Fimela.com, Jakarta Kain Ulos merupakan salah satu wastra Indonesia yang memiliki potensi budaya dan ekonomi yang luar biasa. Karena itu, membangun ekosistem Ulos merupakan hal yang penting untuk dapat merevitalisasi dan melestarikannya.
Memperingati Hari Ulos Nasional yang jatuh setiap 17 Oktober, Tobatenun mempersembahkan koleksi couture pertamanya yang bertajuk ‘Kayu dan Kosmos’ dalam pagelaran busana ‘Parompuan dan Ulos’ di Plaza Indonesia, Rabu (19/10).
Founder & CEO PT Tobatenun Sejahtra, Kerri Na Basaria mengungkapkan, koleksi ini terinspirasi dari dewa-dewa Batak kuno yang biasa terukir di rumah Bolon atau rumah adat Batak.
Advertisement
“Semua terilhami oleh seni pahat Batak dan mitologi dari kebudayaan Batak kuno sebelum kolonialisasi Eropa,” ungkap Kerri saat ditemui selepas peragaan.
Advertisement
Suguhkan 17 Looks
Sebanyak 17 looks koleksi couture dipamerkan yang terdiri dari women’s wear (dress, outer, vest, cape, bralette, pants, corset), men’s wear (shirt, trouser, blazer, t-shirt, overalls, jacket) dan aksesori (bucket hat, drawstring bag).
Koleksi ini dibagi dalam dua sekuens. Sekuens pertama, ditampilkan koleksi yang didominasi warna biru (balau) dari Ulos Bintang Maratur. Kemudian sekuens kedua warna merah (Rara) dari Ulos Ragi Hotang. Keduanya merupakan representasi dari air dan api, yakni dua kebutuhan dalam perkembangan manusia.
Seluruh koleksi ‘Kayu dan Kosmos’ tentunya menggunakan pewarnaan alam, sebagaimana Tobatenun emang selalu mengedepankan proses produksi tenun Batak yang sustainable. Seperti seperti Indigo (biru), tinggi (merah-kecoklatan) dan jior (coklat tua).
Permainan Tekstur Jadi Daya Tarik
Permainan tekstur menjadi daya tarik tersendiri dalam koleksi Kayu dan Kosmos ini. Salah satunya seperti crop top linen yang diberi aksen kerutan menyembul berwarna biru, putih hitam. Ada juga tekstur potongan kain yang dianyam pada bagian belakang baju.
“Tenun sendiri banyak tekniknya, tapi kami ingin mengedepankan keberagaman teknik dalam mengolah kainnya. Jadi koleksi ini, kami mix material. Inspirasinya dari tenunnya lalu twist ke couture yang avant garde,” kata Kerri.
Selain permainan tekstur, koleksi ini juga menampilkan motif Gorga Batak atau ukiran kayu dan Gorga Boraspati atau motif cicak. Sumber inspirasi motif tersebut sendiri berasal dari pahatan yang biasa ditemui di rumah adat Batak atau rumah Bolon.
Kehadiran motif tersebut, kata Kerri, tidak hanya sekedar memperkuat karakter pada koleksi ini. Tetapi juga mengandung filosofi khusus.
“Ukiran Gorga biasanya ada di rumah Bolon sebagai penangkal buruk. kami juga sengaja memakainya karena ini kali pertama ada motif ini di koleksi Tobatenun,” ujarnya.
Tak hanya permainan ornamen, sekuens kali ini juga masih menonjolkan tekstur. Seperti misalnya tekstur potongan kain yang dianyam pada bagian belakang baju. Aksen manik-manik dan sulaman yang rumit juga dibuat dalam berbagai rupa makhluk spiritual yang menawarkan keamanan serta kenyamanan bagi penggunanya.
Advertisement
Upaya Pelestarian Seni Pahat Batak Lewat Tenun
Melalui koleksi ini, Tobatenun ingin mengangkat seni pahatan pada tradisi Batak Toba yang seringkali terabaikan atau terlupakan. Seni ukir atau pahatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Toba. Dengan mengangkat seni ini, harapannya dapat menjadi langkah untuk menghidupkannya kembali.
“Kami harap ini bisa jadi conversation starter untuk pahatan Batak sehingga ada upaya pelestarian yang lebih serius,” pungkasnya.
Koleksi Kayu dan Kosmos ini tersedia sangat terbatas. Pakaian yang hadir di peragaan busana juga tidak akan diproduksi ulang.