Judul: Hingga Pantai Seberang
Penulis: Aquarina Kharisma Sari
Editor: Dedi Yuniarto
Desain cover & layout: Budi Setiadharma
Cetakan pertama, 29 Januari 2018
Mereka mencari cinta dan menemukan Tuhan.
Maya Maurelin, biduan dangdut yang bertobat. Mencari nafkah sedari muda belia, hatinya mendambakan lelaki terhormat untuk mengangkat derajatnya. Ingar-bingar pesta demokrasi membawanya pada lelaki pujaan hati, seorang pejabat produk Reformasi yang punya anak dan istri. Lelaki itu mewakili simbol relijiusitas baru yang tengah merambah negeri.
Di lain sisi ada Bidan Erna yang ayu dan tidak grusa-grusu, yang harus menghadapi kenyataan kehadiran perempuan lain itu. Ia anggun dan mriyayeni. Di dalam sikapnya terkandung kearifan orang Jawa: “dipangku mati”.
Ujung lain jaring-jaring kisah ini tersebutlah Fifi, transgender dengan harga diri tinggi. Pada nama aslinya, “Firmansyah,” terkandung rahasia eksistensi diri. Benarkah ia firman Tuhan yang keliru? Atau Tuhan memang sedang bermain-main dengannya? Jawaban itu terus ia cari.
Fifi bertemu dengan Sakinah, seorang aktivis, perempuan cerdas dan berani, berkerudung panjang dan tidak menikah. Baginya, suami bukan sarana untuk bertemu Tuhan; jalan ketuhanan itu bernama kemanusiaan.
Paramita, si gadis bengal pembuat film independen yang apatis dengan agama gara-gara ayahnya yang kawin lagi dan ibunya yang tidak reaktif. Perjumpaan dengan seorang perwira Angkatan Laut menyeruakkan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang cinta erotis, daging yang lemah, dan akhirnya, makna Yang Sejati.
Berlatar belakang kota-kota di Jawa yang modern, eksotis, dan berperadaban, dengan langitnya yang biru dan orang-orangnya yang bersemangat merayakan kehidupan, ini adalah jalinan kisah tentang takdir. Takdir yang diperjuangkan. Demi mimpi dan cita-cita. Menjadi pencinta, menjadi manusia.
***
Perempuan memiliki kompleksitas hidupnya sendiri. Ada berbagai persoalan yang bisa begitu rumit dalam kehidupan seorang perempuan. Bahkan ada masalah-masalah yang butuh waktu dan proses yang panjang untuk diselesaikan oleh seorang perempuan. Takdir perjalanan hidup seorang perempuan pun bisa jadi tak ubahnya lorong panjang yang entah akan berakhir di mana.
Mencari cinta dan menemukan Tuhan, kisah para tokoh di novel Hingga Pantai Seberang ini membuat kita ikut merasakan kepahitan, kegetiran, tapi juga harapan untuk bisa bahagia. Satu sama lain memiliki saling silang takdirnya sendiri. Berjuang menghadapi masalah dan keadaannya masing-masing meski banyak kenyataan yang ternyata jauh dari harapan dan keinginan.
Maya Maurelin sejak belia sudah jatuh bangun membiayai hidupnya sebagai biduan dangdut. Hal "terlarang" pun pernah ia lakukan. Tapi pada satu titik ia merindukan sesuatu. Ia mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan, dan keamanan meski jalan yang ditempuhnya pun tak mudah.
Pedih dan perihnya hidup Bidan Erna pun menjadi tragedi sendiri. Ada jiwanya sebagai perempuan yang terkoyak. Tapi menuntut keadilan atau kebahagiaan juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Interaksi Fifi dan Sakinah juga menjalin cerita sendiri. Ada banyak hal dan makna yang coba mereka urai. Hakikat diri dan identitas menjadi topik yang tak pernah bisa benar-benar habis untuk dibahas. Rangkaian kisah cinta Paramita juga menghadirkan kenyataan yang tak mudah untuk dihadapi.
Dialog-dialog dalam Hingga Pantai Seberang mengundang banyak pertanyaan tapi juga pemahaman baru. Cinta, kehidupan, kebahagiaan, dan Tuhan, berbagai pergolakan batin yang muncul karena topik-topik tersebut membuat kita kembali digugah untuk menemukan sesuatu yang bisa kita yakini dalam hidup. Sulit untuk melihat atau membedakan segala sesuatunya dalam batasan hitam dan putih. Akan selalu ada area abu-abu yang memunculkan pertanyaan dan pencarian baru.
Advertisement
- Review Buku I AM: THE BANKER 2 - Damar P. Wimantoko
- Review: Novel The Woman in the Window – A. J. Finn
- Review Buku I AM: THE BANKER - Damar P. Wimantoko
- Review: Novel Go Where Your Heart Takes You - Susanna Tamaro
- Review: Novel Antologi Rasa - Ika Natassa
(vem/nda)