Advertisement
Next
Kiprahnya yang sudah dijalani sejak 1994, menorehkan namanya sebagai sosok yang berdedikasi tinggi terhadap dunia fashion. Namun, pribadi ramah dan profesional itu telah pergi meninggalkan dunia pada Minggu (30/4/2012) kemarin pukul 20:35 WIB di RSCM Kencana, Menteng, Jakarta Pusat. Penyakit kanker kelenjar getah bening yang dideritanya sejak Juli 2011 silam, akhirnya menghentikan kesibukannya yang nggak pernah berhenti di dunia mode Indonesia.
Kualitas almarhum yang paling diingat oleh banyak sahabat, kerabat, dan orang yang mengenalnya adalah betapa stabilnya ia menjaga profesionalitas dalam pekerjaan selama 18 tahun berkarya.
Advertisement
Nggak ada satu pun pihak yang mengingatnya sebagai pribadi yang nggak berdedikasi tinggi, karena setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selalu dituntaskannya dengan baik. Seperti yang dikenang oleh Sebastian Gunawan, desainer, partner kerja, dan sahabat almarhum yang berkesempatan bekerja sama dengannya untuk fashion show terakhirya di bulan Januari lalu, sebelum almarhum Muara berpulang .
“Fashion show saya, Shanghai Swing, adalah kerja sama terakhir dengannya. Saat itu ia sedang rutin menjalani kemoterapi di Bali, sehingga nggak memungkinkan saya untuk intens bertemu dengannya dalam mempersiapkan acara. Tapi, ia tetap berkomitmen menyelesaikan porsi pekerjaannya untuk membuat press release dan hadir saat hari H. Dan janji itu ia penuhi benar, dimana saat itu saya ingat dia datang dengan penampilan yang cerah dan segar,” kenang Seba, panggilan akrab Sebastian.
Next
Selalu berlaku baik kepada semua orang juga adalah karakteristik almarhum. Ia termasuk sosok senior dan dihormati di dunia fashion yang selalu diramaikan dengan regenerasi dan muka baru. Namun, itu sama sekali nggak membuatnya untuk tinggi hati, berlaku seenaknya, atau membuat jarak dengan juniornya.
“Keramahan Muara Bagdja adalah contoh kongkrit bahwa seseorang nggak perlu jadi judes dan belagak diva untuk dihormati di industri mode,” tulis Monica Hapsari, ilustrator yang pernah bekerja sama dengannya, di akun Twitter pribadinya, @monyetkahapsari.
Begitu juga dengan anggapan Izabel Jahja, mantan model di tahun 90-an yang menganggap almarhum sebagai sosok pendidik murah hati dan menyenangkan.
“Selamat jalan guruku, kau selalu memberi banyak inspirasi dan membuatku tertawa, Mas Muara, I love you always.. I miss you already,” tulisnya, @izabel_jahja, di Twitter
Serupa dengan Monica, kesediaan almarhum untuk berbagi ilmu, juga diakui oleh Ninuk Pambudy, wartawan fashion dari Harian “Kompas”.
“RIP, Muara Bagdja, teman kami yang baik hati dan selalu mau berbagi ilmu, sudah berpulang menemui Sang Maha Pencipta. Semoga damai,” tulisnya di akunnya, @ninuk_pambudy.
Christy Subono, model senior di tahun 80-an yang pernah bekerja sama dengan di sebuah pemotretan fashion, juga turut mengenang sosoknya. Dirinya yang nggak begitu dekat dengan almarhum saja, mengaku bahwa aura ketenangan dan keramahan yang selalu dijunjung oleh almarhum, menjadikan setiap pekerjaan yang ditanganinya berhasil dan berjalan baik.
“Sekitar 15-20 tahun yang lalu, saya pernah diarahkan olehnya untuk sebuah pemotretan. Saya nggak begitu mengenalnya secara pribadi, tapi saya tahu kapasitasnya sebagai stylist, dan saya langsung yakin kalau hasil foto ini akan bagus. Orangnya sangat profesional dan baik tanpa harus banyak bicara,” ceritanya.
Advertisement
Next
Kenangan baik tentangnya juga masih teringat di benak salah satu Fimelista kami, Dian Muljadi. Dian yang sudah mengenal almarhum sejak ia baru pulang dari Amerika Serikat untuk mengenyam pendidikan fashion design, mengatakan bahwa almarhum sebenarnya membawa mimpi untuk menjadi desainer di Indonesia, namun berujung pada kariernya yang lebih mapan sebagai penulis dan pengamat fashion.
“Sosok almarhum adalah pengamat fashion yang netral. Dia selalu memberikan pendapat atau menulis review tentang karya, desainer, atau apapun terkait dengan fashion, murni dari sudut pandangnya sebagai pengamat fashion, bukan karena opini pribadi, faktor pertemanan, apalagi dibayar. Sarannya lugas dan jujur, seperti saat dia mengomentari keputusan saya untuk berani membuka flagship store brand-brand ternama Internasional di awal tahun 90-an, yang menurutnya masih sulit diterima untuk masyarakat di saat itu. Almarhum memang lebih pantas menjadi pengamat fashion daripada desainer, karena ia punya visi tentang itu jauh ke depan,” urai Dian.
Kesan baik juga diingat oleh Lolita Malaihollo, rekan almarhum dalam event organizing. Anggapan umum yang mengatakan bahwa orang-orang yang bergerak di dunia fashion selalu dramatis dan senang bergosip, dibuktikan oleh almarhum bahwa nggak semuanya seperti itu.
“Sosok almarhum yang pendiam, tenang, dan irit bicara adalah gambaran bahwa berbicara seperlunya itu adalah hal yang baik dan sebenarnya bisa dilakukan, walaupun bekerja di bidang yang berhubungan dengan banyak orang. Selain itu, almarhum bukanlah tipe orang yang suka bergosip atau berbicara yang nggak penting, seperti membicarakan orang lain. Ia berbicara yang perlu saja dan pasti langsung kena sasaran,” ungkap Lolita.
Layaknya mengenang orang tersayang saat sudah meninggal dunia, ada saja cerita sebelum berpulang. Seba mengaku secara khusus mencatat di agendanya untuk menelepon almarhum tiga hari sebelum ia meninggal, untuk sekadar menanyakan kabar, karena Seba tahu ia nggak akan mau dijenguk dan terlihat sakit di depan orang lain.
“Di agenda saya masih tertulis, di tanggal 27 April kemarin, saya harus menelepon dia dan menanyakan kabarnya. Ia adalah partner sekaligus sahabat yang baik, dan sebisa mungkin saya juga menjadi seperti itu untuknya,” kata Seba.
Begitu juga dengan Lolita yang seminggu sebelum kepergian almarhum, menyempatkan langsung menjenguknya di rumah sakit. Dan bahkan dalam keadaannya yang sakit sekalipun, almarhum tetap punya mata elang untuk mengomentari penampilan.
“Saya datang menjenguknya dengan berpakaian serba hitam. Saat menyentuh lengannya untuk berpamitan pulang, nggak disangka almarhum membuka mata (dari keadaan tidur) dan mengusahakan tersenyum, sambil menyelipkan pujian ‘Baju kamu bagus’. Bahkan di keadaan terlemahnya sekalipun, ia tetaplah pengamat fashion yang teliti dan tulus dalam memuji’,” kenang Lolita.
Selamat jalan, Muara Bagdja. Nggak mudah menemukan seseorang setulus yang Anda lakukan selama hidup.