Profil Mendiang Mbah Maimun Zubair, sang Kiai yang Terkenal Karena Kewaliannya

Maimun Zubair lahir pada 28 Oktober 1928 di Karang Mangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sejak usia belia, Mbah Moen mendapatkan pembelajaran tentang ilmu agama secara langsung dari sang ayah. Pelajaran mencakup hafalan Shorof, Na'u, Fiqih, Mantiq, Balaghah, dan berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya.

Pada tahun 1945, Mbah Moen mengejar ilmu di Pondok Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, di bawah bimbingan KH Abdul Karim atau Mbah Manaf. Pengajaran juga diterima dari KH Mahrus Ali dan KH Marzuqi.

Kemudian, tahun 1950, Mbah Moen melakukan perjalanan ke Mekah bersama kakeknya, Ahmad bin Shuaib, dan mengikuti pembelajaran selama dua tahun dengan bimbingan ulama seperti Sayyid Alawi al-Maliki dan Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath.

Pada sekitar tahun 1965, Mbah Moen kembali ke Sarang dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar, Pondok Pesantren tersebut diterima dengan sangat baik oleh masyarakat setempat.

Pada sekitar tahun 1965, Mbah Moen kembali ke Sarang dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar, yang disambut dengan penuh antusiasme oleh warga sekitar.

Maimun Zubair, yang akrab dipanggil Mbah Moen, mengembuskan nafas terakhirnya pada 6 Agustus 2019 saat sedang menjalankan ibadah haji di Mekkah.

Kabarnya, sebelum meninggal, Mbah Moen sudah merasakan bahwa saatnya untuk meninggalkan dunia ini akan segera tiba. Beliau bercerita kepada Sodikun, seorang jemaah haji dari Tegalrejo, bahwa rencananya adalah untuk menetap di Mekkah hingga tanggal 5.

Dilansir dari sumber lain, Mbah Moen ternyata merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW yang ke-37.

Kyai Haji Maimun Zubair wafat di usia 90 tahun.

Diketahui Mbah Moen lahir di Karang Mangu Sarang pada Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.