Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal, 2 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Hal ini dikarenakan batik telah ditetapkan sebagai karya agung warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi atau Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh Organisasi Kebudayaan Dunia UNESCO.
Tidak hanya digunakan untuk acara formal, siring berkembangnya zaman, batik kini sudah bisa digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Inilah yang membuat brand batik premium Garuda Kencana Batik meluncurkan berbagai model pakaian dengan detail batik.
Advertisement
BACA JUGA
Owner Garuda Kencana Batik, Yos Christian Addyputra mengatakan Garuda Kencana Batik tidak hanya menghadirkan batik dalam bentuk kemeja, tetapi juga jaket bomber, collarless blazer, jaket riders hingga kimono batik yang didesain dengan motif batik kontemporer seperti motif batik polos, atau bahkan motif macan dan naga.
"Saat ini anak muda banyak yang pakai batik. Tapi saya ingin lebih. Mereka pakai batik hanya saat ada acara saja. Jarang lihat anak muda nongkrong pakai batik. Akhirnya saya buat bomber jaket batik dengan desain tidak konvensional tapi dengan motif kontemporer seperti macan, naga. Lebih modern, tapi tetap batik tulis," ujar Yos kepada Fimela.com
Pria berusia 27 tahun tersebut menyampaikan proses pembuatan jaket bomber batik umumnya lebih sulit dan lebih rumit dari produk batik lainnya.
"Prosesnya lebih kompleks. Dalam membuat kemeja, bila motif bagian tengah kurang ketemu, kita tinggal menggeser kancing. Sementara bomber dibuat menggunakan resleting yang lebih presisi tengah. Jadi agar gambar bertemu, akan lebih rumit," tambah Yos.
Advertisement
Dimulai dengan Modal Rp20 Juta hingga jadi langganan pejabat
Sebelum sukses sebagai pengusaha batik, Yos bercerita bagaimana dirinya pernah mencicipi peran sebagai wirausaha di berbagai bidang seperti berjualan aksesoris komputer, gadget, kosmetik pria hingga berkecimpung di dunia fashion sebagai Client Advisor di brand retail premium Louis Vuitton.
Berbagai hal menjadi modal besar saat dirinya hendak memulai bisnis di sektor batik tulis premium.Ketertarikannya pada batik muncul ketika ia harus mencari kemeja batik yang cocok untuk selera anak muda seperti dirinya. "Waktu bekerja paruh waktu, saya mencari batik di mal dan sulit menemukan batik yang saya suka sebagai anak muda. Ketika menemukan yang pas dan saya pakai, banyak yang bilang bahwa batik saya bagus. Dari sana saya menemukan peluang, bahwa anak muda kesulitan mencari batik yang modern. dan taste saya di perbatikan diakui oleh banyak orang," kata lelaki kelahiran Malang, Jawa Timur tersebut.
Memasuki studi akhir S1, Yos lalu memberanikan diri meminjam modal sebesar Rp20 juta kepada kedua orangtuanya. Ia lalu melakukan perjalanan singkat menyusuri Utara Jawa, untuk menemukan pengrajin batik tulis yang sesuai dengan citra brand batik yang hendak ia bangun.
Dengan modal tersebut, dirinya mencari batik terbaik, ditemukanlah pengrajin dari Cirebon dan Pekalongan yang memiliki warna-warna vibrant yang cocok untuk semangat anak muda. Lelaki yang datang ke Jakarta pertama kali pada 2011 ini benar-benar memulai usahanya sendirian.
Sebagai perantau dari Malang, Yos melakukan semuanya sendirian mulai dari mencari mitra pengrajin batik, membangun citra brand hingga menjajakannya ke kalangan kelas atas. Sebagai pemain baru, Yos sadar bahwa dirinya cukup nekat untuk masuk ke pasar batik premium. Namun ia yakin produk yang ia tawarkan memiliki kualitas jempolan untuk bisa diterima oleh pasar, baik di kalangan anak muda, pengusaha, hingga pejabat negara.
"Selain batik tulis berkualitas, Garuda Kencana Batik juga menawarkan pengemasan premium dan pelayanan melalui fasilitas home shopping service. Pernah dalam sehari saya mengantarkan produk ke Bekasi lalu Depok, lanjut ke Kelapa Gading hingga kemudian ke Senayan. Memang capek, tapi jalan apapun harus ditempuh supaya usaha saya bisa dikenal pada awalnya," tambahnya.
Garuda Kencana Batik pernah menjual lebih dari 300 lembar kain batik hanya dalam waktu satu bulan. Produk batik premiumnya juga pernah dikenakan pejabat mulai dari keluarga Presiden Republik Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinvest), Luhut Binsar Pandjaitan hingga Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.
Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Yos mengatakan bisnis batik sempat mengalami dampak pandemi yang begitu dalam. Hal tersebut terjadi karena banyaknya acara pesta, meeting dan acara penting lainnya batal diselenggarakan atau hanya diselenggarakan secara virtual.
"Batik adalah pakaian yang identik dengan acara pesta, meeting, dan acara penting lainnya. Otomatis kena dampak," tambahnya.
Menariknya, Garuda Kencana Batik mampu bertahan karena memposisikan diri sebagai brand kain batik premium yang telah memiliki banyak kolektor. "Apalagi kolektor batik adalah tipikal yang hanya suka menyimpan saja khususnya batik tulis yang sangat otentik. Mereka menghargai seninya," tambah Yos.
Hingga saat ini, Yos bersama Garuda Kencana Batik tidak pernah mengurangi produksi dari pengrajin batik di Pekalongan dan Cirebon. "Saya merasa punya tanggung jawab moral kepada pengrajin yang turut membesarkan Garuda Kencana Batik, di saat seperti ini mereka membutuhkan dana lebih untuk bertahan hidup. Dari sisi bisnis, batik bukan barang yang bisa kedaluwarsa, dan desain desain saya timeless. Jadi kenapa harus takut," pungkas Yos.
Garuda Kencana Batik memulai bisnis sejak Mei 2016 lalu, Garuda Kencana Batik fokus menghadirkan pakaian batik tulis premium eksklusif yang mengutamakan pelayanan terdepan dan pengataran paket secara personal. Sebagai brand batik premium, Garuda Kencana Batik juga telah dipakai oleh banyak pejabat dalam dan luar negeri.
Kain Garuda Kencana Batik dibandrol mulai dari Rp1.5 juta sampai Rp20 juta dan dapat ditemui di toko resmi di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Lihat koleksi lebih lanjut di akun Instagram resmi @garudakencanabatik.
#elevate women