Momen IFW 2016 merupakan momen yang pas untuk mengangkat budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Di momen ini, para desainer berlomba menunjukkan hasil rancangan busananya yang menonjolkan budaya Indonesia dengan menggunakan berbagai macam kain tenun dari berbagai daerah. Salah satunya adalah lini In a Beat, yang mencoba mengangkat kain tenun Sumba atau NTT.
Mempertunjukkan 40 look yang bertemakan Flobamora, local brand ini untuk pertama kalinya ikut meramaikan IFW 2016. In a Beat ini diprakarsai oleh tiga orang pemilik, yakni Verlita Evelyn, Susan dan Meyer. Mereka merancang outfit untuk sehari-hari.
Advertisement
"Mulai dari padu padan mini dress with short pants, tube dress, setelan two piece bergaya semi formal, long outer, cape, long dress, trench coat, setelan kimono, jumpsuit, helter neck dress, sleeveless dress, hingga gaun malam berbahan satin dengan aksen big bow dari kain Tenun," ucap Verlita saat jumpa pers di JCC Senayan Jakarta Pusat.
Sentuhan warna yang dipakai beraneka ragam, seperti warna terang biru, pink dan merah. Kemudian yang terlihat dominan pada koleksi ini adalah warna hitam, putih, gold, blue navy, merah bata dan coklat.
Sebagai pendatang baru, Verlita mengakui bahwa ia banyak berkonsultasi dan dibantu oleh desainer-desainer senior. Dari sini, ia banyak mendapat masukan dan arahan untuk memajukan brandnya tersebut.
"Fokus kita adalah baju-baju perempuan yang bisa dipakai dari usia remaja sampai seusia mama aku. Banyak pihak yang telah mendukung kami mengangkat kain tenun NTT, salah satunya Pemprov dan desainer-desainer senior," jelasnya.
Menurutnya, kain tenun NTT belum banyak yang digunakan para desainer di Indonesia, bila dibandingkan dengan batik. Sehingga, dengan rancangan brandnya kali ini, ia pun berharap jika keindahan kain tenun NTT akan dapat digunakan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.