Fimela.com, Jakarta Industri fashion terus berkembang seiring dengan pasar yang terus tumbuh dan dinamis. Tren fashion juga bergerak dengan cepat, membuat industri fast fashion mendorong orang untuk lebih banyak membeli pakaian dengan harga yang terjangkau.
Hal ini secara tidak sadar menyebabkan menggunungnya limbang fashion yang terus bertambah. Apalagi, sampah limbanh fashion ini mengandung serat sintetis seperti poliester yang tidak dapat terurai dengan cepat.
Sampah tekstil menggunung bukan satu-satunya masalah yang darurat. Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto mengatakan sampah fashion yang menumpuk di TPA lama-lama akan mengeluarkan gas metan yang berbahaya untuk kesehatan.
Advertisement
BACA JUGA
"Saya baca beberapa fakta memprihatinkan, diantaranya, tahun 2021, terdapat 4 pembuangan akhir di Bantargebang dan beberapa TPA di Indonesia yang kapasitasnya penuh dan tidak lagi mampu menampung sampah. Salah satunya sampah tekstil. Sampai ke TPA, mengeluarkan gas metan yang berbahaya untuk kesehatan. Masuk ke sungai atau laut, mengeluarkan mikroplastik yang dimakan ikan dan ikan dikonsumsi banyak orang," ungkapnya.
Hal ini menunjukkan kalau Indonesia kini sudah darurat sampah tekstil. Untuk itu, Sejauh Mata Memandang berusaha meningkatkan kesadaran konsumen dengan menggelar pameran yang bercerita tentang darurat sampah tekstil dengan tajuk "Sayang Sandang, Sayang Alam". Pameran yang berlokasi di Ashta District 8, SCBD, Jakarta Selatan ini disponsori oleh TACO dan Ashtra District 8 dan berlangsung selama 6 Maret hingga 6 April 2021.
Bekerja sama dengan Felix Tjahyadi selaku konseptor, pameran ini juga didukung oleh Lynx Films, Mata Studio, Magnifique, Davy Linggar, Wardah, Pable Indonesia, Syah Establishment, dan Greenpeace sebagai NGO partner. Dengan mengutamakan protokol kesehatan; memakai masker, menjaga jarak, membatasi interaksi, dan menjaga kebersihan tangan pengunjung diberikan berbagai edukasi dan informasi terkait fakta mengenai sampah tekstil.
Pameran “Sayang Sandang, Sayang Alam” ini terdiri dari beberapa area antara lain; area fakta mengenai sampah tekstil, video informatif dan visual hasil kolaborasi dengan Greenpeace, Davy Linggar, Dian Sastrowardoyo, Tulus, Gustika Hatta, dan Mesty Artiariotedjo.
Advertisement
Drop Box Sampah Tekstil
Pameran ini juga menyediakan drop box atau kotak penyaluran sampah tekstil yang terdiri dari dua jenis. Satu untuk tekstil yang sudah tidak layak pakai. Seperti baju dalam, olahraga, kaus kaki, yang nantinya akan SMM kirim ke Fabel Indonesia untuk di-recycle.
Sementara, kotak kedua diperuntukkan baju yang layak pakai. Nantinya, menurut Chitra, baju-baju di kotak ini akan didonasikan atau di upcycle.
"Kamu tidak menerima bahan kulit asli atau juga sintetik karena tidak bisa diproses," jelasnya.
Selain pameran, SMM juga menggalakkan sebuah campaign #SejauhManaKamuPeduli dimana setiap pembelian pakaian SMM, SMM akan menanam 1 pohon di hutan lindung khusus area gajah agar mereka tidak kehilangan rumah.
Karya Kita
Pameran SMM Sayang Sandang, Sayang Alam ini sebenarnya merupakan bagian dari Karya Kita, hasil kolaborasi TACO dan Ashta District 8. Awal tahun ini TACO mempersembangkan rancangan instalasi bertema Make That Change yang mengusung semangat perubahan dan optimisme.
Instalasi yang digelar selama 6-14 Maret 2021 ini menggunakan materi hasil inovasi TACO yang terbagi dalam kategori produk; Laminates, Flooring, dan Hardware.
#elevate women