Sukses

Entertainment

Menang di Festival Film Cannes, Force Majeure Kisahkan tak Selamanya Liburan Berujung Indah

Fimela.com, Jakarta Film Force Majeure yang dirilis dengan judul internasional Turist punya rekam jejak ciamik di kancah festival. Film ini menang di Festival Film Cannes, juga dinominasikan di Golden Globe Awards dan BAFTA untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.

Film karya sineas Ruben Ostlund yang dirilis pada 2014 dan kini bisa diakses secara legal lewat platform streaming KlikFilm mulai 7 November 2022. Meski diluncurkan sewindu silam, tema film Force Majeure langgeng.

Film Force Majeure ini membahas tentang cinta yang diuji saat melewati masa sulit. Terlebih ketika fase pahit itu terkait dengan nyawa. Ego kadang meledak di sana. Cinta pun kemudian dipertanyakan eksistensinya.

Alur Ringan

Force Majeure dengan alur yang ringan namun kualitasnya layak tonton. Berawal saat pasangan suami istri Tomas (Johannes Bah Kuhnke) dan Ebba (Lisa Loven Kongsli) mengajak putra-putri mereka, yakni Vera (Clara Wettergren) serta Harry (Vincent Wettergren) liburan ke resor mewah French Alps.

Mulanya, liburan tampak menyenangkan. Suatu pagi, mereka sarapan menghadap bukti berlapis es. Mendadak terdengar suara gemuruh. Beberapa detik kemudian salju longsor. Harry histeris ketakutan.

Apes, salju dari ketinggian 50 meter rontok hingga nyaris menerjang restoran. Ebba refleks melindungi Vera dan Harry. Tomas justru pergi membawa sarung tangan dan ponsel yang dipakai merekam longsoran salju. Mendapati fakta ini, Ebba naik pitam. Pertengkaran keduanya meledak di depan kamar hingga Vera dan Harry ketakutan.

Tema Berkembang

Di tangan Ruben Ostlund, tema simpel ini berkembang menjadi drama keluarga yang bikin kepikiran. Sang sineas menempatkan kita sebagai saksi kejadian suami kabur saat nyawa istri dan anak terancam. Aksi kabur ini tak dibingkai dengan kamera closeup atau adegan super-detail tapi kita tahu, tak ada perlindungan dari kepala keluarga dan karenanya, penonton merasa ini janggal.

Yang bikin Force Majeure makin menggigit, tak ada antagonis di sini. Kepada Ebba, kita berempati. Kepada Vera dan Harry, kita maklum kenapa emosi mereka kian labil. Sementara kepada Tomas, penonton tak bisa benci melainkan penasaran dan bertanya, “Kenapa sih lo ngeles? Ada masalah psikiskah sampai kelakuan lo begini banget?”

Force Majeure tipe drama yang tak butuh banyak pemain. Empat pemeran pendukung di luar lingkar keluarga Tomas muncul dengan fungsi jelas. Ada yang berfungsi sebagai pembanding hubungan dengan pasangan hingga merasakan impak sikap karakter utama.

Interaksi para tokoh yang intens dibekali dialog tajam membuat tokoh-tokoh dalam dunia Force Majeure berproses dan berkembang. Sifat asli mereka makin kentara di babak akhir. Bersama dengan itu, emosi penonton diaduk. Audiens dikondisikan memikirkan banyak hal sebelum membuat penilaian akhir terhadap para tokoh. Force Majeure dengan naskahnya yang kuat mengikat penonton sejak menit awal.

Pasalnya, hari pertama liburan, semua asyik. Hari kedua, semua yang indah berubah jadi buram lalu runyam. Force Majeure mengajari kita, rencana liburan memang selalu indah. Eksekusinya belum tentu. Ada faktor eksternal (yang biasanya) di luar kendali kita.

Saat liburan, sifat asli seseorang biasanya tampak. Ada ego, harapan, kemampuan meng-adjust kondisi yang tak sesuai rencana dan sebagainya. Semua ini tergambar gamblang dengan ending elegan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading