Fimela.com, Jakarta Desainer Indonesia Kimberly Tandra lebih dulu dikenal dengan rancangan haute couture-nya yang sudah menjajal panggung New York Fashion Week pada September 2018. Kali ini ia memperluas pasarnya dalam kategori fashion ready to wear yang tetap menjaga kualitas khas couture yang lebih wearable dan versatile.
Lewat label Suedeson by Kimberly Tandra, ia memberi titel Anthesis sebagai debut koleksi ready to wear-nya. Terdiri dari 12 piece, di antaranya blouse, trench coat, jacket, sampai blazer yang mudah dipadupadankan dan memaksimalkan fungsi pakaian.
Advertisement
BACA JUGA
Busana bernuansa safari dengan banyak kantong dan pemakaian waist belt terlihat mendominasi, serta permainan pattern stripes yang dipatenkan dengan signature Suedeson. Pilihan warna netral seperti beige dan putih terlihat menguasai koleksi ini, namun ia juga memberi opsi bold seperti merah.
Ciri khas lain yang terlihat adalah cutting asimetris pada trench coat, blazer berpotongan biker jacket, long vest, sampai skirt. Salah satu best seller item adalah trench coat yang bisa di-styling menjadi dress sekaligus outer, dan ada beberapa item lagi yang bisa dipakai dalam beberapa gaya.
Advertisement
Kelebihan Desainer Couture yang Mendesain Ready to Wear
Jika biasanya Kim merancang busana dengan material leather, kali ini ia bereksplorasi dengan fabric gabardine, satin, polyester, serta katun. Namun dalam kualitas, ia tak ingin berkompromi dan tetap memasukkan nyawa couture di dalamnya.
"Walau baju saya sekarang lebih simple, tapi treatment potongan badan, jahitan, sampai finishing tetap dijaga. Pada bagian dalamnya, enggak ada yang namanya obras dan tiap piece memperhatikan kualitas untuk bisa bersaing di kancah internasional," ujar Kimberly saat memamerkan koleksinya di Fashion Link, Senayan City, Jumat (9/11).
Selain mendesain pattern sendiri seperti stripes dengan detail padi dan motif bunga sepatu, ia juga memberikan signature khas couture seperti embroidery yang kompleks. Ia juga masih mempertahankan pengerjaan memanfaatkan tenaga manusia, bukan mesin semata.
"Karena mesin bordir biasa enggak bisa, harus tetap dibantu mas bordir yang ngejalanin pakai mesin. Karena ada tulisan Suedson yang jadi signature saya jadi tetap ada sentuhan handmade-nya," lanjut Kim.
Meski tetap mempertahankan idealisme-nya, desainer lulusan ESMOD Jakarta ini yakin jika koleksi yang bisa didapat di Fashion Link ini punya daya jual. Ia juga akan menjaga keeksklusivitasan koleksi ready to wear untuk tidak memproduksi kembali jika sudah sold out.
Simak Video Pilihan Berikut
FIMELA FEST 2019 hadir kembali dengan berbagai talk show dan kelas inspiratif, 16-17 November 2019. Daftar untuk mengikuti berbagai kelasnya di sini.#GrowFearless with FIMELA