Fimela.com, Jakarta Melihat kondisi lingkungan dan bumi yang kian memprihatinkan, semakin banyak konsumen di industri fashion yang mulai cerdas. Sebelum membeli para konsumen yang sudah mulai sadar akan peran penting sustainable fashion dan konsep eco living akan bertanya dari mana asalnya sebuah produk, terbuat dari apa, dan bagaimana proses pembuatannya.
Dilansir dari sabukaru.online pada 2018, sebuah industri fashion berskala besar mengakui keterlibatannya dalam membakar dan menghancurkan pakaian sisa stok dan berdampak pada lingkungan. Kini konsumen diperhadapkan pada pilihan mengonsumsi produk yang ramah lingkungan atau mendukung industri yang produksi besar-besaran.
Produksi industri fashion yang berskala besar berdampak buruk bagi lingkungan. Dengan masalah ini, para perancang busana mencoba yang terbaik untuk menciptakan sustainable fashion. Ketika Stella McCartney mulai menciptakan gelombang pertama sustainable fashion di pertengahan 1990-an, dia diejek.
Advertisement
BACA JUGA
Sekarang, di saat krisis lingkungan melanda bumi, industri fashion harus berubah. Menciptakan brand kontemporer dan relevan secara estetika sambil menghindari pencemaran lingkungan adalah langkah yang harus diambil perintis usaha bidang ini.
Tak ingin ketinggalan, Story mfg sebuah brand fashion yang digagas oleh pasangan Katy dan Saeed Al-Rubey berusaha keras untuk memastikan kualitas produknya. Dari pemilihan bahan katun hingga denim, proses pemutihan hingga pewarnaan, semua dilakukan dengan cara yang paling ramah lingkungan.
View this post on Instagram
Untuk membuktikan bahwa mereka tidak menyembunyikan apa pun, dan untuk menunjukkan kepada kita proses mereka secara langsung, mereka melakukan kampanye sustainable fashion dengan transparan, reflektif dan konsisten.
View this post on Instagram
Advertisement
Teknik pewarnaan dan tenun tradisional
View this post on Instagram
Brand yang memiliki ide cemerlang ini dimulai pada tahun 2013, dan mulai mengembangkan produk-produk menarik lainnya pada tahun 2014, ketika mereka memindahkan produksinya ke India. Langkah ini tidak didorong oleh langkah-langkah pemotongan biaya, tetapi oleh upaya kreatif. Story mfg. pindah ke India untuk mengejar teknik pewarnaan dan tenun tradisional yang tidak menghasilkan produk limbah beracun atau pemutih yang berbahaya.
Mereka mulai bekerja bersama dengan industri rumahan yang ada di sebuah desa kecil di India. Misi mereka adalah menciptakan lapangan kerja formal bagi pengrajin dan pekerja tradisional yang mengira keterampilan dan kerajinan unik mereka telah punah. Dunia mode tumbuh dengan kecepatan tinggi, dengan gaya yang menuntut perubahan dan inovasi secara konstan, Story mfg. adalah menciptakan budaya tandingan yaitu dengan Slow Fashion. Story mfg. memproduksi outer hingga jeans yang tidak kalah dengan industri besar lainnya.
Penulis: Adonia Bernike Anaya (Nia)