Judul: All the Bright Places (Tempat-Tempat Terang)
Penulis: Jennifer Niven
Alih bahasa: Angelic Zaizai
Editor: Tri Saputra Sakti & Dini Pandia
Desain sampul: Yulianto Qin
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Theodore Finch terobsesi pada kematian, dan terus-menerus memikirkan berbagai cara untuk bunuh diri. Namun, setiap kali, sesuatu yang positif, betapa pun sepelenya, selalu menghentikannya.
Violet Markey selalu memikirkan masa depan, menghitung hari sampai tiba hari kelulusannya, karena itu berarti ia akan bisa meninggalkan kota kecil tempat ia tinggal di Indiana dan kesedihan mendalam akibat kematian saudaranya baru-baru ini.
Ketika Finch dan Violet bertemu di langkan menara lonceng sekolah, tidak jelas siapa yang menyelamatkan siapa. Dan ketika mereka bekerja sama untuk mengerjakan tugas menjelajahi tempat-tempat istimewa di Indiana, Finch dan Violet malah menyadari hal-hal lain yang lebih penting: hanya bersama Violet-lah Finch bisa menjadi diri sendiri—cowok nyentrik, lucu, yang menikmati hidup dan ternyata sama sekali tidak aneh. Dan hanya bersama Finch-lah Violet bisa lupa menghitung hari serta mulai menikmati hidup.
Tetapi, seiring meluasnya dunia Violet, dunia Finch justru mulai menyusut.
***
"Inikah hari yang tepat untuk mati?" Pertanyaan itulah yang ditujukan Finch pada dirinya sendiri di awal cerita novel ini. Dia punya obsesi sendiri pada kematian. Sampai pada suatu hari ia mencoba untuk bunuh diri dengan lompat dari tubir menara lonceng sekolah. Tapi siapa sangka saat itu dia malah menyelamatkan dan mencegah seorang gadis bernama Violet yang tampaknya juga berniat bunuh diri. Kejadian itu sontak bikin heboh seisi sekolah.
Siapa yang menyelamatkan siapa, tidak ada yang tahu pasti. Tapi berita yang beredar malah menyebutkan bahwa Violet lah yang menyelamatkan Finch. Violet adalah gadis pemandu sorak yang populer. Hanya saja karena sebuah kejadian tragis yang hampir merenggut nyawanya, duka mendalam menyelimuti hari-harinya beberapa waktu terakhir ini. Sedangkan Finch dikenal sebagai cowok nyentrik dan juga aneh. Dia punya sejumlah sikap dan perilaku yang bisa dibilang tak lazim. Hanya saja siapa sangka dia sendiri memiliki masalah gejolak batin yang begitu pelik, di mana hanya dirinya sendiri yang paling paham akan situasi yang dihadapinya sekaligus membuatnya sering menghadapi hari-hari beratnya seorang diri.
Finch dan Violet kemudian terlibat dalam sebuah tugas. Keduanya jadi satu tim dalam proyek membuat laporan tentang keajaiban Indiana. Tugas dari Mr. Black mengharuskan murid-muridnya untuk memilih tempat-tempat yang disukai di Indiana, lalu pergi ke sana dan mendokumentasikan semua hal menarik yang ada. Proyek tersebut harus diselesaikan selama sisa semester dan bakal sangat mempengaruhi nilai akhir setiap murid.
Mengerjakan proyek tersebut, Finch dan Violet jadi menghabiskan banyak waktu bersama. Bahkan saling mengungkapkan kesedihan dan duka masing-masing. Kedekatan itu menghadirkan percikan perasaan yang tak bisa mereka tolak. Tapi akankah dan mungkinkah mereka bisa bersama?
"Ada akhir yang sudah ditetapkan untuk segala-galanya di dunia ini, kan? Maksudku, bohlam seratus watt dirancang bertahan selama 750 jam. Matahari akan mati kira-kira dalam lima miliar tahun. Kita semua punya umur simpan. Mayoritas kucing bisa hidup sampai lima belas tahun, barangkali lebih. Kebanyakan anjing sampai dua belas tahun. Rata-rata orang Amerika dirancang untuk bertahan 28 ribu hari setelah dilahirkan, yang artinya ada tahun, hari, sampai menit yang spesifik ketika hidup kita akan berakhir. Kebetulan waktu kakakmu delapan belas tahun. Tapi jika manusia berhasil menghindari penyakit yang mengancam jiwa, infeksi, dan kecelakaan, dia seharusnya bisa hidup selama 115 tahun." - Finch (hlm. 163-164)
Finch si aneh merupakan cowok yang anomali. Kadang penampilannya bisa begitu necis, tapi kadang bisa terlihat seperti berandalan. Hari-harinya ia tandai dengan Terjaga dan Terlelap. Obsesi untuk bunuh diri terus berkecamuk di pikirannya. Bahkan ia sering mereka-reka skenario bunuh diri yang bisa dilakukannya. Namun, kebersamaannya dengan Violet memberikan warna sendiri di hidupnya.
Setelah kematian orang yang paling disayanginya, hidup Violet jadi jungkir balik. Duka di dalam dadanya belum bisa benar-benar pulih. Dia juga sering mengalami mimpi buruk yang begitu menakutkan. Kedekatannya dengan Finch kemudian memberi pengaruh besar pada hidupnya. Meski masalah-masalah baru kemudian bermunculan, termasuk hubungannya dengan Ryan.
Sungguh suatu perasaan yang mengerikan bila mencintai seseorang tapi tak mampu membantu mereka. - Violet (hlm. 358)
Diceritakan dengan sudut pandang Finch dan Violet secara bergantian, kita benar-benar diajak untuk menyelami perasaan mereka secara mendalam. Diungkap juga alasan-alasan yang membuat mereka punya niatan untuk bunuh diri. Kisah dari masa lalu, luka yang belum benar-benar sembuh, dan kekhawatiran akan masa depan mereka curahkan dengan suara mereka sendiri.
Ada kisah yang begitu manis antara Finch dan Violet. Kedekatan dan perkembangan hubungan mereka terjalin dengan begitu indah. Berusaha saling menenangkan hati dan menyembuhkan diri, meski masih dibalut dengan kepahitan dan pergolakan batin yang tak bisa langsung sembuh begitu saja.
Potret kehidupan remaja dengan berbagai masalah dan isu yang menyertainya dikupas dengan cukup dalam di novel ini. Khususnya soal bahasan tentang bunuh diri. Ada data dan fakta tentang berbagai hal yang berhubungan dengan bunuh diri, seperti 5-10% kasus bunuh diri adalah dengan melompat, fakta tentang kurang tidur yang bisa menyebabkan kematian, penyair terkenal yang bunuh diri di puncak kariernya dengan minum pil tidur, 20% kasus bunuh diri dengan racun, penulis wanita yang mengakhiri hidupnya dengan cara mengenaskan, asap knalpot yang bisa menyebabkan kematian, dan masih banyak lagi. Ternyata ada banyak fakta yang mencengangkan terkait bunuh diri ini.
Yang paling berkesan dari kisah Finch dan Violet ini adalah ketika mereka mengunjungi tempat-tempat menarik di Indiana. Mendaki buki Hoosier, menghabiskan malam di sebuah toko buku, dan juga berbagai perbincangan yang begitu menyentuh hati antara Finch dan Violet setiap kali bepergian meninggalkan kesan yang begitu dalam.
Dari novel ini juga jadi paham bagaimana masa lalu dan masalah dalam keluarga bisa sangat mempengaruhi kehidupan seorang remaja. Finch ternyata memiliki kondisi yang mungkin tak bisa dipahami oleh banyak orang. Ada kondisi yang membuat hari-harinya tidak seperti hari-hari yang dialami oleh remaja lainnya.
Advertisement
Judul novel ini, All the Bright Places ini pun ternyata mengandung makna sendiri yang sangat istimewa. Juga begitu personal yang menggambarkan kondisi yang sedang dialami Finch dan Violet.
Novel yang begitu menyentuh. All the Bright Places memberi banyak pelajaran soal memahami cinta, menerima cinta, perjuangan mencari harapan hidup, belajar ikhlas dan merelakan, juga cara berdamai dengan duka. Ceritanya manis meski ada bayangan kegetiran di dalamnya. Dan kisah Finch dan Violet dalam novel ini akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Harus baca sampai tamat deh pokoknya, ada kejadian yang sungguh tak terduga di akhir ceritanya.
- Review: Buku Why Men Want Sex and Women Need Love – Allan & Barbara Pease
- Review: Buku Beyond Mars and Venus Karya John Gray
- Review: Novel Rainbirds Karya Clarissa Goenawan
- Review: Buku Men are from Mars, Women are from Venus - John Gray, Ph. D.
- Review: Buku Aroma Karsa Karya Dee Lestari