Kenapa Pedasnya Cabai Bisa Bikin Ketagihan?

Fimela.com, Jakarta Banyak orang Indonesia yang menyukai makanan pedas. Rasanya belum lengkap menyantap makanan tanpa sambal yang dibuat dari bahan utama cabai. Bahkan saat harga cabai sedang melonjak, tetap banyak yang mencari dan membeli cabai. Cabai mempunyai salah satu bagian yang membuatnya pedas bernama kapsaisin yang berada di urat putih cabai.

Menurut kajian ilmiah, kapsaisin pada cabai punya sifat stomatik yang bisa meningkatkan gairah makan. Zat dalam kapsaisin juga bisa merangsang produksi hormon endorfin yang mampu membangkitkan sensasi kenikmatan oleh hipotalamus. Seperti dilansir dari Good News From Indonesia, Hipotalamus merupakan kelenjar di bawah otak yang akan bereaksi kalau tubuh merasakan sakit.

Hipotalamus akan bereaksi dan mengeluarkan hormon endorfin. Hormon ini mirip dengan senyawa morfin yang bisa membuat kita menjadi rileks. Inilah yang membuat kita jadi ketagihan terhadap rasa pedas. Seorang juru masak Belanda, Cartenius-van der Meijden, pernah menulis buku berjudul Makanlah Nasi pada 1922.

Ia menyebut sambal sebagai "pencuci mulut yang rasanya panas". Kegemaran masyarakat Indonesia mengonsumsi sambal kemudian mendorong para peramu kuliner untuk mengkreasikan sambal.  Sejak tahun 1920-an sudah ada banyak jenis sambal yang disajikan di meja makan dengan nama-nama yang unik seperti sambal brandal, sambal serdadu, sambel bajak, hingga sambal acar.

Pada 2016 lalu, Bandung Fe Institute dan Research Center for Complexity dari Surya University mencatat bahwa Indonesia kini sudah punya sekitar 100 versi sambal nusantara! Pada umumnya kita mengenal sambal dalam dua jenis: sambal ulek dan sambal goreng.

Sambal ulek biasanya dihidangkan terpisah dengan makanan utama dan berfungsi sebagai penambah selera makan. Sementara itu sambal goreng biasanya menjadi bumbu penyedap dalam sajian makanan sehingga memberikan citarasa pedas dalam makanan tersebut. Jadi memang sulit menolak nikmatnya cabai dalam bentuk sambal.