Fimela.com, Jakarta Membicarakan tentang industri perfilman di Indonesia dewasa ini dirasa tak akan ada habisnya. Seiring berjalannya waktu selalu terdapat hal baru yang dapat dikulik lebih dalam, terlebih mengenai perubahan selera penonton yang dinamis. Hal serupa ternyata juga dialami oleh Alexandra Gottardo dan Dwi Sasono dari sudut pandang yang berbeda.
Salah satu jenis genre yang paling digemari di tanah air adalah horor. Alur cerita yang dapat memancing emosi penonton serta menumbuhkan perasaan takut ini selalu menjadi top list kala bertandang ke bioskop. Bak gayung bersambut, pertengahan bulan Maret 2023 penonton akan disuguhkan sebuah film horor berjudul Losmen Melati yang diramu oleh dua sutradara sekaligus.
"Dari sudut pandang pemain, (kesulitan) saya ya bagaimana memerankan karakter ini sesuai dengan imajinasi dua sutradara yang berbeda," ujar Alexandra Gottardo ketika bertandang ke kantor Fimela di Menteng pada Kamis (9/3) kemarin.
Advertisement
Advertisement
Sinopsis Film
Losmen Melati menceritakan tentang sebuah penginapan tua yang dulunya adalah perkebunan Belanda dan diurus oleh seorang wanita bernama Madam Melati yang ternyata menyimpan banyak rahasia kelam didalamnya. Hingga suatu hari datang para pelancong yang akan menginap, mereka berkunjung dengan membawa kisah masing-masing hingga akhirnya tersadar tak akan bisa keluar dari losmen ini.
Memiliki latar waktu tahun 1997, film yang dijadwalkan tayang pada 16 Maret 2023 ini mengusung konsep klasik khas supranatural Indonesia. Pemilihan kostum, tata letak lighting, dan juga mantra-mantra yang digunakan disesuaikan dengan kondisi di tahun tersebut. Alexandra juga menuturkan akan ada kejutan rahasia dari dirinya sebagai Madam Melati untuk seluruh tamu losmen yang berkunjung.
Imajinasi Dua Sutradara
Digodok oleh Mike Wiluan dan Billy Christian, Alex (sapaan Alexandra) menuturkan ada tantangan tersendiri baginya ketika memerankan sosok Madam Melati dengan karakter yang misterius dan dominan. Ia bahkan berkali-kali menanyakan pada mereka apakah aktingnya telah memenuhi keinginan dua sutradara tersebut.
"Justru gue nih yang cerewet ke mereka, nanya udah bener apa belom. Karena (mereka) punya imajinasi berbeda, jadi gimana caranya aku bisa mengimplementasikan ekspresi yang dikasih, karakter yang disusun," tambah Alex.