Fimela.com, Jakarta Menjelang Lebaran, para perempuan sudah sibuk mencari baju baru untuk digunakan Hari Raya. Namun, jika bosan dengan gaya pakaian yang itu-itu saja, tak ada salahnya menggunakan baju Lebaran bergaya etnik, seperti koleksi Happa Official.
Bertajuk Hulu Laran yang berarti budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), koleksi ini bisa digunakan untukmu yang ingin tampil beda saat Lebaran. Happa mengangkat dua cerita budaya sebagai inspirasinya, yang pertama adalah kisah Sang Penyair dari bagian timur dan Tari Caci dari bagian barat yang mengajarkan tata cara hidup bersama.
Advertisement
BACA JUGA
Hulu Laran pertama yakni cerita leluhur "Wato Wele - Lia Nurat" yang menjadi salah satu contoh tradisi lisan para "Penyair Sastra" dari suku Lamaholot. Para penyair cerita sakral nenek moyang ini adalah orang pilihan yang dipercaya mendapatkan anugerah bersyairnya dari Bintang Jatuh.
Ketika Sang Penyair bertutur, ia didatangin dan didampingi oleh Sili Gokok, seekor burung elang yang diyakini turut membantu kemampuannya bersastra.
Happa menuangkan kisah tersebut, dalam bentuk visual bordir dan print pada kain. Sastra lama suku Lamaholot terlihat pada aksen bordir yang diaplikasikan pada detail koleksi Hulu Laran ini.
Adapula ilustrasi print pada bahan kanvas linen dan katun yang diadaptasi dari simbol-simbol yang memberikan kekuatan Sang Penyair seperti Bintang Jatuh, Burung Elang dan perumpamaan Sang Penyair.
Advertisement
Kisah kedua
Kisah kedua bercerita tentang Hulu Laran dari bagian barat yakni Tari Caci, sebuah kesenian dari suku Manggarai. Tari ini merupakan tari perang antara sepasang penari laki-laki, di mana mereka bertarung memperebutkan kemenangan dengan cambuk dan perisai.
Tari ini mengajarkan tentang sportivitas menerima kemenangan dan kekalahan, dan dijadikan ritual untuk bersyukur atas musim panen, tahun baru juga upacara adat lainnya. Desain dan warna koleksi terbaru Happa merupakan interpretasi modern dari kostum tradisional Tari Caci.
Warna-warni ritual Tari Caci diadapatasi dari warna biru, kuning mustard, merah marun, hijau toska dan hitam. Padupadan baju yang bertumpuk diadaptasi dari gaya berpakaian tradisional orang NTT yang mengombinasikan kain tenun dengan baju keseharian mereka, dilengkapi aksesoris khas suku masing-masing.
Jadi, tertarik menggunakan baju gaya etnik saat lebaran tiba?
Simak video berikut
#Growfearless with FIMELA