Fimela.com, Jakarta Dari sekian banyak nama yang memulai kariernya dari usia belia, Umay Shahab jadi salah satu yang tetap bertahan di industri hiburan sampai usianya kini menginjak dewasa. Namun bukan sebagai aktor, nama Umay belakangan justru lebih 'harum' sebagai seorang sutradara. Ternyata, ada alasan nyeleneh di balik keputusannya untuk lebih fokus berada di belakang layar.
Hal itu diungkap pria 22 tahun itu dalam perbincangannya dengan komika Praz Teguh di program PWK yang tayang di YouTube Has Creative, belum lama ini. Umay mengakui jika keputusannya jadi sutradara didasari kesadarannya akan kalah bersaing dengan sejumlah aktor yang punya kelebihan secara fisik dan kemampuan.
"Karena audiens kita itu nggak bisa dibohongin juga masih berdasarkan look-nya (penampilan fisik)," kata Umay Shahab.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Tak Cuma di Indonesia
Lebih lanjut, Umay Shahab menilai kondisi industri di Indonesia yang seperti itu sebenarnya tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di ranah global. Ia lantas merasa tak punya cukup keunggulan dari segi fisik yang membuatnya merasa percaya diri untuk bersaing sebagai orang di depan layar.
"Dan sebenarnya dimana pun sih, ini bukan cuma di Indonesia aja. Di luar negeri pun selalu aktor yang terkenal kayak Brad Pitt, ya yang ganteng-ganteng lah dan saya sadar saya tidak segitunya," sambungnya.
Adaptasi
Sambil bercanda, sutradara film Ketika Berhenti di Sini itu pun menyadari jika dirinya butuh beradaptasi dengan kondisi industri yang demikian. Maka dari itu, dalam beberapa tahun terakhir ia memutuskan untuk mendalami ilmu penyutradaraan pada salah satu sutradara senior, Monty Tiwa.
"Jadi saya harus belajar di hal lain. Jadi menurut gue itu pentingnya untuk beradaptasi dan mau belajar di hal lain,” pungkasnya.