Fimela.com, Jakarta Gaya hidup masyarakat urban salah satunya gemar memakai fashion yang kekinian, karena bagi mereka penampilan merupakan hal yang sangat penting, sehingga penampilan menarik kunci dari bisa tampil stylish dan bisa bergaya.
BACA JUGA
Advertisement
Apalagi sekarang ini tren fast-fashion semakin banyak di kota-kota besar sehingga dari semuanya itu efeknya dapat merusak lingkungan. Buat kamu yang belum mengetahui apa itu fast-fashion yang berarti gerai ritel fashion yang selalu mengeluarkan produk-produk terbaru mereka.
Biasanya desain yang dikeluarkan diambil dari inspirasi fashion week di dunia. Kemudian dimodifikasi ulang supaya dapat dijual murah ke pasaran, baik itu baju, celana, sepatu, tas maupun aksesoris lainnya yang mengikuti tren di runaway.
Brand ritel fashion yang suka mengeluarkan koleksi baru diantaranya Zara, H&M, Topshop, Pull and Bear, Stradivarius, Forever 21, Bershka dan sebagainya.
Namun masih banyak para konsumen yang belum mengetahui kehadiran fast-fashion tersebut dampaknya akan mengeluarkan banyak limbah dan polusi udara yang berlebihan dari memproduksi produk fashion.
Advertisement
Produksi Pakaian Setiap Tahun Terus Meningkat
Dari hasil penelitian terbaru, industri fashion telah menghasilkan banyak polusi dibandingkan dengan industri pelayaran dan penerbangan. Yaitu dapat menghasilkan banyak emisi gas. Nggak terbayangkan bukan?
Dari pembuatan baju, celana, sepatu, tas dan sebagainya bisa menghasilkan banyak limbah. Sehingga air bersih yang dapat dipergunakan untuk sehari-hari seperti memasak, mandi atau pun mencuci dapat tercemar.
Dari tahun 2000an produksi pakaian secara menyeluruh atau global menurut penelitian dari berbagai sumber sangat meningkat hingga dua kali lipat. Dan negara yang menghasilkan banyak tekstil di dunia ialah Cina.
Desainer dan Pengusaha Fashion Harus Lebih Peka Menjaga Lingkungan
Tercemarnya lingkungan itu semua demi memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengikuti tren fashion. Menurut Wakil Ketua Asosiasi Industri Busana dan Sepatu Amerika, Nate Herman, dilansir dari Vice.com, pakaian manusia di masa sekarang lebih banyak yang berasal dari material sintesis.
Itu berarti bukan terbuat dari benang, di mana akan lebih murah memproduksi baju baru daripada mendaur ulang benangnya dari baju bekas. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat polusi di bisnis fashion terus meningkat ke level yang lebih buruk dibandingkan pada waktu satu dekade yang lalu.
Maka dari itu, buat para desainer atau pengusaha di dunia fashion harus memikirkan cara yang tepat bagaimana memproduksi pakaian yang ramah lingkungan demi mengikuti tren fashion.
Yuk, sama-sama lebih peka melestarikan lingkungan, bisa dimulai dari hal yang paling kecil dulu, misalnya pemakaian air bersih dengan hemat, penggunaan tisu yang tidak berlebihan dan masih banyak lagi lainnya. Kemudian, terapkan juga industri fashion yang tidak merugikan mahluk hidup lainnya.