Judul: Susah Sinyal
Penulis: Ika Natassa & Ernest Prakasa
Editor: Rosi L. Simamora
Divider icon oleh vecteezy.com
Diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta bukan jenis kota yang membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama. Tiga puluh enam tahun hidup di Jakarta sudah cukup untuk membuat Ellen paham bahwa kota ini tidak cocok untuk yang lemah dan gampang menyerah, dan itu membuatnya sukses menjadi pengacara di usia muda.
Ellen selalu punya solusi untuk segalanya, kecuali untuk anaknya sendiri, Kiara, remaja pemberontak yang lebih sering melampiaskan emosi dan kreativitasnya di media sosial. Sebagai single mom, Ellen membesarkan Kiara dibantu ibunya, sosok yang bagi Kiara lebih seperti ibu daripada Ellen. Tanpa Ellen sadari, hubungan mereka kian renggang dan selalu terganjal masa lalu yang Ellen simpan rapat-rapat.
Segalanya ada pada waktunya, dan segalanya juga bisa tiada pada waktunya. Dan ketika tiba pada waktunya, kita tidak bisa apa-apa. Hidup mereka langsung berubah saat sebuah tragedi menerjang tanpa diduga, yang menyebabkan Ellen “melarikan diri” ke Sumba dengan Kiara, meninggalkan sementara kasus besar yang sedang dia tangani.
Diadaptasi dari skenario film Susah Sinyal karya Ernest Prakasa dan Meira Anastasia, novel kolaborasi pertama Ika Natassa dan Ernest Prakasa ini akan membawa kita ke dalam perjalanan menemukan diri sendiri, berdamai dengan masa lalu, dan juga menerima kenyataan, sepahit apa pun itu, tanpa kehilangan harapan.
***
Ellen Tirtoatmodjo, seorang pengacara sukses dengan karier yang cemerlang. Sejak bercerai dengan suaminya, ia tinggal serumah dengan ibunya, Agatha dan putrinya, Kiara Madeline Tirtoatmodjo. Namun, hubungan Ellen dan Kiara berjarak. Sulit bagi Ellen untuk bisa dekat dengan putrinya. Pun dengan Kiara yang merasa susah untuk bisa merasakan kehangatan dari ibunya itu. Sehari-hari Kiara lebih dekat dengan sang Oma. Hanya keberadaan Oma yang bisa mencairkan suasana di rumah.
Sebuah kejadian mendadak kemudian menimbulkan luka yang mendalam di hati Ellen dan Kiara. Kepergian Oma untuk selama-lamanya meninggalkan jejak duka yang begitu berat. Ellen kehilangan ibunya yang selama ini jadi selalu jadi penguat hidupnya. Sementara Kiara kehilangan sosok terbaik yang selalu mendukung setiap kegiatannya. Seperti kehilangan sebelah sayap, Ellen dan Kiara tenggelam dalam kesedihan masing-masing.
Sebagai seorang pengacara ternama, Ellen selalu disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Waktunya lebih banyak dihabiskan di kantor daripada di rumah. Terlebih ketika ia dan rekan sekaligus sahabatnya, Iwan membuka firmanya sendiri. Berbagai urusan baru harus dikerjakannya.
Di tengah kesibukannya itu, Ellen tidak sempat meluangkan waktunya untuk putrinya sendiri. Baru ketika Ellen dipanggil ke sekolah karena Kiara mendapat masalah, ia tersadarkan kalau ada sesuatu yang harus dilakukannya demi putrinya. Ada hal yang perlu segera dilakukan agar ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Kiara.
Tak ada yang sanggup mengubah hidup seseorang sedemikian drastisnya seperti transisi hidup perempuan begitu dia menjadi ibu.
(hlm. 74)
Ellen dan Kiara akhirnya memutuskan untuk liburan ke Sumba berdua. Atas rekomendasi Astrid, pegawai magang di kantornya, Ellen dan putrinya menginap di sebuah penginapan yang membawa mereka bertemu Tante Maya, duo Yos dan Melki yang kocak, Abe yang mempesona di mata Kiara, pasangan Koh Chandra dan Siti, juga ada pengantin baru Charles dan Angel.
Masalah pun muncul. Di tempat mereka menginap tidak ada sinyal. Praktis Ellen kesulitan untuk bisa memonitor pekerjaannya. Kiara juga mengalami masalah karena ia baru saja mendapat tawaran endorsement yang harus segera di-upload di akun Instagramnya. Ellen dan Kiara beberapa kali terlibat perselisihan.
Apakah hubungan Ellen dan Kiara akan membaik? Apakah liburan di Sumba itu menghadirkan pengalaman baru? Atau justru malah memicu permasalahan baru di antara ibu dan anak ini?
Menjalani hidup itu terkadang seperti menyusun puzzle dengan ribuan kepingan. Bedanya hidup tidak memberi kita panduan gambar utuh, kita bahkan tidak pernah tahu ada berapa kepingan dalam hidup kita masing-masing. Kita hanya harus menjalani hari demi hari untuk menemukan hal-hal kecil, kepingan-kepingan puzzle yang lantas kita susun satu per satu dengan sabar.
(hlm. 180)
Novel yang diadaptasi dengan film berjudul sama ini sangat menghibur sekaligus menginspirasi. Sangat terkesan dengan sosok Ellen. Pastinya tidak mudah menjalani peran sebagai seorang single mom. Meski sudah berusaha dan berjuang untuk menjadi wanita kuat, ada saja cibiran dan sindiran yang ia terima. Belum lagi ketika usahanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik malah membuatnya harus mengorbankan sebagian besar waktu yang seharusnya bisa ia gunakan bersama putrinya. Di novel ini, ada pemaparan soal rasa bersalah yang terus membayangi kehidupan seorang wanita yang rasanya pasti pernah dialami sebagian besar wanita lain di luar sana.
Membaca novel ini pun jadi membuat ingin bisa merasakan liburan ke Sumba. Ingin bisa melihat langsung Air Terjun Tanggedu dan melihat gua di puncak Bukit Mau Hau. Juga penasaran dengan Piknik Sinyal seperti yang dilakukan Ellen dan Kiara. Siapa tahu juga bisa ketemu sosok Yos dan Melki yang lucu. Atau ketemu Tante Maya yang selalu bisa mencairkan suasana. Benar-benar dibuat ketawa nggak habis-habis deh waktu mengikuti interaksi mereka.
Hubungan ibu dan anak digambarkan dengan begitu menyentuh. Membaca Susah Sinyal jadi mengingatkan kita kembali akan pentingnya keluarga dan perjuangan untuk bisa terus melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya. Bersiap juga untuk dibuat menitikkan air mata ketika membaca soal kehidupan Ellen dan perjuangannya untuk bisa memperbaiki keadaan.
Advertisement