Fimela.com, Jakarta Disutradarai oleh Gareth Edwards yang juga menyutradarai Star Wars: ROGUE ONE, The Creator menghadirkan konflik antara manusia dan Artificial Intelligence (AI) dengan sentuhan yang unik.
Seperti diketahui saat ini AI tengah menjadi teknologi, namun tak dipungkiri jika potensinya dapat menjadi manfaat sekaligus bahaya bagi umat manusia. Teknologi tersebut pun menjadi pusat cerita dari “The Creator”, yang mengambil latar belakang di masa depan dengan AI yang mendominasi dunia.
Kisah The Creator dimulai setelah terjadinya sebuah bencana dahsyat, di mana Los Angeles dihancurkan oleh AI dan pemerintahan di negara-negara Barat merespons dengan pelarangan total terhadap AI. Namun hal berbeda terjadi di negara-negara Timur yang terus mengembangkan teknologi tersebut sampai pada titik di mana robot telah menjadi mirip manusia, dan dianggap setara.
Advertisement
Hal tersebut pun memicu perang antara Barat dan Timur dan Amerika melawan Asia menjadi latar belakang kisah The Creator.
Advertisement
Semakin Rumit
Kisah dalam film ini semakin rumit ketika, Joshua (John David Washington), mantan agen pasukan khusus yang masih berduka atas kepergian istrinya (Chan), direkrut untuk memburu dan membunuh The Creator, arsitek AI canggih yang telah mengembangkan misterius.
Senjata yang telah diciptakan tersebut dikatakan memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang dan umat manusia itu sendiri. Joshua dan tim operasi elitnya melakukan perjalanan melintasi garis musuh, ke wilayah yang diduduki AI, hanya untuk menemukan senjata akhir dunia yang diperintahkan untuk dia hancurkan adalah AI dalam bentuk seorang anak kecil (Voyles).
Proses Syuting yang Unik
Berbeda dari biasanya, para kreator menggarap film ini dengan cara yang unik. Bukan merancang filmnya terlebih dahulu, mereka justru mengadopsi pendekatan yang tidak biasa dengan melakukan pengambilan gambar film terlebih dahulu tanpa latar belakang, dan pekerjaan desain produksi baru dilakukan selama pascaproduksi.
Ya, Edwards menerapkan metode reverse engineering ini pada film pertamanya, Monsters, yang menurutnya merupakan pendekatan yang jauh lebih efisien.