Fimela.com, Jakarta Keindahan kain batik kembali dibuat oleh Desainer Era Soekamto dengan filosofi yang mendalam. Kali ini, ia meluncurkan jenama batiknya dan memperkenalkan galeri batik pertamanya.
Di saat bersamaan, berkolaborasi dengan Apurva Kempinski Bali, perempuan kelahiran Mataram ini menggelar 2022 Batik & Fashion Presentation bertajuk Adi Manungsa untuk menghidupkan kembali kekayaan serta kebijaksanaan kebudayaan Jawa bersama Rama Soeprapto sebagai show director.
Era Soekamto mengatakan Adi Manungsa menjadi sebuah gambaran representasi karya batik untuk menunjukkan perjalanan manusia dalam mencari jati dirinya.
Advertisement
Adi Manungsa, yang dalam Bahasa Sansekerta atau Bahasa Jawa, memiliki makna ciptaan Tuhan yang sempurna. Ini merupakan gambaran manusia yang sadar bahwa dirinya harmoni antara fisik dan ruhani, yang dikenal dengan istilah Papat sedulur limo pancer, merupakan elemen fisik yang ditiupkan (air, api, udara, dan tanah) serta ruh sebagai pancer. Maka, Era pun banyak mengambil inspirasi dari sejarah tanah Jawa kuno.
Era digandeng oleh Apurva Kempinski Bal yang menampilkan keragaman tujuh daerah utama di Indonesia yakni, Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.
"Adi Manungsa ini sesui dengan keadaan saat ini Banyak sekali perbedaan di luar, tapi kita lupa bahwa kita adalah satu," jelasnya.Karya batik pun dihadirkan untuk menjadi pencerahan bagi siapapun yang tersentuh untuk mengetahui betapa berdaya dirinya karena ia adalah kepanjangan tangan Tuhan di dunia ini. Karya batik dibuat oleh 60 pembatik yang berada di bawah asuhannya. Dengan karya-karya yang menakjubkan.
"Hasilnya saya kaget, jauh lebih feminin, detail, lebkh rapi dibanding sebelumnya. Ini karya yang jujur dari hati sehingga saya bisa memanifestasikan batik dengan DNA berbeda,” paparnya.
Advertisement
Koleksi Batik Hadir dalam NFT
Sejalan dengan filosofi Adi Manungsa untuk menciptakan manusia seutuhnya, Era Soekamto bekerja sama dengan Okki Soebagjo untuk menghasilkan corak batik yang bisa dijual dengan sistem NFT. "Kita berdiskusi just in the last three weeks, saya squeeze in the team untuk develop Rp111 ribu batik," jelas Okki.
Nantinya hasilnya akan didonasika pada SOS Children’s Village Indonesia, sebuah perusahaan nonpemerintah (NGO) yang telah membantu ribuan anak Indonesia. Era dan Okki menargetkan seluruh batik NFT ini dapat terjual dan memperoleh keuntungan USD 6 juta atau setara Rp89,9 miliar.
"50 persen dari pendapatan ini nantinya akan didonasikan ujar Era," ujarnya.
Harga batik NFT yang dijual beragam, tergantung pada jumlah dan kelangkaannya. Harganya dimulai USD 10- USD 15 untuk 100 ribu NFT, USD 100- USD 150 untuk 10 ribu NFT, USD 1.000 untuk 1.000 NFT, USD 10 ribu untuk 100 NFT, USD 100 ribu untuk 10 NFT.
Dan termahal yang dijual ialah Trimanunggal Trimatra senilai USD 1 juta karena hanya ada satu di dunia.
#women for women