Judul: Pedro Paramo
Penulis: Juan Rulfo
Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Margaret Sayers Peden
Alih bahasa: Zaky Yamani
Editor: Reita Ariyanti dan Siska Yuanita
Desain sampul: emte
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Demi memenuhi janji terakhir kepada ibunya, Juan Preciado bertolak ke Comala untuk mencari ayahnya, Pedro Páramo. Alih-alih menemukan kota yang selalu diceritakan dengan penuh nostalgia kebahagiaan, ia tiba di Comala yang gersang dan ditinggalkan.
Namun, Comala tak sepenuhnya mati. Kota itu dipenuhi bayang-bayang dan gumaman, dan Juan Preciado pun mendengar berbagai kisah muram bagaimana Comala menderita dalam cengkeraman kekuasaan Pedro Páramo. Di celah-celah tipis antara yang hidup dan yang mati, Comala masih didiami penghuni-penghuni terakhirnya yang tak mau - dan tak bisa - pergi.
***
Comala bukan kota biasa. Bisa dibilang ia adalah kota hantu. Hal ini pun awalnya tak disadari oleh Juan Preciado yang datang ke kota tersebut atas permintaan mendiang ibunya untuk mencari ayahnya, Pedro Paramo. Tapi siapa sangka ketika sampai di Comala, Juan diberitahu kalau Pedro Paramo sudah tewas. Bagaimana ia bisa tewas? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?
Bukannya langsung pergi meniggalkan Comala, Juan malah tinggal di kota tersebut yang ternyata menyimpan banyak misteri dan juga arwah-arwah yang terjebak di kota tersebut. Terlebih ia mengingat pesan mendiang ibunya yang juga penuh tanda tanya.
Saat menuju Comala, Juan bertemu dengan Abudio yang kemudian menyarankannya untuk bertemu dan tinggal di rumah Eduviges Dyada. Siapa sangka kalau ternyata Eduviges kenal dengan mendiang ibu Juan. Bahkan ada fakta yang terungkap soal Eduviges yang hampir "menjadi ibu" Juan. Ada sesuatu di masa lalu yang terjadi setelah ibu Juan menikah dengan Pedro.
Comala benar-benar kota yang penuh misteri. Wajah-wajah yang baru dijumpai Juan pun ternyata sudah tidak hidup. Ya, baik Abudio maupun Eduviges, mereka adalah hantu. Misteri kota Comala makin menguat. Apa yang sebenarnya terjadi di kota ini? Satu per satu misteri pun tersibak, termasuk soal sosok Pedro Paramo yang merupakan seorang patron atau sosok yang memiliki banyak pengaruh dan kekuasaan semasa masih hidup dulu.
Kematian bukanlah sesuatu yang harus dibagi-bagikan seperti berkah. Tak ada orang yang mencari-cari nestapa.
(hlm. 123)
Di novel ini, kita seakan diajak untuk memasuki dua lorong waktu. Waktu di mana Juan masih hidup dan mencari tahu soal ayahnya dan waktu ketika Pedro masih hidup dan berkuasa. Dengan alur yang maju mundur dan berbagai tokoh yang bermunculan, kita akan diajak untuk memahami satu per satu misterinya dan membentuk puzzle untuk menemukan keutuhan ceritanya.
Sosok Pedro Paramo bisa dibilang menjadi pusat dari semua hal yang terjadi di Comala. Mulai dari soal jatuhnya sebuah kekuasaan, kisah cinta yang berliku, juga berbagai misteri kasus kematian yang pernah terjadi. Membaca novel ini benar-benar harus cermat dan pelan-pelan untuk menangkap keutuhan kisahnya.
Banyak hal mengejutkan yang kita temukan di novel ini. Seperti ketika Juan menyadari dirinya ternyata pada akhirnya sudah mati dan terkubur. Tapi ketika sudah mati pun ia tak sendiri. Ada yang bisa tetap mengajak dan diajaknya mengobrol meski tubuhnya sudah terpendam di tanah.
Roh yang terlunta-lunta. Bisikan dan bayangan. Kisah-kisah yang sudah berlalu tapi meninggalkan halusinasi dan bekas yang tak akan pernah terlupakan. Hantu-hantu yang memilih untuk tetap tinggal. Kita akan diajak untuk menyibak semua misteri itu di novel Pedro Paramo. Pokoknya kalau membaca novel ini, pastikan kamu benar-benar fokus dan tak terburu-buru membuka halaman demi halamannya.
Advertisement
- Review: Novel Cahaya di Tirai Sakura - Riza Perdana Kusuma
- Review: Novel Into the Water Karya Paula Hawkins
- Review: 27 Days of Heartbreak - Stella Angela
- Review: Buku You are Your Blood Type - Toshikata N. & Alexander B.
- Review: Buku 69 Things To Be Grateful About Being Single - Feby Indirani
(vem/nda)