Judul: I'mperfect, A Journey to Self-Acceptance
Penulis: Meira Anastasia
Desain sampul & ilustrasi isi: Junji Studio
Fotografer: Rahadyan Kukuh
Editor: Wedha Stratesti & Claudia Von Nasution
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
“Ternyata, orang cakep belum tentu istrinya cantik!”
JLEB!
Advertisement
Komentar di Instagram suamiku (@ernestprakasa) di atas adalah kalimat yang akan kuingat seumur hidup. Ternyata menjadi istri seorang public figure itu berat ya, karena sepertinya aku harus memenuhi ekspektasi netizen. #nangisdipojokan
Rambut pendek, kulit gelap, jarang pakai makeup, juga bentuk badan dan payudara yang tidak ideal lagi setelah melahirkan dua anak, semakin memperberat jalanku untuk berdamai dengan diri sendiri. Tetapi, jalan yang berat bukan berarti mustahil. Hanya saja butuh waktu dan kesabaran karena prosesnya lama dan sama sekali tidak mulus. Yah, samalah seperti kulitku. #storyofmylife
Menulis buku ini membuatku harus membuka kembali banyak luka. Tetapi dengan mengakui luka, aku jadi bisa belajar bagaimana mengatasinya. Juga belajar menjadi lebih kuat lagi.
Buku ini bukanlah buku motivasi, melainkan kumpulan cerita seorang perempuan, istri, sekaligus ibu yang sedang berjuang agar bisa mengatakan kepada diri sendiri: Aku tidak sempurna, tapi tidak apa-apa. Karena aku bahagia.
***
Pernah nggak merasa sangat tersinggung dan sakit hati dengan sebuah komentar di Instagram? Pernah nggak merasa sebel dengan nyinyiran orang di sekitar soal bentuk tubuh? Atau pernah nggak merasa nggak percaya diri dengan diri sendiri setiap kali bercermin? Tenang saja, ladies. Kamu nggak sendirian kok. Wanita lain juga pernah merasakan hal yang pernah kamu rasakan. Termasuk Meira Anastasia.
Meira Anastasia dalam bukunya, I'mperfect membagikan kisah dan pengalamannya soal bahagia menjadi diri sendiri. Bisa menerima diri sendiri apa adanya. Tak meratapi kelemahan atau kekurangan. Tapi berusaha mengoptimalkan berbagai hal baik untuk kebahagiaan diri sendiri dan juga orang tercinta.
Hidup di era media sosial, mudah sekali kita dibanding-bandingkan dan dinyinyirin oleh orang-orang yang bahkan tidak pernah kita kenal. Seperti yang dialami oleh Meira ketika mendapati sebuah komentar yang cukup nylekit dan bikin sakit hati di media sosial. Komentar tersebut memang meninggalkan luka dan kesedihan. Namun, dia kemudian berusaha untuk menciptakan kebahagiaannya sendiri.
Membaca kumpulan tulisan Meira yang disertai dengan ilustrasi manis dan lucu ini membuat kita merasa tak sendirian. Ternyata bukan cuma diri kita sendiri yang merasa minder dengan bentuk tubuh. Ternyata bukan cuma kita sendiri yang merasa sedih dengan nyinyiran orang yang selalu saja sok tahu dan menemukan cela dari kehidupan yang kita punya. Merasa sedih, sakit hati, dan tersinggung memang hal yang manusiawi. Tapi bukan berarti kita tak bisa menciptakaan kebahagiaan kita sendiri.
Pada suatu saat, kita harus menjadi dewasa, mengambil keputusan yang mungkin salah, tapi menerima konsekuensinya, dan memulai lagi sampai mendapat hasil yang diinginkan. (hlm. 45)
Tulisan berjudul Prahara Payudara termasuk yang paling menarik dari buku ini. Meira membagikan kisahnya soal pertimbangannya untuk melakukan boob job. Ada rasa minder yang dirasakannya karena bentuk payudara. Setelah menikah dan punya anak, tak bisa dipungkiri kalau hati kecilnya ingin ia kembali mendapatkan payudara 'sempurnanya'. Hanya saja ternyata dia malah mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan saat mencoba berkonsultasi. Sampai hal itu membuatnya mengambil keputusan yang sangat tegas demi kebahagiaannya.
Ditulis dengan bahasa yang santai dan ringan, membaca setiap tulisan di dalamnya membuat kita akan berulang kali mengangguk-angguk. Ada banyak pelajaran dan pengalaman yang begitu dekat dengan yang dialami wanita kebanyakan. Perasaan insecure, minder, dan nggak percaya diri memang bisa dialami oleh siapa saja. Keinginan untuk menjadi 'sempurna' pun bisa jadi obsesi sendiri bagi setiap wanita.
Daripada terlalu fokus pada kesempurnaan orang lain yang sering kita lihat, mendingan kita fokus untuk menjadi sempurna bagi diri kita sendiri. (hlm. 129)
Ada workout tutorial-nya juga! Yup, Meira membagikan info dan panduan olahraga yang bisa dilakukan di rumah untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Dilengkapi dengan foto dan keterangan yang cukup detail, panduannya bisa langsung kita ikuti sendiri di rumah.
Berbagai kutipan dan kalimat positif yang ditulis di buku ini juga sangat menggugah. Tak berkesan menggurui, tapi begitu mengena di hati. Suka banget deh pokoknya!
Buku ini cocok dibaca oleh setiap wanita, khususnya bagi yang berusia 21 tahun ke atas. Ternyata untuk menjadi bahagia bisa dilakukan dengan banyak cara yang lebih positif dan sehat. Ada sudut pandang yang bisa kita ubah biar nggak gampang bete atau stres dengan hal-hal negatif yang ada di sekitar kita. Seperti kata imperfect (tidak sempurna) yang bisa kita ubah jadi i'mperfect (aku sempurna) dengan mengganti 'kacamata' yang kita pakai. Selesai membaca buku ini, ada perasaan positif yang bakal kita rasakan.
- Review: Buku Why Men Want Sex and Women Need Love – Allan & Barbara Pease
- Review: Buku Beyond Mars and Venus Karya John Gray
- Review: Novel Rainbirds Karya Clarissa Goenawan
- Review: Buku Men are from Mars, Women are from Venus - John Gray, Ph. D.
- Review: Buku Aroma Karsa Karya Dee Lestari
- Review: Novel True Stalker Karya Sirhayani