Judul: What We Talk About When We Talk About Love
Penulis: Raymond Caver
Penerjemah: Dea Anugrah & Nurul Hanafi
Penyunting: Arif Bagus Prasetyo
Pemeriksa Aksara: Titis Adinda
Penata isi: @nurhasanahridwan12
Perancang sampul: Sukutangan
Cetakan I, Agustus 2018
Penerbit BACA (PT Bentara Aksara Cahaya)
What We Talk About When We Talk About Love bukanlah pertanyaan seorang kekasih yang ragu, melainkan sebuah solilokui yang getir, sekaligus indah.
Kumpulan cerita ini bertutur tentang para lelaki dan perempuan kesepian dan kegilaan manusia dengan segala lekuk-liku dan kerumitannya, juga sisi gelap cinta dan kebrengsekan hidup. Dengan lugas tapi memikat, Raymond Carver menghidupkan tokoh-tokoh sederhana yang bergelut dengan suka duka urusan hidup sehari-hari.
Inilah salah satu buku paling berpengaruh sepanjang masa di Amerika Serikat yang menjadi inspirasi banyak karya lain di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia—dari lagu, buku, drama, surat cinta, hingga film.
Raymond Carver (1938-1988) adalah dewa cerpen Amerika yang terus dipuja hingga setelah kematiannya. Sebelum menjadi penulis, dia pernah menjajal berbagai pekerjaan kasar sehingga dia amat paham daki-daki kehidupan. Dia juga dikenal sebagai peminum berat yang berkali-kali nyaris tewas karena kebiasaan buruknya. Dia baru berhenti mabuk-mabukan setelah bertemu, jatuh cinta, dan menikah dengan penyair Tess Gallagher usai perkawinan pertamanya bubar.
***
Apa yang menyenangkan dari membaca cerita pendek? Salah satunya adalah mengatasi rasa jenuh. Membaca cerita pendek bisa jadi salah satu cara untuk mencari hiburan sekaligus menghilangkan kejenuhan. Apalagi kalau tak punya banyak waktu, membaca cerita pendek bisa jadi jalan pintas untuk sejenak merilekskan pikiran.
What We Talk About When We Talk About Love ini berisi kumpulan cerita pendek dari Raymond Carver, penulis yang disebut-sebut sebagai dewa cerpen Amerika. Cerpen-cerpen dalam buku ini berisi banyak hal soal kisah cinta, kesepian, kesendirian, hingga pencarian makna kebahagiaan. Persoalan rumah tangga dan cinta yang kadang begitu rumit juga diangkat dalam karya Carver ini.
Ada 17 cerita pendek di buku ini, antara lain:
1. Kenapa Kalian Tak Berdansa Saja?
2. Kamera
3. Tuan Kopi dan Pak Utak-Atik
4. Gazebo
5. Aku Bahkan Bisa Melihat Benda-Benda Terkecil
6. Oleh-Oleh
7. Mandi
8. Bilang ke Cewek-Cewek Itu Kita Pergi
9. Setelah Si Denim
10. Begitu Banyak Air Begitu Dekat dengan Rumah
11. Masalah Ketiga yang Bikin Ayahku Terpuruk
12. Pembicaraan Serius
13. Ketenangan
14. Mekanika Populer
15. Segalanya Menempel Kepadanya
16. Yang Kita Bicarakan saat Bicara tentang Cinta
17. Satu Hal Lagi
What We Talk About When We Talk About Love sendiri pertama kali terbit pada tahun 1981. Hingga saat ini tercatat setidaknya sudah terbit dalam 77 edisi dan sudah diterjemahkan ke lebih dari 21 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Sosok Carver pun disebut Haruki Murakami sebagai guru yang paling berharga sekaligus kawan seperjuangan terhebat dalam sastra.
Cerpen-cerpen Carver di buku ini ditulis dengan bahasa yang tajam dan padat. Tidak bertele-tele dan malah memberikan ruang tersendiri bagi para pembaca untuk bisa menganalisis dan meneruskan setiap kisah dari karakter-karakter di setiap tulisan. Membaca satu demi satu cerpennya memberi pengalaman yang cukup berkesan.
Kesepian dan kesendirian juga jadi topik yang diangkat dalam tulisan Carver. Seperti dalam cerpen Kenapa Kalian Tak Berdansa Saja? tentang seorang pria yang menaruh perabot kamar tidurnya di depan rumah. Lalu ada pasangan yang tertarik untuk membeli perabotan tersebut. Pasangan muda itu kemudian dipersilakan berdansa di halaman rumahnya.
Cerita seorang pria tak bertangan yang hendak menjual foto hasil jepretannya juga menarik. Dalam cerpen Kamera, diceritakan ada seorang pria berusia 50-an dengan kondisi tak bertangan yang hendak menjual foto rumah kepada pemilik rumah. Mereka pun akhirnya menghabiskan waktu saling bertukar cerita, yang diakhiri dengan pengambilan foto lagi. Dari deskripsi dalam cerita ini, terasa sekali kalau si pemilik rumah ini lebih sering menghabiskan waktunya sendiri.
Dalam cerpen Yang Kita Bicarakan saat Bicara tentang Cinta kita akan diajak untuk ikut terlibat dalam diskusi soal cinta. Apa itu cinta? Apa sebenarnya cinta sejati itu? Dua pasangan suami istri membicarakan soal cinta. Masing-masing punya sudut pandang berbeda. Diskusi berlangsung cukup panjang sampai mereka kehabisan gin.
Carver punya pengalaman tersendiri terkait ketergantungannya dengan alkohol. Kondisinya tersebut memberi warna tersendiri dalam karya-karyanya.
Tak setiap cerita pendek dilengkapi dengan 'kesimpulan' atau penyelesaian masalah. Masing-masing ceritanya memberi kita ruang yang begitu luas untuk bisa memaknainya lebih dalam. What We Talk About When We Talk About Love layak dimiliki dan dibaca untuk mendapatkan pengalaman membaca yang berkesan.
Advertisement
- Review: Growing Pains (Five Stories, Five Lives) - Desi Anwar
- Review: Novel Rumah Tanpa Jendela - Asma Nadia
- Review: Buku Reasons to Stay Alive, Kisah Nyata Melawan Depresi - Matt Haig
- Review: Buku Love Karya Ade Aprilia
- Review: Nevermoor (The Trials of Morrigan Crow) Karya Jessica Townsend
(vem/nda)