Fimela.com, Jakarta Sulitnya menjadi seorang ibu bukan lagi menjadi rahasia. Ya, ada begitu banyak tanggung jawab yang diemban dan meski bukan satu-satunya, porsi ibu yang besar atas pertumbuhan anak menjadi satu tanggung jawab yang istimewa juga luar biasa.
Melihat hal di atas saja rasanya sudah berat hingga membuat seorang perempuan kadang kehilangan dirinya karena terlalu sibuk mengurus hal lain, termasuk para ibu multi peran yang memiliki segudang kesibukan, seperti Andien. Tak hanya dikenal sebagai penyanyi, perempuan 37 ini juga menggeluti dunia akting, dan seorang pebisnis. Melihat hal tersebut tentu terbayang bagaimana Andien memiliki kesibukan luar biasa yang begitu menyita waktunya, di tengah kewajiban dirinya hadir sebagai sosok ibu untuk kedua putranya.
"Beberapa saat aku juga merasa pernah gitu, kayak 'ini gue udah ada di mana sih?'. Andien itu tuh kayak, oke bangun pagi, (menjalani) peran yang sebagai ibu, kemudian peran sebagai istri, kemudian peran yang balas WhatsApp sebagai misalnya business owner, penyanyi. Terus nanti (balas) WhatsApp yang lain lagi perannya. Terus yang Andien tanpa tittle tuh ada di mana gitu posisinya saat ini. Itu yang aku kadang-kadang sering nanyain ke diriku sendiri. 'Are you okay? Lo lagi merasa gimana nih? Lo lagi ada di mana saat ini?'," tutur Andien kepada Fimela dalam pertemuan yang menyenangkan, di mana ia banyak bercerita tentang perannya sebagai ibu dan sempat merasa kehilangan dirinya yang tenggelam dalam banyak peran.
Advertisement
Dengan semangat dan senyumnya yang ramah, Andien pun menjelaskan bagaimana ia bisa bertahan di tengah tanggung jawab besarnya yang tak sedikit. "Kalau nggak punya me time aku juga bisa kehilangan diriku sendiri," ucapnya.
"Makanya, biasanya pagi-pagi aku bangun tuh punya waktu untuk sendiri gitu, paling nggak aku grounding, jejeg, jadi aku , bangun-bangun nggak langsung melayang dengan segala peran yang ada. Grounding tuh aku biasanya ada meditasi atau aku latihan napas, aku olahraga dulu untuk diri aku sendiri, karena begitu aku olahraga kan nggak diganggu siapa pun, atau nulis, pokoknya tuh ada waktu di mana aku bisa jejeg ngobrol sama diri aku sendiri," jelas Andien soal apa yang ia lakukan agar tak kehilangan dirinya di tengah banyak peran.
Selain bicara tentang mencintai dan menemukan diri sendiri, sebagai seorang selebriti yang selalu menjadi sorotan, Andien juga berbagi tentang bagaimana ia bertahan di tengah tekanan publik yang tak selalu sepaham dengannya, termasuk soal parenting style yang ia pilih. Sebagai seorang yang begitu memikirkan 'kata orang', Andien mengaku sempat kesulitan hingga mengalami stres. Namun seiring berjalannya waktu, pelantun Mati Rasa ini tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi beragam komentar jahat dan kritik pedas yang menghujaninya.
"Pilihannya ada 3 menurut aku, terus berjalan dengan terus memikirkan, atau ya sudah cuek saja anggap nggak ada, pura-pura cuek kan. Kemudian yang ketiga ya harus mau belajar gimana caranya supaya komentar-komentar negatif atau apapun omongan orang itu bisa kita terima dengan lapang dada. Dalam arti 'oh iya itu omongan orang, gapapa gitu'," katanya.
"Dia juga belum tentu benar belum tentu salah, aku juga belum tentu benar belum tentu salah juga gitu, karena ini lah yang aku pilih. Jadi (pilih) menyikapi itu dengan bijaksana, tapi ya harus latihan, aku pilih yang ketiga. Justru masa-masa itu yang cukup meng-empower diriku untuk bisa berlatih lagi secara emosional, ya pokoknya masa-masa itu membuat aku cukup berlatih lagi khususnya secara emosional," papar Andien sambil menghela napas melihat lagi bagaimana ia berhasil melewati salah satu perjalanan hidup yang tak mudah.
Soal caranya menjalani hidup, Andien sepenuhnya ingin menjalani semuanya sebagai diri sendiri dan banyak orang tahu, bahwa ia menunjukkan nilai tersebut lewat berbagai hal yang ia jalani.
"Nggak neko-neko sih, yang penting aku bisa menjalankan hidup ini as I am. Aku nggak menjalankan hidup menjadi orang lain atau karena ingin menjadi orang lain dan ini tuh bukan berarti aku juga udah sempurna dalam menjalankan itu, seringkali aku juga masih, masih ada failure-nya, masih ada merasa belum maksimal juga dalam menjalankan itu. Tapi ya aku selalu mengingatkan diri aku sendiri lagi yang sebaik-baiknya, maksudnya aku nggak menyakiti orang lain, aku nggak bohongin orang lain juga, pokoknya yang sebaik-baiknya yang bisa aku jalankan menjadi versi terbaik aku sendiri," tuturnya.
Apa yang tertulis di atas hanya lah sebagian kecil dari perbincangan panjang yang menyenangkan dengan Andien. Bicara tentang pengalaman cinta yang tak menyenangkan, berdamai dengan masa lalu, niat mulia yang ingin ia wujudkan termasuk membangun sekolah untuk anak-anak pemulung, hingga bagaimana Andien berbahagia menjalani begitu banyak perannya, semuanya terangkum dalam kutipan wawancara yang hangat berikut ini.
Advertisement
Tahu Nilai Diri dan Mencintai dengan Sadar
Andien telah menjadi salah satu sosok yang menginspirasi banyak orang. Tak hanya lewat karya, keseharian dan apa yang dilakukannya pun menjadi sesuatu yang begitu menarik untuk disimak dan diikuti. Tak dipungkiri, berbagai pengalaman baik dan buruk yang ia lewati menjadi tempaan yang berhasil membawanya pada hidup saat ini.
Termasuk soal pengalaman mati rasa. Ya, lewat lagu Mati Rasa yang dirilisnya di awal tahun 2023 Andien tak hanya ingin menemani pendengarnya merasakan rasa sakit, tetapi juga mengingatkan tentang bagaimana seseorang tetap harus mengetahui value dirinya di tengah rasa kecewa dan mati rasanya.
"Aku merasa mati rasa ini adalah sebuah perasaan yang hampir semua orang pernah ngalamin, karena tidak hanya di dalam hubungan percintaan antara pasangan tapi juga mungkin mati rasa ke pekerjaan misalnya atau dengan temen, dengan sahabat. Dan ini cukup unik menurutku karena mati rasa itu sendiri adalah sebuah perasaan. Mati rasa adalah perasaan dimana kita mengakui bahwa kita tidak bisa merasakan lagi," tutur Andien yang pernah menjalani abusive relationship.
Itu juga kah yang jadi alasan mengapa Anda tak mau melibatkan banyak kisah pribadi ke dalam lagu ini?
Ya, aku ingin semua orang tuh (tahu tentang perasaannya) juga nggak semua hal tuh tentang aku pastinya.
Anda juga melekatkan soal value diri kita dalam suatu hubungan di lagu ini. Apakah hal itu disampaikan terkait dengan pengalaman Anda menjalani hubungan yang tidak menyenangkan?
Ya, jadi memang sebenarnya yang paling sulit untuk menghargai diri kita sendiri ya diri kita sendiri, karena kita selalu melihat dari model yang paling zoom in gitu sehingga kita nggak tahu se-valuable apa kita.
Seperti aku juga pada saat itu, mungkin aku bisa bertahan karena aku nggak tau bahwa aku tuh punya value juga loh yang bisa diperjuangkan, sehingga aku mungkin tidak pantas berada di dalam relationship yang seperti itu, aku juga bisa loh memutuskan untuk keluar (dari abusive relationship). Jadi, ketika ada kejadian-kejadian di mana aku akhirnya di empower gitu ya, “Ndien, lo tuh berharga, lo tuh sebenernya masih bisa punya kehidupan after this, masih punya karier yang bisa dikejar segala macem,” aku merasa “Oh iya ya, ternyata gue berharga ya” gitu. Itu hal kecil, hal simpel yang mungkin kayak semua orang tuh banyak banget bilang ke kita, tapi kitanya sendiri suka mengabaikan itu.
Apa yang membuat Anda sadar untuk meninggalkan hubungan tersebut?
Simple sebenernya, ketika kita nggak merasa bisa menjadi diri kita sendiri, kayak under pressure terus merasa harus berkorban setiap hari karena basically dalam hubungan apa pun, hubungan percintaan, pekerjaan, persahabatan, ketika kita tidak dalam sebuah pressure yang mengakibatkan kita harus menanggung beban yang sangat berat setiap hari, dan kita tetep bisa perform untuk diri sendiri gitu.
Kemudian, Andien adalah seorang ibu multi peran yang kesibukannya tentu nggak sedikit. Membagi diri untuk banyak tanggung jawab, apakah Anda merasa bahagia mejalani semuanya?
Bahagia. Ketika menjalankan peran sebagai ibu aku bahagia banget bisa nemenin mereka (anak-anak) seharian, spending time together bareng mereka. Pas nyanyi di atas panggung aku sudah jadi orang lain lagi, nyanyi, bisa loncat-loncat dipanggung, nyanyiin lagu-lagu yang aku suka, atau dengar penonton tepuk tangan, nyanyi bareng, itu tuh sudah kayak di dunia lain menurutku. Semua peran pasti aku jalaninnya dengan bahagia hati, tapi aku yakin satu hal, ketika akunya sendiri nggak merasa utuh, aku pasti nggak bisa menjalankan peran-peran itu secara utuh juga.
Bagaimana Anda tetap menemukan diri sendiri di tengah banyak peran yang dijalani?
Biasanya pagi-pagi aku bangun tuh punya waktu untuk sendiri gitu, paling nggak aku grounding, jejeg, jadi aku , bangun-bangun nggak langsung melayang dengan segala peran yang ada. Grounding tuh aku biasanya ada meditasi atau aku latihan napas, aku olahraga dulu untuk diri aku sendiri, karena begitu aku olahraga kan nggak diganggu siapa pun, atau nulis, pokoknya tuh ada waktu di mana aku bisa jejeg ngobrol sama diri aku sendiri.
Suka kasih reward nggak sih untuk diri sendiri setelah mencapai sesuatu?
Kalau ngomongin reward yang bentuknya fisik atau materi pernah, misalnya aku sudah kerja seberapa lama, aku pengen banget bisa liburan misalnya, ya itu bisa. Cuma aku merasa sebenernya untuk diriku sendiri tuh ada beberapa hal yang aku lakukan seperti misalnya sampai hari ini, aku tuh masih menjalankan sesi terapi, jadi aku masih ketemu psikoterapisku, checking setiap 2 kali dalam satu bulan untuk check up segala macem aja gitu, sama kayak kita ketemu dokter.
Jadi aku juga tahu bahwa "oh aku lagi di fase ini, gue ternyata di dalam pekerjaan misalnya ketemu ini ketemu ini, oh ternyata jadi begini" jadi nggak kehilangan diri gitu.
Seorang ibu tentu sudah nggak bisa lagi hanya memikirkan dirinya sendiri, bagaimana Anda menentukan prioritas di antara anak-anak dan suami?
Hhidup itu prioritas menurutku. Prioritas sendiri itu bisa jadi beda-beda banget setiap harinya, bahkan dalam sehari juga bisa tiba-tiba berubahvapa yang harus diprioritasin dan kita juga musti jeli dalam melihatnya. Nggak selalu diriku menjadi yang teratas, kalau keadaannya bener-bener emergency aku pasti menetapkan yang emergency itu dulu yang ada di atas. Jadi, sangat customize, sesuai dengan kondisi. Tapi ya maksudnya sama-sama tahu ya bahwa aku di sini punya anak, kemudian aku juga aku selalu bilang kayak dipekerjaanku gitu, produknya kan adalah manusia, produknya adalah aku gitu sehingga yang harus diutamakan ya akunya dulu gitu, nah itu yang aku juga selalu tekankan.
23 Tahun Berkarya
Bukan orang baru di industri hiburan, Andien telah menjajaki kariernya selama 23 tahun, di mana ia juga telah melewati banyak perubahan dan menjadi saksi bagaimana industri ini berubah. Andien pun tak hanya dikenal sebagai penyanyi, di mana ia juga telah menjadi inspirasi dan pembawa harapan baik untuk banyak orang.
Sudah 23 tahun di industri musik, lagu-lagunya juga sudah menemani keseharian banyak orang. Bagaimana rasanya bisa menjadi bagian hidup orang lain?
Bersyukur, aku bersyukur sumpah. Sebenarnya aku tuh nggak nyangka sih, maksudnya ketika bikin lagu aku memang meniatkan juga supaya bisa relate dengan orang lain, aapi aku tuh nggak tau akan ketrimanya sama orang yang mana. Ini ibaratnya kan aku menggelontorkan karya aja gitu tapi akhirnya ternyata ada jiwa-jiwa yang nyambung, hati-hati yang nyambung dengan karya ini dan itu, selalu menarik untuk aku tau karena aku nggak pernah bisa prediksi siapa orangnya dan dia datang dengan cerita yang seperti apa, kenapa bisa nyambung sama lagunya gitu dan kenapa bisa apa ya, kenapa dia bisa tersentuh sebegitunya gitu.
Waktu itu aku pernah manggung di sebuah tempat, terus ada nenek-nenek dia duduknya di depan pake kursi roda, aku lagi nyanyi, karena dia sudah sangat tua aku nggak tau apakah dia bisa mendengar liriknya dengan jelas atau nggak?
Terus tiba-tiba nangis sesenggukkan waktu aku nyanyi, aku cuma peluk dia tapi aku juga nggak tau bahwa apa yang membuatnya tersentuh gitu, karena kadang-kadang yang akhirnya membuat tersentuh tuh udah bukan kayak “Ini kata-katanya gue banget nih” atau “Oh gue pernah nih ngalamin ini” udah bukan itunya lagi gitu, tapi kayak ada energi yang berbicara dari mungkin cara bernyanyinya atau lagunya ke perasaan si pendengar yang mungkin kalau dilihat dengan mata logika ya nggak apple to apple, tapi ya rasanya sampai aja. Jadi, itu yang sering aku alamin ketika bertemu orang atau ya membaca sebagian besar dari orang yang nge-DM aku atau meninggalkan message di aku gitu.
Warna musik Andien itu kan beragam ya, selalu menawarkan sesuatu yang baru. Apakah ini bisa dibilang sebagai salah satu pencapaian pribadi kah atau bentuk bertahan di industri musik yang mungkin pendengarnya setiap tahun berubah?
Aku nggak tau sih karena sejujurnya waktu awal aku tuh memang suka lagu jazz jadi dibilangnya kayak penyanyi jazz. But then, aku di album kedua lahir lagi gitu bawain banyak banget genre musik baru kayak jungle, RnB, terus ya ada banyak sentuhan-sentuhan elektronik di situ gitu, banyak nyanyiin lagu pop juga, tapi di panggung aku seneng banget bawain lagu jazz, lagu latin
Jadi, sebenarnya banyak banget lah dan aku tuh senang juga ngulik. Kayak kemarin tiba-tiba aku dapet tawaran untuk nyanyi lagunya almarhum Didi Kempot gitu, buatku wah ini apaan lagi? Coba deh. Jadi, selalu mengasyikkan sih buat mengeksplor seperti itu dan kalau aku melihat kembali ke dalam diriku, ini juga beberapa kali diingetin sama temen-temen terdekat aku, rupanya nih aku agak-agak bunglon juga gitu karena nggak hanya musik tapi dilihat dari gayanya, itu juga kayak nggak pernah punya satu style gitu, sepanjang 23 tahun ini tuh berubah-rubah terus.
Jadi, aku nggak merasa ada satu genre musik yang sebenernya bisa mendefinisikan nih Andien kayak apa sih genrenya gitu. Tapi definitely ketika denger suaraku mungkin jadi bisa denger benang merahnya tuh apa. Jadi, bukan dari musiknya tapi dari suaranya.
Kemudian soal banyak kegiatan sosial yang Andien lakukan, salah satunya membangun sekolah, bisa diceritakan?
Jadi tahun lalu itu aku dan Nara Kreatif kita berkolaborasi untuk mendirikan yang namanya Sekolah Anak Percaya. Asal muasalnya waktu itu dari single aku, sebelum lagu Mati Rasa” ini keluar single judulnya Percaya. Singlenya bercerita mengenai empowerment gitu ya. Nah, sudah menjadi mimpiku sejak lama sebenarnya untuk bisa punya kontribusi di dunia pendidikan karena biasanya kalau aku melakukan kegiatan sosial lebih banyak untuk misalnya kesejahteraan atau bencana alam atau untuk anak kurang mampu, panti jompo. itu kayaknya yang rutin aku lakukan.
Tapi kalau yang untuk dunia pendidikan tuh belum pernah sementara aku ingin banget punya kontribusi di situ karena yakin ini akan berjalannya jangka panjang, ketika aku bisa membantu, memberikan kesempatan kepada orang, kepada anak-anak yang mungkin nggak tahu bahwa mereka tuh punya kesempatan yang lebih besar dari apa yang mereka jalankan sekarang, aku yakin kayak wah ini bisa berlipat ganda nilainya.
Ada kesempatan dan dunia yang akan mereka lihat selanjutnya, sehingga aku memutuskan untuk membuat Sekolah Anak Percaya. Sebenernya ini dikhususkan untuk anak-anak pemulung di daerah pemulung, tapi akhirnya melebar juga pokoknya ke anak-anak yang memang sudah tidak mampu untuk melanjutkan sekolahnya. Jadi, kebanyakan tuh putus sekolah. Sekolah Anak Percaya untuk sempet wisuda, sekarang udah jalan batch 2 tapi masih kecil banget lah baru batch 2, bukan sudah batch 2 ya tapi baru batch 2. Aku berharap bisa dijalankan untuk batch-batch berikutnya lagi gitu.
Sudah mengantarkan banyak anak sampai di level pendidikan yang baru, apa yang Anda rasakan?
Seneng sih, aku nangis kemarin soalnya liat mereka di hari itu bukan pake baju mulung saja sudah mau nangis, maksudnya pake baju batik gitu kan kayak sesuatu yang buatku nggak biasa aku lihat, tapi aku seneng sih karena percaya itu akhirnya menjadi sebuah doa ya, maksudnya aku senang karena mereka mau percaya gitu, bukan hanya kepada sekolahnya tapi justru kepada diri mereka sendiri, bahwa mereka mau melanjutkan pendidikannya lagi, mereka mau untuk tanggung jawab menyelesaikan ujiannya dan akhirnya bisa wisuda. Karena aku yakin masa depan mereka kan di tangannya mereka sendiri, ya aku harap mereka bisa berjalan mulus lah ke depannya.
Terakhir, pesan untuk Sahabat Fimela agar tak kehilangan dirinya ditengah-tengah banyak peran dan kesibukkan?
Ya memang kedengarannya seperti konyol ya ketika ngobrol sama diri sendiri, tapi percaya deh bahwa itu tuh sangat berpengaruh besar. Kalau memang nggak mau ngomong secara lisan atau secara batin, mungkin bisa ditulisin, dituliskan apa saja yang misalnya menjadi keluh kesahnya, paling nggak tuh diakui karena ketika kita mau mengakui apa yang kita rasakan di hari itu baik itu negative emotion atau positif, atau apa saja pokoknya kita tuliskan, kita coba acknowledge, itu sudah sangat membantu kita dalam mengenali siapa diri kita.