Fimela.com, Jakarta Jakarta Fashion Week 2023 menghadirkan pertunjukan karya 12 desainer Indonesia yang tergabung dalam IPMI. Sejumlah desainer ternama Tanah Air mempresentasi karya gaun penganin dengan dominasi nuansa putih yang menakjubkan.
IPMI yang merupakan organisasi mode tertua di Tanah Air terus berkontribusi dalam eksistensi industri fashion Indonesia. Kali ini, kesempatan jatuh pada Era Soekamto, Danny Satriadi, Chossy Latu, Ghea, Sebastian Gunawan, Didi Budiardjo, Andreas Odang, Denny Wirawan, Priyo Oktaviano, Eridani, Liliana Lim, dan Ivan Gunawan.
Mengangkat tema besar Moonlight Whispers, setiap desainer menghadirkan sub tema tersendiri yang menampilkan ciri khas identitas tancangan masing-masing. Tren busana pernikahan yang mengalami pergeseran semakin membuat para desainer tertantang untuk unjuk gigi karya terbaik mereka.
Advertisement
Advertisement
Pergeseran tren gaun pengantin
Bahkan, Era Soekamto menyebutkan jika, para calon pengantin kini menyukai gaun yang praktis dan bisa digunakan di lain kesempatan. “Kini gaun pengantik tak hanya sebagai gaun sekali pakai, namun bisa difungsikan lagi di lain kesempatan.” ungkapnya. Pada kesempatan ini, setiap desainer menghadirkan 3 karya mereka. Terlihat bagaimana perbedaan DNA dari masing-masing perancang yang memiliki kekuatan karya. Era Soekamto mengangkat keindahan kebaya yang sederhana namun elegan. Nuansa putih dan emas, yang menghidupkan pesona kebaya yang menawan.
Ghea Panggabean mengangkat pesona songket Bali. Koleksi bertajuk Astyngkara ini menyimbolkan doa dan harapan akan kehidupan dan hari esok yang bahagia. Liliana Lim terinspirasi dari hanbok. Baju tradisional Korea dikreasikan dengan lebih sedernana, namun tetap cantik. Sedangkan desainer Andreas Odang menampilkan karya yang lebih futuristik dengan siluet tegas dan material 3D. Ia menggandeng desainer aksesori Rinaldy A. Yunardi untuk menempurnakan karyanya.
Eridani menampilkan koleksi outerwear yang penuh pernyataan sebagai fashion pieces di haru pernikahan. Deretan koleksi blazer hingga coat, semakin menghadirkan koleksi yang menawan. Sedangkan Danny Satriadi menampilkan keindahan budaya Jepang. Ia mengangkat tema Utshukushi dengan detail gaun origami yang indah.
Sentuhan Nusantara hingga Mancanegara
Priyo Oktaviano terilhami dari aroma pewangi dari ramuan bunga kering di Prancis. Ia menginfusi gaya klasik Marie Antounette ke dalam karyanya dan memadukan sejumlah budaya, hadirkan siluet komtemporer yang menjanjikan. Sedangkan Chossy Latu pamerkan gaun pengantin nyentrik bernuansa silver. Ia memainkan material sequin dan aksen bulu unutuk menghadirkan kesan festive yang seru.
Denny Wirawan menampilkan pesona Bali untuk koleksinya yang bertajuk Smaradhana. Koleksinya ini hadirkan material raw silk hingga sutra organza, yang menambah kemewahan rancangannya tersebut. Sedangkan Ivan Gunawan menampilkan tren nude dress yang elegan dan berbeda dari biasanya.
Sebastian Gunawan mengangkat tema The Metaphors of White, sebuah karya baju pengantin yang terinspirasi dari zaman ke zaman, dengan koleksi ball gown yang dramatis. Sedangkan Didi Budiardjo mempersembahkan gaun bersiluet klasik dengan tampilan modern. Gaun-gaun ini menampilkan sentuhan victorian yang nyata.
#Women for Women