memiliki bisnis sendiri, ingin membuktikan jika ia bisa sukses dengan melakukan hal-hal produktif dan menghasilkan uang dari hobinya tersebut. Dukungan keluarga sangat berpengaruh baginya, khususnya Alm. ayahnya tercinta yang menjadi role model untuknya.
“Beliau juga salah satu orang yang menginspirasi aku dengan segala usahanya di bidang bisnis dan termasuk orang yang buat aku ingin terjun ke dunia bisnis."
Inilah yang memotivasi Ruth untuk selalu berusaha dan berjuang merintis bisnisnya sendirian mulai dari 0 hingga saat ini berjalan 2 tahun. Sangat inspiratif bagi kaum-kaum muda agar terus menggapai cita-citanya dan selalu ingat bahwa hobi yang dimiliki bisa menjadi awal dari kesuksesan.
*Penulis: Balqis Dhia.
#Breaking Boundaries