Fimela.com, Jakarta Fenomena kaum waria atau banci bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria dengan seluk beluk kehidupannya adalah suatu kenyataan yang tak bisa kita pungkiri. Mereka ada dan tinggal dekat dengan diri kita. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta, dengan segala pluralitasnya seolah memberikan tempat golongan ini untuk tetap mempertahankan eksistensinya.
Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang hanya mengenal laki-laki dan perempuan sebagai identitas gender membuat kedudukan kaum waria ini tidak sepenuhnya diterima. Masyarakat menganggap waria sebagai kaum yang menyalahi kodrat sehingga muncul kecenderungan untuk menolak keberadaan mereka. Asumsi yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat itu tentunya membawa dampak pada proses sosialisasi dan interaksi mereka sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat.
Baca Juga
Meskipun status waria masih dipertanyakan, namun realita menyatakan bahwa mereka saat ini telah hidup di tengah masyarakat. Dan interaksi sesama masyarakat itu sangatlah penting bagi kelangsungan hidup individu sosial di dalamnya. Tak mungkin seseorang dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain, termasuk waria.
Advertisement
Berbicara mengenai kodrat seseorang yang seharusnya ditetapkan bagaimana kodrat seorang pria terlihat sudah tidak lagi memiliki status tetap, ya mungkin mereka tetap lelaki, tetapi secara penampilan 100% wanita.
Seperti yang kita ketahui, bilamana seorang pria dikodratkan berpenampilan maskulin dan gagah, dan perempuan dikodratkan berpenampilan feminin serta lemah lembut, tetapi malah sebaliknya?
Memang semua atas pilihan diri sendiri, bagaimana mereka merasa nyaman menjadi apa yang mereka inginkan. Tidak peduli apa kata orang, bila memang perbuatannya itu membuatnya nyaman, pastinya mereka akan melakukannya terus, secara berulang, bahkan dijadikan sebagai identitas diri.
Tidak bermaksud mengeintimidasi, tetapi menurut pandangan secara pribadi, yang membuat mereka melakukan itu pasti beralasan, entah atas naluri, pergaulan, bahkan dorongan dari orang terdekat. Yang pasti mau bagaimana pun kelakukannya, mereka tidak merugikan orang lain.
Fenomena 'Shemale' lelaki yang berkepribadian sebagai wanita ini memang memiliki tubuh dan riasan seperti wanita normal, ia seorang pria, tapi nalurinya sudah masuk menjadi wanita. Jadi tak jarang, jaman sekarang banyak lelaki yang berpakaian menyerupai wanita, bahkan mereka pun suka berdandan.
Advertisement
next
Terkadang mereka pun lebih trampil dari wanita normal. Gaya makeupnya yang terlihat mendekati sempurna, merupakan wujud nyata bahwa para Shemale ini sangat menyukai kepribadian yang di kodratkan pada wanita. Hmm.. Bahkan wanita normal pun belum tentu bisa memulas makeup sesempurna itu.
Banyak terbesit pertanyaan, apa dengan penampilan dan kelakuan mereka yang seperti itu bisa diterima oleh keluarga, terutama kedua orang tuanya? Sebab mereka melakukan itu secara blak-blakan dan terbuka. Tak lagi menutupi 'hobinya' ini menjadi seorang wanita.
Bahkan seperti yang kita tahu, Tahiland, merupakan salah satu negara yang terkenal dengan Shemalenya. Waria yang super duper cantik ini bahkan wanita normal sekali pun bisa kalah cantik olehnya. Pernah lihat dong banci Thailand cantiknya seperti apa?
Tidak hanya Jakarta dan Thailand yang mempunyai pria cantik. Negara lain seperti USA pun juga banyak. Namun para Shemale ini merangkap menjadi makeup artis (MUA) yang bisa dibilang hasil makeupnya yang mereka buat sangat amat sempurna untuk ukuran pria.
Balik lagi, semua tentang kenyamanan mereka melakukan hal yang mereka inginkan. Tak ada paksaan sekalipun bahwa mereka terang-terangan membuka jati diri sebagai Shemale. Malah mereka terkesan nyaman dan enjoy menjalani kebiasaannya seperti itu.
Walaupun banyak dari sebagian orang membully atas aksi para Shemale yang dicap kerap menyalahi aturan dan kodrat, tapi mereka terlihat tetap santai dan bahkan kicauan tidak penting itu tidak mereka hiraukan sama sekali. Yang penting, mereka tidak merugikan orang lain.
Untuk masyarakat awam tentang fenomena tersebut, mungkin hal ini menjadi aneh dimata masyarakat, bahkan merasa ingin mengetahui lebih dalam kenapa mereka berbuat seperti itu. Apa mereka akan berprilaku seperti itu terus, atau bahkan selamanya?
Kesimpulan yang bisa diambil atas kejadian ini, fenomena Shemale sudah jelas menyalahi kodrat lelaki, tetapi semua bukan kuasa mereka untuk menjadi seperti itu, hargai profesi dan jadi diri seseorang sebagaimana mestinya, saing menghargai itu nggak merugikan kok.
Â
Ega Maharni,
Editor kanal feed Bintang.com