Fimela.com, Jakarta Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2018, diperkirakan ada 14,2 persen penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas - atau sekitar 30,38 juta jiwa.
Kaum difabel cenderung mendapatkan tantangan lebih besar untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi karena kekurangan akses, keterbatasan cara komunikasi, adanya diskriminasi, hingga stigma yang terus melekat.
Melihat hal tersebut, Yuna & Co. platform personal styling pertama di Indonesia dengan teknologi machine-learning berkolaborasi dengan gerakan non-profit Lipstick untuk Difabel (LUD). Keduanya bertujuan untuk mendorong para perempuan Indonesia mengeluarkan potensi terbaik mereka, melampaui batas-batas yang ada, serta menjalani hidup dengan percaya diri.
Advertisement
BACA JUGA
Sebagai bentuk dukungan terhadap LUD, Yuna & Co. memberikan jasa personal styling serta menyediakan fashion items untuk 6 orang model difabel pada sesi pemotretan terbaru LUD, juga memproduksi konten tentang LUD yang akan dimuat dalam kanal digital perusahaan dan media partner-nya.
Kolaborasi ini didukung pula oleh brand-brand desainer lokal antara lain: Figure, Le Bijou, Clouwny, Senora, Elgra, Cloxvox, Ramune, Jauw Active, Bearnice, Square The Label dan Mava.
“Sebagai seorang perempuan difabel, saya melihat kebutuhan fashion teman-teman difabel kerap kali kurang diperhatikan, karena masih banyak yang beranggapan kalau kami tidak pantas untuk berpenampilan menarik. Yuna & Co. dapat membantu teman-teman difabel untuk menemukan style terbaik mereka dalam berbusana; bukan hanya make-up, tetapi pakaian yang tepat juga mampu meningkatkan rasa percaya diri semua perempuan,” ujar Laninka Siamiyono, Founder Lipstick Untuk Difabel.
Advertisement
Gerakan LUD
Gerakan LUD yang dimulai Laninka sejak Juli 2018, awalnya berupaya untuk mendorong kaum perempuan difabel tampil lebih percaya diri melalui makeup. Bentuk gerakan ini berupa donasi kepada perempuan difabel dengan mengumpulkan lipstick dari sumbangan sesama perempuan di Indonesia.
Dalam waktu dua tahun, LUD telah berkembang menjadi sebuah komunitas inklusif yang menyatukan perempuan difabel dan non-difabel untuk saling menyemangati, berbagai informasi, dan saling peduli satu sama lain.
“Kami berharap kolaborasi bersama LUD bisa menyebarluaskan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya kesetaraan akses untuk kaum difabel. Sesuai asal usul katanya, difabel berasal dari kata differently-abled. Mereka memiliki potensi, kemampuan, dan kegigihan yang sama dengan semua perempuan dan manusia lain. Keterbatasan fisik tidak boleh menghalangi mereka untuk terus berkarya, mencintai diri sendiri, dan melampaui batas-batas yang ada,” ungkap Winzendy Tedja, Founder & CEO Yuna Co.
#elevate women