Jakarta Sebuah stereotype yang kurang saya sukai sejak dahulu. Masyarakat yang tinggal di kota kecil pasti kalah bersaing dibanding masyarakat di kota besar. Sekian banyak mencari contoh, akhirnya saya menemukan sebuah fakta baru. Yang lebih menariknya, hal ini berkaitan dengan industri fashion yang keras dan mungkin banyak disebut tak berkembang di kota kecil.
Apa yang orang katakan? Masyarakat di kota kecil hanya bisa diandalkan untuk proses membatik, menenun, dan serangkaian mengolah kain secara tradisional. Namun jika dipikirkan, benarkah hanya sebatas itu? Hingga kemarin saya menghadiri sebuah konferensi pers di Artotel, Jakarta. Sebuah tema yang menarik yang diangkat “Membawa Karya SMK Ke Panggung Dunia”.
Advertisement
Tema tersebut langsung membangkitkan memori satu bulan belakangan ketika Lulu Lutfi Labibi mengajak para siswa dan siswi SMKN 2 Gedangsari untuk berkolaborasi membatik. Namun keterlibatan siswi SMK kali ini tidak hanya sampai skala tersebut.
Ini adalah karya dan jerih payah mereka sendiri dan tidak bernaung di bawah nama besar siapapun. Empat orang siswi SMK NU Banat di Kudus, yang didukung oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation serta dibina oleh Indonesian Fashion Chamber, ternyata mampu membuat sebuah koleksi busana modest wear bergaya moderen bernama “Zelmira” dalam rupa yang tak kalah dari banyak karya mahasiswi di sekolahfashion terkemuka.
Gaya padu padan berupa permainan layer dan detil memesona nampak cantik dibawakan para model. Kualitasnya begitu baik. Tak heran mereka bisa membawa karya mereka hingga ke Hongkong tepatnya di pagelaran busana CentreStage – Asia’s Premiere Fashion. Di sela-sela jadwal yang hari itu padat, saya hampir tak mau beranjak hingga acara benar-benar selesai.
Dari hal di atas bukankah sudah terungkap jelas. Bahwa dengan binaan para profesional dari kota besar, karya-karya tersembunyi yang belum terekspos di kota kecil juga bisa menunjukkan bakat mereka? Saling mendukung istilahnya. Dengan begitu pemerataan pendapatan di segala daerah bisa terlaksana dan merupakan sebuah langkah awal agar para siswi SMK lebih dekat dengan cita-cita mereka memiliki sebuah bisnisclothing. Sang kepala sekolah di akhir cerita juga menuturkan pernyataan yang sangat menginspirasi. “Setelah lulus SMK, mereka tidak lagi bingung mencari kerja, namun bingung mencari para pekerja”.
Kami doakan agar koleksi mereka dapat diterima dengan baik di panggung internasional 7-10 September mendatang.