Fimela.com, Jakarta Tidak diragukan lagi bahwa kita semua menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2020-2021 ini, dan industri fashion, seperti yang lainnya, turut terpengaruh. Tiga founders SOVLO, Lidya Valensia, Afra Viena dan Djohan memutuskan untuk mengubah krisis yang hadir akibat pandemi COVID-19 menjadi peluang dengan justru melahirkan brand baru yang diberi nama SOVLO.
Produk SOVLO antara lain adalah tas (sling bag, tote bag, waist bag, laptop sleeve), pouch, masker wajah, card case, dan baru-baru ini mulai juga memperkenalkan lini pakaian. Ditemui di kantornya di perbatasan Tangerang dan Jakarta (21/10), Lidya Valensia, CEO dan Founder SOVLO mengakui awal kelahiran SOVLO di tengah situasi pandemi sebenarnya langkah survival perusahaan induknya, Lotus Group, specialist in custom & stitching souvenirs yang biasa menangani kebutuhan stylish souvenirs, umumnya untuk kebutuhan acara pernikahan, maupun corporate branding.
“Awalnya kami memang membutuhkan solusi ketika di awal pandemi LOTUS GROUP mengalami penurunan omset cukup drastis, sementara di tengah krisis ini kami pikir justru kami sangat perlu tetap melindungi sekitar 40 orang penjahit dan 30 orang staf kantor yang bekerja buat kami. Ketika itulah, muncul ide melahirkan brand baru berupa produk fashion siap beli untuk masyarakat umum, sekaligus memanfaatkan platform e-commerce yang tengah menjamur di tengah pandemi,” tutur Lidya Valensia mengenang awal perjalanan SOVLO.
Advertisement
Nama SOVLO sendiri diangkat dari akronim SOUVENIR LOKAL, yang merupakan inti dari usaha fesyen yang sejak awal digarap Lotus Group. Pilihan bergerak di platform e-commerce merupakan langkah bijak yang dilakukan founders SOVLO untuk menyelamatkan seluruh tim kerjanya. Hasilnya ternyata cukup menggembirakan, kombinasi kualitas produk, kemampuan membaca tren pasar, bisnis dan strategi kolaborasi perlahan-lahan menjadikan SOVLO menjadi salah satu brand fesyen yang mencuri perhatian di 2020 - 2021 ini.
BACA JUGA
Advertisement
Diangkat dari nama souvenir lokal
Di dekade kedua abad 21 ini, industri barang konsumen termasuk fesyen memang menunjukan fenomena semakin terdigitalisasi. Penggunaan e-commerce dan kehadiran sebuah brand di ranah digital kini semakin menjadi tolak ukur keberhasilan. Kehadiran pandemi ternyata justru mempercepat transformasi digital ini. Pandemi juga mengakselerasi keperluan brand untuk beradaptasi secara cepat dengan lingkungan digital.
Survei McKinsey di 2020 menemukan dalam 8 bulan saja secara global, pangsa e-commerce meningkat dari 16 persen ke 29 persen, melewati pertumbuhannya 6 tahun terakhir. Selain fenomena transformasi digital, porsi pembicaraan mengenai isu-isu hak asasi pekerja di industri fashion semakin meningkat. Pelanggan semakin sadar dengan kondisi pekerja dan menuntut brand lebih memperhatikan keadaan para pekerja dan mengambil sikap yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan sesuai dengan nilai para pelanggan. Nampaknya, langkah SOVLO yang berusaha melindungi penjahit dan stafnya ini, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen zaman sekarang.
SOVLO sendiri mulai mencuri perhatian konsumen ketika meluncurkan tema ilustrasi Strong Woman yang ternyata sangat disukai konsumen karena relevan dengan kondisi pandemi yang saat itu sedang parah-parahnya. Hingga kini, SOVLO masih konsisten dengan tema-tema yang positif dan memberdayakan. SOVLO mengajak kita semua, tidak hanya pelanggan, untuk saling menguatkan dalam semangat kebersamaan dengan tema-tema positif seperti Strong Woman, Indonesian Strong Woman, Kembang Nusantara, Grateful Indonesia, Colourful Indonesia, Indonesian Brave Kids, Indonesian Strong Woman & Her Pets, Tanaman Hias, Indonesian Heroes dan Indonesia Maju.
“Jadi banyak konsumen yang membeli produk kami tidak hanya untuk diri sendiri, mereka suka mengirimkan produk-produk kami ke teman-teman dan kerabat mereka dengan tujuan untuk saling menguatkan. Itu kami tahu dari feedback di platform e-commerce sendiri. Kami sangat terharu membaca testimoni semacam itu, padahal tanpa konsumen sadari bahwa kami, termasuk staf dan penjahit juga sangat tertolong berkat kepedulian para konsumen yang menyukai produk kami,” ungkap Lidya Valensia.
Menggandeng ilustrator lokal
Setelah mulai mengecap sukses di platform e-commerce ini, SOVLO mulai melihat perlunya pengembangan ilustrasi yang tidak mungkin dilakukan hanya secara internal, karena pasti akan menghadapi keterbatasan ide. Inilah awalnya muncul ide berkolaborasi dengan ilustrator lokal yang diumumkan terbuka. Hasilnya ternyata mendulang respons yang cukup besar berupa minat ilustrator untuk berkolaborasi dengan SOVLO. Hal lain yang cukup mengejutkan adalah hasil karya ilustrator-ilustrator lokal ini sangat baik, yang sayangnya di situasi krisis ini sering hanya berakhir di atas kertas ataupun komputer mereka tanpa mampu menghasilkan pendapatan untuk mereka. Mereka pun terhambat untuk menjadikan passion dan talent mereka sebagai mata pencaharian utama untuk mereka.
“Kolaborasi ini ternyata kemudian menjadi salah satu kunci keberhasilan juga. Dengan kolaborasi ini SOVLO dan ilustrator lokal dapat bersama-sama melahirkan produk berkualitas dengan ilustrasi beraneka ragam, jadi konsumen bisa memilih desain yang tepat dan mengekspresikan kepribadian dengan menggunakan produk kami sehari-harinya. Tambahan lagi, artinya mereka sudah mendukung brand lokal dan ilustrator lokal. Kolaborasi dengan ilustrator lokal ini juga membantu menyebarkan nama SOVLO lebih luas, karena ilustrator yang diajak bekerja sama, juga melakukan promosi untuk meningkatkan penjualan, sekaligus menyebarkan semangat kebersamaan,”jelas Lidya Valensia.
SOVLO muncul dengan membawa konsep berbeda dan rasa kepedulian terhadap para pekerja industri kreatif. Sejauh ini, SOVLO telah bekerja sama dengan 15 ilustrator dan kini tengah bersiap menjalin kolaborasi dengan lebih banyak ilustrator lewat kampanye #BanggaIlustratorLokal yang segera digelar. Diharapkan melalui kampanya ini, SOVLO bisa berkolaborasi dengan tak kurang dari 400 orang illustrator. Kolaborasi dengan ilustrator ini menerapkan sistem bagi hasil. Dengan sistem ini, keuntungan yang diraih ilustrator sebanding dengan penjualan hasil karya mereka. Artinya setiap pembelian produk oleh pelanggan, secara langsung membantu ilustrator tersebut. Sejauh ini, dalam 15 bulan, telah lebih dari 50.000 items produk SOVLO telah dibeli masyarakat. Kini, memasuki masa adaptasi kenormalan baru (AKB), SOVLO mulai membuka toko fisiknya di Pos Bloc Jakarta sejak September lalu.
“Meskipun bisa dikatakan telah menuai hasil, tetapi perjalanan SOVLO masih sangat panjang. Kami berkomitmen terus memberikan produk terbaik untuk konsumen kami, sehingga konsumen baru bisa langsung jatuh cinta, sementara konsumen lama bisa terus kami jaga hatinya. Untuk itu, SOVLO menawarkan garansi seumur hidup untuk produk-produk kami. Ini bisa kami lakukan karena kami yakin dengan kualitas jahitan produk kami dan penjahit kami. Tim kami termasuk penjahit, tim manajemen dan ilustrator yang berkolaborasi dengan kami. selalu merasa berhutang budi kepada para konsumen SOVLO, karena menyelamatkan kami semua dari dari kondisi pandemi,” tutup Lidya Valensia.
#Elevate Women