Fimela.com, Jakarta Kecintaan yang besar pada fashion membuat seseorang berani menjalani mimpinya memiliki brand pakaian sendiri. Dan produk pertama yang dirilisnya, langsung menjadi fashion item paling dicari se-Indonesia.
Hal itu yang dialami Gani, Founder merek fashion asal Bandung Gonegani. Menggabungkan penerawangan fashion dan insting bisnis ala kadarnya, lulusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang ini mendulang sukses besar.
“Saat berpikir mau keluarin produk apa untuk mulai binsis fashion online, pastinya harus punya produk yang identik. Lalu keluarlah slit sweater yang booming dari Sabang sampai Merauke di akhir tahun 2016,” ujar Gani saat ngobrol bareng Fimela.
Advertisement
Tak sampai sebulan, Gani lewat Gonegani sudah menerima 1.000 pesanan dan terus bertambah. Ia pun menerapkan sistem pre order lantaran tidak memiliki dana yang cukup untuk memproduksi slit sweater dalam jumlah besar.
“Saat itu orang wajib bayar full di awal dan saya putar uang tersebut karena mikir gimana caranya enggak boleh menyia-nyiakan momen ini. Kaget banget sampai nangis ada orderan sebanyak itu dan rekening di tabungan terus bertambah,” kenang Gani.
Advertisement
Modal Mandiri
Pundi-pundi rupiah yang mengalir dari bisnis fashion Gonegani sejak 2016 terus dirasakan Gani sampai sekarang. Ia masih ingat rasanya memiliki uang Rp6 juta rupiah di 2 minggu awal perilisan merek sekaligus produk fashionnya.
“Bangga dan senangnya luar biasa banget. Itu pencapaian luar biasa, tapi keuntungan itu enggak saya otak-atik, saya juga enggak boleh boros dan foya-foya di saat sedang naik daun,” lanjutnya.
Menurutnya, bisa jadi pola pikir tersebut merupakan hasil didikan Gani yang terbiasa hidup mandiri sejak kecil. Pria asal Jambi ini sudah hidup jauh dari orangtua sejak duduk di sekolah dasar dan terbiasa berdiri dengan kaki sendiri alias tidak mengandalkan orang lain.
“Saat bangun bisnis ini, tidak ada suntikan dana dari siapapun. Nah, karena IPK saja cukup untuk mengajukan beasiswa dan Alhamdulillah selalu jebol, uang kuliah dari orangtua itu saya tabung,” jelas Gani yang juga sudah getol jualan online sejak mahasiswa untuk tambahan uang jajan.
Tanpa Berutang
Sejak awal mendirikan Gonegani sampai sekarang, ia pun tidak pernah berutang atau meminjam uang. Nasihat orangtua yang dipegang sampai sekarang, tertanam dalam prinsip dan pola pikirnya.
“Karena prinsip dari awal, saya tidak boleh berutang dan memegang teguh pendirian. Sampai sekarang meski ditawarkan, Bismillah jangan sampai. Intinya, saya tidak boleh foya-foya, boros, dan harus bisa memutar uang yang didapat,” jelas Gani.
Namun, ia tidak bisa menghindari kebutuhan dengan kartu utang, begitu kebanyakan orang menyebut kartu kredit. Yang dipakainya untuk pemasaran bisnis seperti iklan di internet dan media sosial yang hanya menerima pembayaran dengan kartu kredit.
Gani pun bersyukur jika usahanya terus berjalan stabil sampai sekarang. Kini Gonegani menjadi pintu rezeki bagi 20 karyawan yang bekerja di kantor dan 50 perajin di rumah produksi.
“Selama kita tidak lupa daratan, berbagi, bersedekah, apa pun yang saya dapat dan peroleh, saya bersyukur. Selama brand masih jalan dan jadi pintu rezeki untuk para karyawan, selama ini semua berjalan stabil. Alhamdulillah,” tutupnya.