Fimela.com, Jakarta Perseteruan antara Rusia dan Ukraina tidak hanya menarik perhatian pihak-pihak yang berkepentingan di dunia politik saja, namun baru-baru ini, industri fashion juga mulai mengambil sikap. Merek-merek baru telah memimpin dalam menyuarakan dukungan mereka dan menggalang dana untuk Ukraina setelah invasi yang dilakukan Rusia.
Beberapa saat setelahnya, label-label besar seperti Gucci, Balenciaga, dan Burberry mulai menunjukkan dukungan mereka. Ya, hampir seminggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, label mewah terkemuka milik Kering (Burberry, Gucci, dan Balenciaga), Marni, dan pemilik Diesel OTB Group mengambil sikap dengan mengirimkan pernyataan dukungan mereka, serta mengumumkan penggalangan dana.
Advertisement
BACA JUGA
Dimulai di tengah Milan Fashion Week lalu, para desainer asal Ukraina, pembeli, dan departement store Tsum Kyiv meminta industri fashion untuk menghentikan perdagangan dengan Rusia. Label asal Hungaria Nanushka menunjukkan sikapnya dengan berhenti menjual ke Rusia dan label yang lebih kecil, termasuk Elleme telah menyerukan perdamaian dan mulai mengumpulkan dana, seperti dilansir dari voguebusiness.com.
Sementara itu, Federation de la Haute Couture et de la Mode menyerukan kekhidmatan selama Paris Fashion Week, yang sekarang ini sedang berlangsung. Kemarin, beberapa label besar mulai membuat pernyataan publik.
Advertisement
Label fashion mewah ikut ambil sikap tanggapi invasi Rusia ke Ukraina
Burberry menyumbang ke Palang Merah Inggris untuk Krisis Ukraina, memberikan bantuan mendesak, dan mencocokkan sumbangan karyawan dengan badan amal yang mendukung upaya kemanusiaan di Ukraina. Balenciaga menyumbangkan sejumlah uang yang tidak diungkapkan besarannya ke Program Pangan Dunia, sedangkan Gucci menyumbangkan 500.000 Dolar ke Badan Pengungsi PBB atau UNHCR.
Kering juga menyumbangkan sejumlah uang ke UNHCR yang besarannya tidak diungkap. Kering, Gucci, dan Balenciaga belum memberikan komentar mereka, sedangkan dengan pemilik Dior, FENDI, dan Louis Vuitton belum menanggapi perang Rusia VS Ukraina yang sedang terjadi saat ini.
OTB Group, yang memiliki label seperti Maison Margiela dan Diesel kemarin juga mengumumkan bahwa mereka menyumbangkan sejumlah uang yang tidak diungkap besarannya, kepada UNHCR. Pendiri Ditte dan Nicolaj Reffstrup ikut mengambil sikap dengan menyumbangkan sekitar 15.000 Dolar kepada Dewan Pengungsi Denmark untuk memberikan bantuan darurat di Ukraina.
Perusahaannya juga menyesuaikannya dengan sanksi internasional dan membekukan semua perdagangan dengan Rusia. Beberapa label besar telah menentukan sikap mereka dengan bergabung bersama merek yang lebih kecil.
Label fashion mewah ikut ambil sikap tanggapi invasi Rusia ke Ukraina
Pasar mode digital DressX, yang pendirinya adalah orang Ukraina, secara aktif menggalang dana untuk krisis ini dengan membuat koleksi digital di mana semua hasilnya akan disumbangkan ke Kementerian Pertahanan Ukraina dan dana amal. Perusahaannya juga memberikan dukungan berupa bayaran kepada rekan Ukraina yang telah mengembangkan saluran untuk terhubung dan memastikan keluarga mereka aman.
Menurut analis kemewahan Luca Solca, ada alasan di balik label-label mewah lainnya yang menahan diri mereka untuk mengambil sikap.
"Alasan mengapa label global, entah itu mewah atau tidak, mungkin enggan terlibat dalam politik global adalah karena politik memecah belah, sedangkan tujuan label-label ini adalah menarik semua orang. Mereka akan lebih bijaksana dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, merek kecil akan mendapatkan keuntungan dengan mengambil sikap dan vokal," jelas Luca Solca.
Desainer Estonia Roberta Einer menyayangkan sikap-sikap dari pelaku industri fashion. Menurutnya, industri juga harus mendukung model, desainer, dan editor Ukraina yang menghadiri Milan Fashion Week dan sekarang dianggap pengungsi karena mereka tidak bisa pulang lagi ke rumah mereka.
"Orang-orang terus berpesta, mendatangi acara, dan bicara tentang fashion week seperti biasa, hampir seolah-olah mereka tidak menyadari bahwa kita berada di ambang Perang Dunia Ketiga," ungkap Roberta Einer.