Judul: Pulau Sae (Shima Wa Bokura To)
Penulis: Mizuki Tsujimura
Alih bahasa: Faira Ammadea
Ilustrasi sampul: martin_twenty1@yahoo.com
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tinggal di Pulau Sae yang terpencil di tengah Laut Seto, Jepang, setiap hari Akari, Kinuka, Genki, dan Arata harus naik feri menuju daratan utama untuk bersekolah. Lahir dan besar di pulau itu, mereka akrab dengan penduduk desa, termasuk dengan para pendatang yang memulai hidup baru di Pulau Sae.
Akari, Kinuka, Genki, dan Arata sangat mencintai Pulau Sae, tetapi menghabiskan sebagian waktu di daratan utama memberi mereka perspektif baru. Keempat remaja tersebut mulai mengamati dan menilai keputusan orang-orang yang datang untuk tinggal dan warga yang meninggalkan kenyamanan pulau.
Dan musim ini adalah tahun terakhir mereka bersama-sama, karena setelahnya, anak-anak pulau itu harus memutuskan ke mana mereka akan mengejar masa depan: pergi atau bertahan di Pulau Sae.
***
Setiap hari harus menyeberang lautan dengan naik feri untuk sekolah. Akari, Kinuka, Genki, dan Arata, empat sahabat ini pun selalu kompak berangkat dan pulang sekolah bersama. Tinggal di Pulau Sae yang fasilitas sekolahnya cuma ada sampai setingkat SMP, mereka mau tak mau harus pergi ke daratan utama untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas. Pulau Sae pun bukan sembarang pulau. Selain ada penduduk asli, pulau ini juga dihuni oleh komunitas I-Turn.
Komunitas I-Turn adalah orang-orang yang datang ke Pulau Sae untuk menetap karena berbagai alasan. Ada yang ingin mencari suasana baru, bahkan ada yang ingin membuka lembaran baru. Ada pasangan suami istri, keluarga yang sengaja datang untuk membesarkan anak, golongan anak muda yang berprofesi sebagai desainer atau penulis, juga para ibu tunggal. Fukiko adalah salah satu warga pendatang yang statusnya adalah seorang ibu tunggal. Pulau Sae pun dijuluki sebagai Pulau Para Ibu Tunggal. Kedatangan para ibu bersama anak-anaknya pun dinilai bisa meremajakan Pulau Sae sehingga tak ketinggalan vitalitasnya.
Warga asli dan komunitas I-Turn hidup berdampingan. Komunitas I-Turn berusaha membaur dan penduduk asli berusaha untuk menerima mereka. Akari, Kinuka, Genki, dan Arata merupakan empat remaja yang hidupnya sangat dekat dengan para penduduk Pulau Sae. Meski di antara mereka ada yang termasuk warga pendatang, tapi Pulau Sae tak ubahnya sudah jadi kampung halaman mereka sendiri.
Setiap penduduk pun punya kisahnya sendiri. Mulai dari Fukiko si ibu tunggal yang dulunya ternyata seorang atlet terkenal dan sempat mengalami tekanan batin yang berat. Haiji Kirisaki si ghostwriter yang kedatangannya ke Pulau Sae ingin menemukan "Naskah Legendaris". Motoki seorang pemuda yang kelihatannya nggak bisa diandalkan tapi ternyata memiliki profesi yang tak pernah diduga sebelumnya. Yoshino dari Badan Pendukung Pulau Terpencil yang banyak membantu warga Pulau Sae. Hingga sosok kepala desa yang menimbulkan pro dan kontra.
Novel ini lebih menceritakan kehidupan dan keseharian warga Pulau Sae. Ada tradisi "Cawan Persaudaraan" yang cukup menarik di pulau tersebut. Interaksi setiap penduduknya pun memberikan kisah tersendiri. Pastinya juga ada berbagai konflik baru yang muncul di tengah kehidupan mereka.
"Jangan terlalu fokus pada keuntungan atau kesuksesan." Begitu kata-kata pertama Yoshino setibanya di pulau. "Dalam bisnis seperti ini, yang sering disorot adalah bagaimana semuanya berawal dari usaha ibu-ibu petani yang kini telah berkembang pesat dengan keuntungan ratusan juta yen hingga membangkitkan semangat lansia... Hal semacam ini cocok untuk materi tayangan kisah sukses di TV, tapi bukan itu tujuanku. Anggap saja ini proyek demi mengisi waktu luang dan mendapat uang saku."
(hlm. 30)
Salah satu yang menarik adalah soal pendirian Saejima. Pabrik pengolahan makanan ini berkembang pesat sampai bisa mempekerjakan penduduk I-Turn lainnya. Perkembangan pabrik ini bisa dibilang sangat pesat tapi pada perjalanannya sempat tersandung masalah yang cukup pelik.
Kisah persahabatan Akari, Kinuka, Genki, dan Arata di Pulau Sae juga memberi warna tersendiri. Saling menyemangati dan memberi dukungan. Bekerjasama melakukan sesuatu meski harus sedikit melanggar aturan. Hingga rencana setelah lulus SMA. Apakah mereka semua akan meninggalkan Pulau Sae? Atau memilih bertahan di pulau ini?
Banyak kisah dan masalah yang dibahas di novel ini. Membacanya memang harus fokus dan pelan-pelan untuk memahami keseluruhan ceritanya. Setelah membaca ini, jadi penasaran sepertinya seru bila bisa menghabiskan waktu beberapa bulan tinggal di sebuah pulau seperti Pulau Sae ini.
Advertisement
- Review: A Little Thing Called Baper (FRIENDSHIP) - @HHONHON
- Review Novel The Chemist – Stephenie Meyer (Penulis Terlaris Seri Twilight)
- Review: Novel One of Us is Lying (Satu Pembohong) - Karen M. McManus
- Review: Happy Yummy Journey Karya Eje Kim
- Review: Novel Resign! Karya Almira Bastari
(vem/nda)