Fimela.com, Jakarta Film horor Tanah Air berjudul "Menjelang Ajal" resmi tayang diseluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 30 April 2024. Dibintangi oleh Shareefah Daanish, Caitlin Halderman, Daffa Wardana, dan masih banyak lainnya membuat film ini begitu menarik untuk ditonton.
Tak hanya dibintangi oleh aktris dan aktor yang menarik, tema dari film ini juga tak kalah menarik yakni mengangkat tentang pesugihan pada rumah makan. Fenomena pesugihan juga kerap terdengar di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian, Hadrah Daeng, Sunil Samtani, Sunar Samtani, dan Deni Saputra selaku tokoh-tokoh di belakang layar film "Menjelang Ajal" tertarik mengangkat isu tersebut. Tak hanya itu, film keluaran Rapi Films ini juga konon terinspirasi dari kisah nyata. Sahabat Fimela ingin tahu kisahnya? Simak di bawah ini.
Advertisement
Advertisement
Diangkat dari Kisah Nyata
Deni Saputra selaku penulis naskah film "Menjelang Ajal" menuturkan bahwa film ini diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh kerabat terdekat.
"Sebenernya ini diadaptasi dari kisah nyata, kebetulan cerita ini (dialami oleh) kerabat kita sendiri, kita minta izin mau adaptasi ke film dan mereka mengizinkan, akhirnya kita realisasikan ini dan jadilah film 'Menjelang Ajal'," Deni Saputra, di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Jumat (4/26/2024).
Mengangkat Fenomena Pesugihan
Saat ditanyakan dengan rekan media mengenai perbedaan film "Menjelang Ajal" dengan film horor yang sedang marak di Indonesia. Hadrah Daeng sebagai sutradara film pun menjawab bahwa film "Menjelang Ajal" secara spesifik mengangkat mengenai fenomena pesugihan pada rumah makan. Terlebih fenomena pesugihan rumah makan juga kerap terdengar di kalangan masyarakat. Bahkan hingga menjadi urban legend.
"Film 'Menjelang Ajal' mengangkat secara spesifik tentang pesugihan penglaris di rumah makan yang secara cerita tuh memang banyak banget terjadi di masyarakat kita gitu, persaingan dagang, atau alasannya keputusasaan hidup, sehingga harus bertahan hidup, sehingga cara yang dia ambil pesugihan atau bersekutu dengan jin," ungkap Hadrah.
Demi mengangkat cerita ini, Hadrah juga melakukan banyak riset dan mendengar cerita-cerita yang serupa agar penerapan di film lebih relevan dan mampu menggambarkan fenomena yang ada di masyarakat. "Kita banyak riset, banyak denger cerita-cerita yang memang nyata juga, ini menarik banget akhirnya kita angkat dan kita detailin lagi di film," tambah Hadrah.
Advertisement
Pesugihan Menjadi Isu yang Kerap Didengar di Masyarakat
Sunil Samtani selaku produser juga mengungkapkan bahwa salah satu pertimbangan diangkatnya film ini karena topik pesugihan itu termasuk salah satu yang sering didengar di masyarakat. Sunil menginginkan agar film yang dibuat ini mampu membuat penontonnya merasa relate.
"Sebenernya yg utama kita pengen bikin film horor, bikin sesuatu yang relate dengan masyarakat di sini, apa yang paling kita sering dengar, salah satunya pesugihan, trus yaudah kita tertarik setelah mendengar cerita dari kang Deni akhirnya kita explore," tutur Sunil.
Memberikan Amanat Efek dari Pesugihan
Seperti yang sudah diketahui bahwa efek dari pesugihan selalu berakhir petaka pada tuannya. Dengan demikian, Hadrah pun berusaha merepresentasikan efek tersebut kepada pelakunya di dalam film, dengan tujuan agar penonton pun tak mudah terjerat pesugihan.
"Biasanya tuh kalo di tubuhnya pakai penglaris atau hal-hal ghaib, dia akan mengalami kesulitan, proses menjelang ajalnya pun akan cukup menyakitkan untuk dia si orang-orang yang memakai penglaris di tubuhnya," kata Hadrah.
Advertisement
Proses Kreatif Film Tidak Terlalu Lama
Sebelum digarapnya sebuah karya, terdapat proses kreatif terlebih dahulu, yakni pembuatan naskah dan riset fenomena. Sunar Samtani sebagai produser lainnya di film ini menjelaskan bahwa waktu pembuatannya tak memakan waktu lama.
"Gak lama, sepertinya 4 bulan soalnya dari pertama kita denger kita langsung tertarik ya," ucap Sunar.