Fimela.com, Jakarta Setiap tahunnya tren fashion selalu berubah. Sebagian orang pun mengikuti tren yang sedang dibicarkan banyak orang. Tentu tujuan agar tidak ketinggalan jaman.
Menurut Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC), kalangan yang tertarik untuk mengikuti tren fashion ialah kelas menengah dan kelas bawah.
"Mayoritas yang mengikuti tren terbaru adalah kelas menengah dan kelas bawah. Sebab kelas menengah atas sudah memiliki kriteria dan brand tersendiri dalam memilih pakaian," ujarnya saat ditemui di Konfrensi Pers MUFFEST 2019, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Advertisement
BACA JUGA
Kelas menengah, sendiri kelas yang memiliki ciri-ciri tingkat pendidikan yang tinggi dan penghasilan cukup. Umumnya orang-orang dalam kelas ini begitu menghargai beragam bentuk kerja keras, dan perencanaan masa depan. Mera juga kerap berhubungan dan berinteraksi dalam beragam kegiatan komunitas.
Sedangkan kelas bawah, kelas ini biasanya terdiri dari kaum buruh kasar, penghasilannya pun relatif lebih rendah sehingga mereka tidak mampu menabung. Setiap harinya mereka lebih berusaha memenuhi kebutuhan pokok ketimbang bermimpi, berpendidikan rendah, dan penerima dana kesejahteraan dari pemerintah.
Melihat hal tersebut Ali mengatakan, agar para pelaku industri fashion mengerti pentingnya sustainable fashion yang merupakan strategi yang tepat dalam bersaing dengan produk fashion luar negeri, serta memiliki harga yang bisa bersaing dengan produk luar.
"Sustainable ini mengajarkan agar fashion bisa digunakan untuk semua orang, tidak hanya kalangan atasan saja. Apalagi kita lihat tren fashion diikuti oleh kalangan menengah dan bawah," tambahnya.
Advertisement
Strategi industri fashion Indonesia
Selain harga, strategi untuk memperkenalkan produk fashion Indonesia juga harus diutamakan. Ali mengatakan sangat penting label Made in Indonesia tertera pada produk sebagai identitas.
"Indonesia memiliki kekayaan lokal yang banyak, kita bisa menojolkan itu seperti batik, bordir, tenun, hingga sarung," ucapnya.
Ali menyinggung bahwa masih banyak bahan-bahan material fashion yang tidak ramah lingkungan dari luar negeri sehingga menumpuk dan menjadi sampah.
Industri fashion Indonesia bisa mengambil peran besar dalam menyediakan bahan-bahan tekstil yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan material tekstil dari dalam negeri, diharapkan bisa mendominasi pasar.