Fimela.com, Jakarta Sudah bukan rahasia lagi jika Indonesia memiliki kebudayan yang beragam. Dari situlah, lahir berbagai kain-kain tradisonal yang bisa diciptakan menjadi koleksi fashion trendy.
BACA JUGA
Advertisement
Mengenal lebih dekat fashion Indonesia pun dibahas secara gamblang oleh 3 designer profesional dari Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) yaitu Didi Budiardjo, Aida Nurmala, dan Era Soekamto di acara FIMELA FEST 2020 bertajuk Fashion and Indonesian Culture.
Desainer Didi Budiardjo mengatakan jika budaya Indonesia sangat berpengaruh besar pada koleksi-koleksi busana yang didesain. "Saya lahir dan besar di Indonesia tentu alam Indonesia membentuk siapa saya. Kekayaan budaya Indonesia terpancar dari karya saya," papar nya dalam acara Fimela Fest 2020.
Era Soekamto juga mengatakan, wastra Indonesia seperti batik, tenun, jemputan perkembangannya semakin meningkat dari ratusan tahun lalu. Desainer Indonesia pun berperan penting dalam mempromosikan wastra kebanggan Indonesia di dalam dan luar negeri.
Seperti kini sutra sudah menggunakan 60 persen dari Indonesia. Masyarakat semakin kesini semakin mengerti culture wastra Indonesia. Jika dahulu batik atau tenun menjadi pakaian yang eksklusif hanya dipakai orang tua diacara-acara formal. Era menyampakaikan, kini kain-kain tradisonal sudah mulai dikenakan kegiatan sehari seperti bekerja.
"Walau demikian, kita harus tetap mengedukasi masyarakat tentang makna dari kain batik atau tenun tersebut, tahu arti dari yang pakaian yang dikenakan. Jadi harus tetap belajar do and don't nya," tutur Era.
Selain itu, wastra Indonesia ini harus penuh kesabaran sebab merupakan salah satu slow fashion. Dikatakan slow fashion karena pengerjaanya yang cukup memakan waktu, misalnya saja satu helai kain bisa dibuat 6 bulah hingga tiga tahun atau tenun yang bisa dikerjakan sampai 3 bulan sampai satu tahun.
"Kesulitannya tentu dalam pengerjaannya, tingkat kerumitan, jangan salah potong karena ini seni sakral," ujarnya.
Advertisement
Perubahan dalam Fashion
Era juga menyampaikan karya yang dibuat tidak statsis. Koleksi-koleksi pakaian yang dibuat harus menarik dan berkembang terus menerus. Tak hanya dari segi desain melainkan, cara komunikasi harus dinamis dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana memperkenalkan koleksi-koleksi pakaian tersebut.
Aida Nurmala juga mengatakan di masa pandemi ini bukan berarti dunia fashion tidak bisa bergerak. Melainkan harus mencari cara agar industri fashion tetap berkembang, salah satunya dengan melakukan acara secara virtual.
"Fashion semua orang kreatif pasti ngga bisa diem, ingin berbuat sesuatu. Dari bulan Maret sudah mikir apa yang harus dilakukan. Lalu di bulan Mei tercipta festival virtual. Karena virtual saat ini salah satu cara untuk bergerak. Seperti di bulan depan IPMI akan menggelarkan Fashion Show Tren 2021 secara virtual," papar Aida.
Syarat terjun ke dunia fashion
Didi Budiardjo mengatakan jika hal pertama ketika ingin terjun ke dunia fashion ialah memiliki passion, kemudian konsisten, dan menjadi diri sendiri.
"Saya saat mulai terjun di dunia fashion, mulai bertanya pada diri sendiri, apa yang akan saya buat, agar berbeda dari desainer lainnya. Saya ngga mau sama dengan yang lain. Jadi jangan pernah puas dengan hasil kita, dan temukan karakter yang kita miliki," ujarnya.
Era juga menambahkan, jangan pernah menyerah dan harus tetap berjuang. "Kalau sudah tahu passion kita, tentu akan menjalankannya penuh kekuatan, karena di dunia fashion terlihat glamour padahal di balik layar butuh berjuang. Mulai dari ide, idealisme, yang membantu kita," tuturnya.
#changemaker